Sebelumnya aku berharap aku takkan melanjutkan cerita dengan judul seperti ini lagi. Aku pikir, kisah kita benar-benar sudah berakhir. Aku tidak lagi sering memikirkanmu, aku juga menulis beberapa cerita lain disini.
Hari-hariku terasa penuh dengan pekerjaan, aku baru aja dimutasi ke cabang lain. Jadi pekerjaanku lebih banyak dan waktu istirahatku makin sedikit.
Hari ini aku libur, dan aku akan menceritakan tentangmu lagi disini. Kemarin lusa, ibumu meneleponku. Aku baru tau saat aku membuka handphoneku jam 11 malam, sedangkan ibumu menelepon sekitar jam 12 siang. Tidak mungkin kan aku menelepon balik di jam malam begini. Meskipun begitu, aku sangat penasaran sampai tidak bisa tidur semalaman. Aku memikirkan itu, ada apa tiba-tiba ibu menelepon? Apakah ibu salah pencet? Apakah ibu ingin tau kabarku? Atau mungkin ingin memberitahuku kalau kamu sudah bertemu seseorang dan segera menikah?
Keesokan harinya, sekitar di jam yang sama saat ibumu meneleponku. Aku meneleponnya. Diluar dugaanku, ibumu menjawab dengan kata-kata yang baik dan bahkan memujiku. Aku terkejut, melongo mendengarkan ibu yang terdengar sangat senang aku menelepon.
“Assalamu’alaikum bu, kemarin nelpon aku, kenapa bu?” “Wa’alaikumsalam, iya neng ibu mau tau kabar kamu… Gimana kabar kamu, neng cantik? Ibu kangen… Kamu main kesini ya.” “Alhamdulillah bu, aku baik, tapi aku lagi banyak kerjaan jadi agak sibuk akhir-akhir ini bu. Nanti aku mampir kesana kalau ada waktu, ya. Ibu gimana kabarnya?” “Alhamdulillah ibu baik, neng.”
Jujur saja, aku merindukan ibu juga. Ketika mendengar suaranya, aku teringat lagi kenangan yang dulu. Walau kata-kata ibu jahat waktu itu, tapi dulu aku berusaha melakukan yang terbaik untuk menolongnya dan menjaganya. Aku menganggap ibu seperti ibuku, tanpa memandang kamu pun, aku dan ibu memang dekat sejak awal. Kamu juga tau hal itu. Senyumku berkembang, lega rasanya mendengar suara ibu lagi.
“Katanya kamu mau nikah ya, neng?” Aku tertegun, pertanyaan macam apa ini, apa ibu menelponku karena ini? “Belum bu, kata siapa? Aku masih sendiri sampai sekarang. Mungkin, mas kali yang udah nikah, bu.” Ucapku membalikkan kata-kata ibu sekaligus mencari tau tentangnya secara tersirat. “Mas juga belum neng, katanya belum ada yang cocok sama dia.” Jawab ibu. Jadi, aku harus sedih atau senang mendengar hal ini?
“Oh… Ibu bukannya waktu itu sempat jodohin mas sama yang lain?” Aku mengingatkan itu kalau ibu lupa. “Mas gak mau dijodohin gitu.” Aku tertawa dalam hati, ya iyalah tidak mau dia dijodohkan begitu, memangnya ini zaman Siti Nurbaya? Apalagi mas orang yang famous. “Yaudah kalo gitu, bu. Emang belum ada kali, nanti juga ada yang cocok sama mas.” Ucapku menenangkan ibu, entah ini hanya pikiranku saja atau memang ibu merasa sedih akan hal itu. Umur mas hampir melampaui kepala tiga, ibu pun semakin tua, jadi aku mengerti apa yang ibu khawatirkan.
“Ya sudah bu, kita ngobrol lagi nanti ya. Aku mau kerja lagi. Assalamu’alaikum bu.”
Sekarang aku berpikir ulang. Mungkin dulu juga sulit bagi ibu untuk memilih, antara aku atau mas. Ibu sayang kita berdua. Tapi dulu, aku menyakiti mas dengan memutuskan hubungan kita. Jadi ibu tidak bisa melihat mas disakiti.
Ibu juga menyayangiku karena ibu tidak memiliki anak perempuan yang bisa diajak curhat dan pergi kemana-mana diwaktu yang mendesak, semua anak laki-lakinya sibuk bekerja, termasuk mas. Mungkin aku belum pernah merasakan bagaimana rasanya tidak memiliki anak perempuan, tapi aku bisa paham sekali rasanya kesepian.
Didunia ini, memang banyak kejadian yang terjadi dengan sebuah alasan yang kuat. Seseorang tidak akan melakukan sesuatu jika tidak memiliki alasan, bahkan tidak tau pun bisa menjadi sebuah alasan.
Ibu meneleponku karena merindukanku, aku juga menelepon karena merindukan ibu. Tapi aku tidak tahu, mengapa semua rasa kesalku pada ibu menghilang begitu saja. Yang aku tau, ibu juga tidak marah lagi padaku dan justru mengabaikan apa yang telah kulakukan hanya demi bisa mengetahui kabarku dan bilang rindu padaku. Pasti itu sulit bagi ibu, tapi ibu melakukannya.
Setelah ini, bolehkah aku berharap adanya kemungkinan kita kembali? Aku tau aku egois, tapi tidak ada salahnya jika rasaku masih sama. Dan semoga, kamu pun sama mas, my big pie.
Tamat
Cerpen Karangan: Xiuzeen
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 19 April 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com