9 oktober 2019 Hujan meteor Draconid akan terjadi beberapa detik lagi. Orang-orang percaya….
Berharap …
Flo mematikan siaran radio kesayangannya. Rambut cokelat sebahunya dipermainkan angin, pandangannya jatuh pada langit malam kota Bandung. Terakhir kalinya bagi Flo memandang sebelum pergi ke negeri sakura besok. Menyusul kedua orangtuanya yang berangkat lebih dulu. Padahal hari ini spesial untuknya. Tidak ada yang tahu. Bahkan Papa dan mama. Wajar sih, Flo sudah menelan rasa sakitnya hampir tujuh belas tahun.
Huh! Di Hari ulang tahunnya, dia tidak pernah memiliki kesempatan untuk bahagia. Keluarga, teman-teman dan seorang cowok sekalipun tidak ada di takdir Flo. Huh! Seandainya saja!
Flo berjalan keluar bandara. Di luar, semua terasa nyata; bintang bersaing paling terang ketika bulan menyembunyikan diri. Kedua tangan cewek itu saling terkait.
“Aku ingin bahagia.”
Detik itu juga, bola api dari debris Komet 21P/Giacobini-Zinner melesat dalam hitungan detik. Sebagian orang menganggapnya sebagai harapan.
—
Flo memandang sekitarnya dengan mulut menganga. Gaun pastel selutut dengan aksesoris brokat adalah pakaiannya untuk ke bandara. Bukannya pergi ke rumahnya sendiri. Bahkan, koper di genggamannya terasa semakin berat. Flo mungkin bermimpi berangkat ke bandara untuk pergi.
“Flo!” Suara cempreng dengan nada riang mengingatkan Flo dengan cewek popular di sekolah ya, Mina. Cewek yang membenci Flo karena Ken, si cowok populer pernah membantu Flo membawa buku-buku ke kantor guru.
Ngomong-ngomong, Ken adalah cowok populer dengan wajah kulkasnya. Kebaikan Ken itulah, Flo selalu jadi mangsa anak-anak. Flo si muka bantal, julukannya. Dua minggu di SMA Dior malahan membuat Flo kembali merasakan trauma. Dia benci selalu tidak disukai.
“Mau ke mana? Yang lain udah pada nunggu lho,” Kali ini suara riang lainnya berhasil membuat Flo menutup mulut. Dua orang yang berdiri di depan Flo memanggilku Mina dan Adine. Kenapa mereka berbicara seolah Flo bukan musuh mereka? “Aku harus ke bandara,” ujar Flo terbata-bata.
Ini mimpi! Flo mencubit pipinya sendiri. Rasa panas bekas cubitan membuat Flo yakin kalau kenyataan ini terlalu mustahil. Lagian, tidak mungkin mereka berdua tahu rumah Flo.
“Bandara? Are you seriously?” Mina mengangkat bahunya seraya menggeleng. “Udah ayo.” Flo cuma bisa pasrah ketika Adine mendorong ya masuk. “Akhh. Tutup mata,” celetuk Adine seraya melapisi mata Flo dengan kain hitam.
Flo dituntun Adine. Kepalanya masih berputar mencerna semuanya. Yakin kalau Flo sudah diantar ke bandara tinggal siap berangkat. Ya, sebelum itu Flo mendengarkan siaran radionya tentang hujan meteor. Seolah terhipnotis dengan semua orang lakukan, Flo mengikutinya tanpa sadar. Sebelah itu …
“Mau dibawa ke mana?” Tanya Flo gugup. Jika benar ini mimpi, kenapa Flo merasakan debaran menyenangkan? “Sebentar lagi sampai,” bisik Mina pelan.
Flo merasakan tangannya terlepas dari genggaman Adine. Cewek itu mengulurkan tangan, menggapai apa yang ada di jangkauannya. Berusaha keras, tidak menemukan apa pun. Flo mengendurkan ikatan kain yang menutup matanya.
“Terlalu kencang,” runtuk Flo dengan suara serak. “Ada orang nggak?” teriak Flo keras. Mungkin ini salah satu ‘siksaan’ Flo Kali ini. Teman-temannya yang populer itu mendapatkan ide brillian untuk mengerjainya. Selamat kepada mereka, Flo ketakutan sekarang.
Flo merasakan sesuatu yang dingin menempel pada lehernya. Gadis itu gemetaran. Dia ingin berteriak sebelum ikatan matanya terlepas, lalu teriakan orang-orang mengejutkan Flo sekali lagi. “Surprise!”
Ada Papa, mama, Mina, Adine dan Jane. Jane! Jika kalian menonton drama picisan tentang geng, Jane adalah ketuanya, sangat membenci Flo. Berbeda sekali dengan senyum tulusnya kali ini yang ditujukan pada Flo.
Flo tidak bisa bergerak bebas. Matanya melirik pisau kue yang menempel pada leher.
“Happy birthday Flo,” bisikan itu pelan tetapi sangat dekat. Flo berbalik ketika lehernya sudah bebas. Kejutan lagi, Ken ada di sini dengan senyum jarangnya itu. Flo merasa semuanya seperti negeri impian. Suara nyanyian ulang tahun yang tidak pernah didengarnya, tawa kebahagiaan, teman-teman. Dan, juga Ken ada di sini.
“Potongan kedua untuk …” Adine menghentikan ucapannya dengan nada menggoda.
Potongan pertama untuk kedua orangtua Flo. Potongan kedua ini direbut paksa oleh Ken. Senyumnya lebar hingga matanya tinggal segaris.
“Ken!” Sorak-sorai heboh entah siapa yang mengawalinya tidak dipedulikan Flo. “Ada hadiah buat kamu,” ujar Ken seraya mengulurkan tangannya. Flo menatap cowok itu dengan pandangan bertanya. Kemudian membalas uluran tangan Ken.
Dari tangan Ken yang lain, sebuah mawar merah terulur di depan Flo. “Di ulang tahun kamu ini, aku harap bunga ini akan mengawali genggamannya kita untuk hari-hari selanjutnya. Flo, aku jatuh cinta, aku janji bikin kamu bahagia. Kamu mau jadi pacarku?”
Ditembak Ken di hari ulang tahun Flo adalah kajaiban. Kebahagiaan ini terasa nyata. Berapa kali pun Flo menyangkal ini nyata. Flo berharap kejaiban hujan meteor itu selamanya.
Bagaimana Jika keajaiban itu hilang besok? Atau besoknya?
Cerpen Karangan: Rissma Inarundzih Hai aku Rissma. Aku ingin kalian merasakan keajaiban dari cerita ini. Berteman, Yuk! Ig/FB: @imagisenja Wp: @rii_inar
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 3 Agustus 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com