Hari ini seharusnya menjadi hari yang paling ditunggu oleh Selin dan Arion. Mereka ingin sekali datang ke FANTOPIA, yaitu sebuah festival terbesar pertama yang akan menghadirkan banyak aktor dan aktris ternama asal Thailand. Di mana beberapa di antara mereka adalah kerabat dekat Selin dan Arion.
Acara dimulai pukul sebelas. Sekarang waktu menunjukkan pukul sepuluh. Selin sudah siap dengan pakaiannya. Ia langsung menuju kamar Arion untuk memastikan sang adik juga sudah siap sekaligus ingin memberitahukan sesuatu.
Tok. Tok. Tok. Selin mnegetuk pintu kamar Arion. Tidak sampai lima detik pintu itu terbuka. Seorang laki-laki dengan rambut cepak muncul seraya tersenyum ke arah Selin.
“Kak Selin. Ada apa?” “Hai, Ar. Kakak barusan ditelfon sama Papa Gulf. Dia nawarin kakak buat jadi tamu VVIP. Jadi, nanti pas dateng ke sana langsung masuk ngga usah antri buat registrasi. Tinggal bilang aja atas nama Gulf Kanawut. Mau ngga?” “Wah, mau! Aku mau banget, Kak. Tolong bilangin Papa Gulf ya. Anak bungsunya yang ini juga mau jadi tamu VVIP.” Selin tertawa. “Yauda kakak bilangin Papa Gulf ya.” “Oke, Kak Sel. Makasi.”
Selin mengambil ponselnya, kemudian menghubungi Gulf. Sementara itu, Arion di dalam sedang merapikan pakaiannya sambil berdiri di depan cermin. Tiba-tiba ponsel milik Arion berdering. Ia langsung menjawabnya.
“Halo.” “Halo, Dek Ar. Ini Kak Pluem. Pluem Purim.” Mendengar itu Arion kegirangan sampai melompat. “Kak Pluem! Astaga! Udah lama ngga ketemu, Kak. Arion kangen banget sama Kak Pluem. Gimana kabarnya? Sehat? Kak Pluem lagi persiapan di Fantopia ya?” “Iya, Dek. Kamu ikut ngga?” “Ikut dong. Harus ikut. Kapan lagi bisa ketemu kalo bukan di acara kayak gini. Kalian sih pada sibuk. Ya iya sih. Namanya juga artis.” Pluem terkekeh geli mendengar ocehan Arion.
“Kamu berangkat sama siapa ke sini, Dek? Suruh nganter Chimon gih.” “Gampang. Enaknya jadi anak bungsu dari dua keluarga tuh terima beres doang.” “Yauda. Kak Pluem tunggu kalo gitu. Inget ya, Dek. Jam sebelas acaranya.” “Oke, Kak. See you soon.” “Daah.”
Arion memutuskan sambungan lalu segera menghubungi Chimon, kakaknya dari keluarga Gun. Berhubung kamar mereka cukup jauh, maka Arion memilih untuk menelfon saja daripada harus naik ke lantai atas.
Beberapa detik kemudian, panggilan Arion terjawab. “Halo.” “Halo, Kak Chim. Ihs lama banget ngangkatnya. Eh, aku nebeng dong ke Fantopia. Asik, tau. Aku jadi tamu VVIP di sana. Wuhu!” “Wah, wah! Pasti Papa Gulf yang kasih akses ya?” tanya Chimon dan Arion langsung tersenyum lebar. “Iya, Kak Chim. Awalnya Papa Gulf nelfon Kak Sel terus Kak Sel nawarin aku. Yauda dimintain juga deh ke Papa Gulf. Emang enak kalo jadi anak bungsu dari dua keluarga gini.” Chimon tergelak. “Yauda. Kak Chim turun abis ini. Tunggu di ruang tamu aja ya.” “Siap. Makasi ya, Kak Chim.”
Arion benar-benar senang dan setelah memastikan tidak ada barang yang tertinggal, ia segera meninggalkan kamar. Saat sedang berjalan menuju ruang tamu, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Metawin, kakak Arion juga dari keluarga Gulf yang kebetulan sedang menginap di rumah ini.
“Eh, Dek. Woy!” Arion berhenti lalu memutar badannya menghadap Metawin. “Mau kemana?” tanya Metawin. “Mau ke Fantopia, Kak.” “Ngapain?! Ngga, ngga! Ngga boleh!” Arion sontak melebarkan matanya. “Hah?! Kok ngga boleh?!” “Pokoknya Kak Win ngga ngijinin. Titik.” “Kak, tapi—” “Ar,” panggil Chimon yang baru saja turun dari lantai atas. “Jadi nebeng ngga? Buruan yuk! Kak Chimon udah di calling sama manager kakak nih suruh ke sana.” “Udah, Chim. Lo jalan aja. Ntar Arion urusannya sama gue,” ucap Metawin. “Oh, yauda kalo gitu. Chimon jalan dulu ya.” “Ati-ati.” “Eh, Kak Chim. Kak!” Set “Mau ngapain, hah?”
Metawin langsung menarik lengan Arion saat hendak mengerjar Chimon. Arion pun menjadi dongkol hatinya dengan perlakuan sang kakak yang over protektif ini.
“Ck, aargh! Lo rese banget sih, Win?!” “Oh. Mulai berani sama gue?” “A-aakh! Kak Win, sakit!” Metawin mencengkram lengan Arion semakin kuat hingga membuat sang adik meringis kesakitan. Bersamaan dengan itu, Gun baru saja kembali dari tetangga sebelah. Ia langsung menghampiri kedua putranya.
“Lho, lho. Kenapa ini?” Win melepaskan tangan Arion yang kemudian langsung berlari memeluk Gun. Merengek dalam pelukan sang ayah. “Kak Win jahat, Yah. Masa aku ngga boleh ikut ke Fantopia? Kan, aku pengin banget ketemu sama Om Tay, Om Newwie, Kak Pluem, Kak Aj, Kak Jj. Ketemu sodara-sodara kita. Masa ngga boleh?”
Gun mengembuskan hela nafas lalu tersenyum dan mengelus surai Arion. Ia melepaskan pelukan putranya itu, kemudian menangkup kedua pipinya. “Sayang, dengerin Ayah ya. Bukannya ngga boleh. Tapi, di sana semua pasti sibuk. Banyak banget yang harus diurusin. Belum lagi ada fansign. Nanti kalo kamu malah dikacangin, gimana? Mungkin itu maksudnya Kak Awin ngga ngebolehin kamu ke sana. Ya kan, Kak Win?”
“Dengerin tuh, Ar!” tegas Metawin. “Yah, tapi—” “Nanti biar Kak Win aja yang sampein salam dari kamu ya?” “Ck, aargh! Tau ah!” Arion yang terlanjur kesal akhirnya meninggalkan mereka dan kembali ke kamar. Ia merutuki keadaan ini dalam hati.
Namun, rupanya tidak hanya Arion yang kesal lantaran batal pergi. Selin juga sama kesalnya karena tidak diijinkan oleh sang bunda—istri Gun—untuk pergi. Terpaksa harus membatalkan undangan tamu VVIP dari Gulf.
Kini, Arion sedang bersama Selin di kamarnya. Mereka saling mengutarakan kekecewaan masing-masing. Satu hal yang keduanya sadari setelah kejadian ini. Untuk Selin yang adalah satu-satunya anak perempuan dari dua keluarga—keluarga Gulf dan keluarga Gun—tidak semudah itu mendapat perlakuan yang sama. Untuk Arion yang adalah anak bungsu, tidak selalu menyenangkan karena teralu disayang.
“Sebel deh, Ar. Kakak harus batal lagi ketemu sama Kak Bright. Tahun kemarin cuman enam bulan ketemu terus lanjut LDR. Tahun ini malah ngga ketemu sama sekali. Ntar gini berantem. Salah-salahan. Ujung-ujungnya apa? Putus. Capek, Ar,” keluh Selin. “Sama, Kak. Aku juga capek. Capek jadi anak kesayangan. Masa iya aku ngga boleh pergi cuman gara-gara mereka takut aku dikacangin? Ngga ada yang ngeladenin? Berlebihan ini tuh! Aku cuman pengin ketemu sodara-sodara jauh sama sahabat-sahabat aku aja, Kak,” sambung Arion. Mereka berdua menghela nafas berat.
“Mereka sebenernya sayang sama kita ngga sih? Kalo iya, kenapa coba diperlakuin beda kayak gini?” tanya Arion. Selin memandang keluar jendela. “Terus ngapain nih kita sekarang?” tanyanya. Arion berpikir sejenak. “Ah, aku tau. Ke rumah Fiat aja yuk!”
Deg Jantung Selin seketika melompat. Kejadian tidak mengenakkan yang melibatkan sang kakak dari keluarga Gulf, yakni Ohm Pawat, dengan orangtua Fiat kembali melintas dalam benaknya. Selin tau apa yang akan Fiat lakukan jika mereka bertemu saat ini.
“Kak!” “Eh-i-iya.” “Malah bengong.”
Mereka lalu pergi menuju kediaman Fiat.
To be continued…
Cerpen Karangan: Ciaaa