Hari Sabtu Aku sudah selesai mandi, memakai handuk Pinknya, lalu masuk ke kamar. “Gak sabar bisa jalan jalan deh sama temen temen” katanya. Aku mengeringkan badannya lalu memakai baju yang sudah kusiapkan. Baju Putih bermotif Biru, Celana Jeans, Topi merah bergambar Unicorn. Dan Jaket Hitam-Pink di pundakku karena aku belum butuh pakai jaket. “Putri! Ayo sarapan!” Ibunya berteriak memanggil Naura. “Iya bu! Tunggu!” kataku. Setelah itu, aku ke ruang makan untuk sarapan.
Selesai makan, Putri langsung mengambil tasnya dan pergi menemui teman temannya di depan sekolahku, tak lupa pamit dengan ibunya.
Aku berjalan ke SMAku, saat sampai aku melihat teman temanku menunggu di depan gerbang Sekolah. Ada Fira, sohibku. Vina, Naura, Cantika, Kayla, Salsa, Ryan, Yuda, Harris, Faris, Dio, dan Malvin. “Halo, semua” aku menyapa teman temanku. “Halo, Putri” senuanya menjawab. “Kamu kok lama sih put? Kita udah nungguin lama nih” kata Faris. “Maap maap, bangunnya agak telat, hehe” kataku sambil menggaruk kepalaku. “Ini 1 motor 2 orang ya. Kita kan ada 12 orang, motornya ada 6.” kata Kayla. “Yaudah, ayuk langsung cus” kata Malvin. “Lokasinya dimana sih?” aku bertanya. “Bandung” kata Dio. “Jauh banget, nyampenya besok pagi kayaknya” kataku. “Sengaja disana, tempatnya bagus soalnya” kata Salsa. “Yaudahlah, ayo gaskeun.” kata Ryan. Aku berharap bisa boncengan sama Harris, orang yang kusuka. Tapi aku malah boncengan sama si Ryan. Jadi, Fira sama Yuda, Harris sama Cantika, Vina sama Dio, Naura sama Malvin, Salsa sama Faris dan Aku sama Ryan. Semua terlihat seperti Pasangan yang Sempurna, tapi tidak bagiku. Aku malah bersama Ryan, aku maunya sama Harris. Biar si Cantika ama Ryan. Tapi, yasudahlah.
Aku memasang Headset di telingaku untuk mendengar lagu dari HP ku, lalu naik motor Ryan dan langsung memegang pinggangnya. Semua teman temanku sudah jalan duluan. Aku dan Ryan tertinggal. “Ayo, Ryan. Jalan” kataku. “Oh, oke. Lu pegangan ya” kata Ryan. Kita pun berjalan menyusul teman temanku. Aku merasakan detak jantung Ryan… Kencang sekali… “Ee, Ryan. Lu tegang ya?” Aku bertanya. “Hah? Oh.. Itu, Put. Gua baru kali ini boncengin temen cewek kayak lu. Jadi ya, gua merasa tegang gitu. Sori ya” kata Ryan. “Oiya, gapapa kok. Semua cowok kadang gitu” kataku.
HP ku otomatis menyetel lagu Perfect yang dinyanyiin sama Ed SheeSheeran. “I found a love… for me~, Darling, just dive right in… and follow my lead~” aku sedikit bernyanyi. “Bagus juga suara lo, Put” Ryan memujiku. Aku malu. “Hehehe, makasih Ryan.” kataku. Aku melihat motor Harris didepan, ada Cantika juga di belakang Harris. “But you heard it… darling, you look perfect tonight…” aku bernyanyi lagi. “Lo cemburu ya, Put? Liatin cowok yang lu suka tuh, si Harris.” Ryan bertanya. “Ho’oh…” Aku mengiyakan dengan muka cemburuku. “Gua juga, Put. Liatin cewek yang gua suka, Si Cantika ama si Harris.” Ryan merasakan hal yang sama. “Yang sabar aja dah, Ryan” aku menyemangati Ryan. “Hahaha, iya dah, Put” katanya.
Sudah setengah jam di jalan. Dan kenapa? Kenapa? Aku merasa lebih nyaman dengan Ryan daripada Harris. Ryan yang dikenal Tegas dan nyeremin bisa jadi teman ngobrol yang asik. Batinku merasa aku salah orang. Apakah Ryan yang sangat cocok untukku daripada Harris? Aku semakin mempererat tanganku di pinggangnya. Saatku memeluk Ryan, dia lebih hangat dibanding Harris, aku pernah memeluk Harris, sebenernya gak sengaja sih, soalnya aku sempet jatuh, trus aku mendarat di pelukan Harris. Aku semakin erat memeluk Ryan, Ryan semakin tegang mengendarai motor.
Beberapa jam kemudian, Jam 3 sore an. Aku sudah masuk wilayah hutan. Aku merasa gak enak badan. Aku sedikit mendesah. Ryan yang mendengarnya jadi khawatir. “Lo kenapa, Putri?” Ryan bertanya. “Gua gak enak badan kayaknya, Ryan” kataku. Ryan menepikan motornya ke pinggir jalan. Kebetulan ada kursi panjang dekat situ. Ryan turun dan menuntunku duduk di kursi itu. “Lo kenapa?” katanya. “Gua, aduh… Sakit kepala, Badan gua panas dikit kayaknya. Sssss, ahh…” aku mendesah lagi. Ryan memegang kepalaku dengan tangannya, jantungku berdetak kencang. “Panas dikit nih, Put” katanya. “Bentar, gua ambil air anget dulu trus obat pusing sama obat demam” katanya lagi. Ryan mengambil air termos dan gelas kecil di tasnya, juga obat pusing dan demam.
Ryan kembali duduk, dan menuangkan air anget ke gelas. “Nih, Putri. Minum” kata Ryan sambil memberiku gelas air hangat. Ryan juga memberi obat pusing dan demamnya. Aku pun minum obat itu. Dan aku memberi gelas itu lagi ke Ryan. “Makasih ya, Ryan. Lo perhatian banget deh” kataku. “Iya gapapa, seorang teman memang harus saling menjaga. Gua khawatir sama lu tadi.” kata Ryan sambil menaruh termos dan gelas kedalam tasnya.
Ryan duduk lagi disampingku. “Udah enakan belum, Putri?” Ryan bertanya sambil mengelus elus kepalaku. Jantungku serasa mau Copot saat Ryan mengelus kepalaku. Aku belum pernah merasakan seperti ini bahkan saat aku di dekat Harris, orang yang kusuka. Pikiranku bertanya. Apa aku salah menyukai seseorang? Ryan yang dikenal tegas dan nyeremin di kelas menjadi lembut dan perhatian di depanku. “Udah, Ryan. Lanjut yuk.” kataku. “Kalau panas lagi, pake jaket kamu aja. Itu daritadi jaket kamu cuma nongkrong aja di pundak lu.” katanya. “Iya, Ryan” kataku. Aku pun memakai Jaket Hitam-Pinkku. Karena sudah masuk wilayah hutan, jadi agak dingin. Kami pun lanjut jalan
Beberapa jam kemudian, sudah jam 8 malem. Kita sudah makan malam, Tapi kita belum sampai. Jalannya sepi, hanya ada pohon di sekitar, dengan lampu jalan. “Ryan, berapa kilo lagi?” Aku bertanya. Ryan melihat HP yang sedang menunjuk arah ke tujuan kita yang Dia sangkutin ke pemegang HP didepan motor. “Tinggal 50 kilometer-an lagi, Put” katanya. “Aduh, lamanya” Aku mengeluh. “Apa itu?” Ryan melihat sesuatu. 3 orang berdiri didepan kita. Mereka mendekati kita. Aku hanya bersembunyi di belakang Ryan, sambil memeluk Ryan erat.
“Heh! Mau kemana lo?!” salah satu pria besar itu bertanya. “Mau kedepan bang.” kata Ryan. “Eh Bocah! Lu kalau mau lewat, Lewatin kite dulu! Berani gak lu?!” kata seorang Teman pria kekar itu. Ryan kesal. Pria kekar itu membawa paksa diriku. “Sini lu, Cewek kecil!” kata Pria kekar itu. “Aaaaahh! Tolong aku Ryan!” Aku berteriak. “Woi, Bang! Sini lu! Gua gak takut!” sifat Tegas nan nyeremin Ryan keluar. Si pria kekar itu melepaskanku. Aku terjatuh. “Aaaggh!” aku kesakitan. Darah sedikit keluar dari kepalaku, karena aku terbentur Aspal. Aku berusaha menahan Darahku keluar. Ryan memukul Pria kekar itu, seorang teman pria kekar itu di belakang Ryan. “Awas belakang Lo, Ryan!” Aku berteriak. Ryan langsung menoleh kebelakang, dan menendang teman pria kekar itu. Tapi, Pria kekar itu langsung menyekap Ryan. “RYAN!” Aku khawatir terhadap Ryan. Seorang teman pria kekar itu tiba tiba disampingku dan dia menendangku. “Aagghh!” Aku kesakitan lagi. “PUTRI!” Ryan berteriak. Aku menangis kesakitan.
“HAHAHAHA! LO KURANG KUAT LAWAN KITA BERTIGA!” kata Pria kekar itu. 2 teman pria kekar itu langsung Menghajar Ryan bertubi tubi. “TIDAK! RYAN!” Aku berteriak lagi. Ryan semakin lemah, dan Ryan terjatuh. Aku menangis. Mereka menghampiriku, Aku ketakutan. Aku tak bisa berlari. “AAAAA! JANGAN!” kataku. “SINI LU CEWEK!” kata Pria kekar itu. “JANGAN!!!!” Aku berteriak kencang. Mereka akan menghajarku. Ryan yang tak berdaya perlahan bangun dan mencari batang kayu besar. Aku dihajar oleh mereka. Mereka memukul perut dan wajahku. “AAAGHH! AAAGHH!” Aku kesakitan. “RYAN!!! TOLONG AKU!!!!” Aku berteriak sekencang-kencangnya. Ryan langsung memukul Pria kekar itu dengan Batang Kayu besar.
BUUKK! Pria kekar itu terjatuh sampai pingsan. Teman pria kekar itu berlari dan akan menangkap Ryan, tapi untungnya Ryan bergerak cepat. Ryan langsung memukul kedua teman pria kekar itu. Pria itu dan teman temannya semua pingsan. Aku berlari ke Ryan dan memeluk Ryan. “Ryan, gua takut.” kataku sambil menangis. “Tenang, Putri. Gua gak bakal biarin lo kenapa kenapa.” kata Ryan. “Udah pingsan mereka, udah Putri. Jangan takut.” kata Ryan sambil memelukku. Kita berdua kelelahan dan kesakitan.
Cerpen Karangan: ATJD Blog / Facebook: Gak punya Saya? Saya ATJD. Seorang cowok. Hanya orang biasa yang sedang menjalani hidup. IG: @atjd.is.noob