Saya Novita anak pertama dari keluarga yang sederhana dan apa adanya, anak kedua bernama San dan yang ketiga bernama Lia, orangtua saya hanya seorang petani dan ibu rumah tangga.
Diawal kehidupan keluarga kami selalu bahagia, tak lama kemudian kebahagiaan yang dirasakan seketika lenyap yang tak bisa dirasakan kembali, adik saya yang bernama San duduk di bangku SMA kelas 12, tiba-tiba datang membuat sesuatu yang tak terduga entah didikan orangtua yang salah di matanya atau faktor lingkungan yang sedang ia jalani. Saya benar benar merasa Gagal sebagai anak tertua didalam kelurga kami, setelah mengetahui adik perempuan saya harus pergi dengan seorang lelaki yang belum kami ketahui dari mana ia berasal, hatiku hancur harus melihat dari sudut mata ayah dan ibuku, mereka tak berdaya.
Mereka benar-benar terluka, saat anaknya memilih pergi dan meninggalkan pendidikannya yang hampir usai. Betapa hancurnya saya melihat mereka harus merasakan sakit yang tak pantas mereka dapatkan. Seketika pikiranku penuh dengan tanda tanya, apakah ini salah ayah dan ibu, yang selalu memilih antara aku dan adikku ini? Atau apakah saya yang selalu membuat diri terlihat lebih baik, sehingga ayah dan ibu selalu menyayangiku lebih dari adikku ini? Atau apakah saya salah selalu mendekatkan diri dengan mereka, sehingga adikku merasa cemburu?.
Aku merasa bingung. Apa yang terjadi di dalam keluargaku, aku selalu bertanya kepada Tuhan. Aku yang selalu berjuang untuk memahaminya, menemaninya, membujuknya agar jangan sampe ia melakukan hal yang membuat mereka sedih, tetapi aku gagal. Gagal untuk memahaminya, gagal untuk membawanya kembali, gagal menjadi seorang Kakak yang ia inginkan. Entah kenapa ia nekat sampai harus memilih jalan yang membuat kami semua terluka.
Betapa sakit melihat perjuangan ayah dan ibu memilih untuk selalu berusaha menyekolahkannya, tetapi gagal untuk ia wujudkan sebagai hadiah terindah untuk mereka. Saat ini harapan dan tujuan mereka hanya saya anak tertua dan anak terakhir. Mereka selalu berdoa dan selalu mengaitkan kami agar jangan pernah mengecewakan mereka untuk yang kedua kalinya.
Sampai detik ini rasa sakit yang kami alami masih membekas, tetapi dengan kasih dan cinta Tuhan yang selalu menguatkan kami agar kami selalu memaafkan, mengikhlaskan dan selalu percaya apa yang terjadi yaitu kehendak Tuhan dimana yang baik kita tanamkan dan yang buruk kita pelajari.
Adik maafkan Kakakmu ini, yang belum bisa menjadi yang terbaik untukmu, yang belum bisa mendampingimu, yang belum bisa bersamamu, yang belum bisa memahamimu, pada waktu yang selalu kamu butuhkan.
Cerpen Karangan: Maria Novita Blog / Facebook: Maria Nhovita