Seorang lelaki berambut hitam dan memiliki mata sayu menuruni anak tangga satu persatu. Lelaki itu bernama Deri, ia sedang memikirkan nilai ujian yang baru saja ia kerjakan 2 hari yang lalu. Hampir semua mata pelajaran ia kuasai, Deri paling menyukai pelajaran sulap. Deri bersekolah di Akademi badut. Akademi Badut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai badut.
Deri berjalan menuju papan informasi lalu ia menemukan sebuah brosur yang berisi pendaftaran untuk menjadi anggota yang berpartisipasi Dalam pentas. Pentas itu itu diadakan oleh pihak akademi untuk memperingati 6 tahun berdirinya Akademi Badut. Pentas tersebut akan diselenggarakan sebulan lagi. Pihak akademi hendak merekrut 25 peserta didik untuk pentas itu.
Pentas itu menarik perhatian Deri. Deri ingin menjadi bagian dari pentas tersebut. Dengan mengikuti pentas tersebut, impian Deri menjadi semakin cepat terwujud. Deri memiliki impian Menjadi badut yang berkarakteristik dan terkenal. Tanpa berpikir panjang Deri langsung mendaftarkan diri Ke panitia.
“Semoga aku adalah 1 dari 25 orang itu,” batin Deri.
Berita tentang pentas itu itu membuat suatu Akademi heboh. Di kelas, Deri sangat bersemangat menerima pelajaran. Hari demi hari Deri lalui dengan semangat. Pada hari yang tenang Deri melihat seorang siswa yang selalu mondar-mandir di depan kelas Deri.
“Deri, Apakah kau tidak merasa aneh dengan orang di depan itu?” Tanya Ucok teman sekelas Deri. “Entahlah, abaikan saja,” Ucap Deri.
Sampai akhirnya tiba hari penentuan peserta pentas. Sepertinya Tuhan menerima doa Deri, ia terpilih untuk Menjadi Pesulap dalam pentas tersebut. Deri sangat gembira saat mengetahui II berita tersebut.
“Aku akan bekerja keras,” ucap Deri dalam hati.
25 orang yang terpilih berkumpul di aula Akademi. Mereka termasuk Deri sedang merumuskan apa saja yang akan dilakukan di pentas sebulan lagi. Pihak Akademi sengaja memberikan waktu yang lama untuk berlatih, Agar bisa menampilkan yang terbaik. Pihak Akademi juga sengaja membebaskan para peserta untuk memilih tema untuk pentas tersebut.
“Bagaimana jika di pentas kali ini kita mengangkat topik permainan tradisional?” Tanya Andi, kepada 24 orang. “Setuju!” Jawab 24 orang serempak.
Selama sebulan ini Deri dan teman temannya berlatih dengan keras. Terutama Deri, ia adalah orang yang paling bersemangat dalam pentas ini. Deri sangat memikirkan dirinya saat pentas nanti. Ia takut seandainya penampilannya mengecewakan orang lain.
Mereka semua bekerja sama dengan baik. Tak terasa hari ini adalah hari terakhir latihan, besok adalah hari penting di mana pentas diselenggarakan. Deri sudah benar benar menyiapkan segala perlengkapan. Ia sangat takut apabila melakukan kesalahan.
Karena pentas itu diadakan malam hari, jadi Deri dan teman temannya beristirahat sambil menunggu waktu. Jam 3 sore mereka sudah berkumpul di aula akademi. Mereka mengecek semua yang akan dipakai nanti. Ternyata semuanya sudah lengkap.
“Ayo kita pasti bisa!” Ucap Gladys menyemangati teman temannya.
Jam 7 malam pentas dilaksanakan. Rangkaian peristiwa berjalan dengan lancar, sampai ketika Deri hendak melakukan sulapnya. Semua peralatan Deri hilang, padahal sebelum pentas dilaksanakan ia sudah menyiapkannya. Ia sangat takut ketika para penonton memandangnya dengan rasa penasaran dan beberapa juga ada yang mencemoohnya. Tubuh Deri bagaikan telah dibekukan, ia tidak bisa bergerak.
Teman teman Deri berusaha memberikan peralatan yang ada, tetapi Deri terlanjur kaku. Deri mencoba melakukan sulap dengan alat seadanya tetapi reaksi penonton sangat membuat Deri semakin takut. Deri frustasi, ia langsung kembali ke balik panggung.
Deri disambut dengan tatapan kecewa dari teman temannya. Ia langsung mengucapkan beribu maaf kepada teman temannya. Pentas yang mereka impikan berakhir kacau. Latihan selama sebulan tidak ada artinya. Deri sangat merasa bersalah, seharusnya ia menyimpan peralatannya dengan baik. Dari kejauhan nampak seorang lelaki yang melihat Deri dengan tatapan iba. Dengan berat hati lelaki itu menuju tempat Deri dan teman temannya.
“Hmmm, maafkan aku Deri,” mohon lelaki itu “Apa maksudmu?” Tanya Deri. “Itu, sebenarnya aku yang sudah mencuri peralatan sulapmu,” ucap lelaki itu menunduk. “Apa kau bilang? Dengan enaknya kau hanya bilang maaf? Dan lebih parahnya kau tak tahu malu datang ke sini dengan mengatakan hal tersebut, itu sudah tak ada artinya kau tahu?” Bentak Deri. “Maaf…, Aku tak bermaksud,” jawab lelaki itu. “Apa? Kau tak bermaksud, lalu untuk apa kau mengambil peralatan itu?” Tanya Deri “Sebenarnya aku hanya iri denganmu yang memiliki semua hal, kau populer, pintar, dan juga tampan. Semua hal itu ada yang bisa kudapatkan.” Jawab lelaki itu. “Bahkan kau tak tahu namaku kan?” Lanjut lelaki itu. “Tetap saja itu bukanlah hal yang bisa dibenarkan. Ya, memang aku tak tahu siapa namamu. Tetapi sekarang kau harus mendapat sesuatu yang setimpal,” jelas Deri.
Lelaki itu bernama Faisal, kelas Faisal bersebelahan dengan kelas Deri. Suasana mulai ricuh, teman teman Deri berusaha menenangkan Deri yang berusaha menyerang Faisal. Pak Bagas yang mengetahui keadaan tersebut langsung bertindak, suasana mulai terkendali. Teman teman Deri mulai sadar bahwa tidak ada yang sia sia. Walaupun pentas ini tidak berjalan sesuai keinginan tetapi mereka mendapatkan pengalaman yang berharga.
Teman teman Deri meminta maaf karena keegoisannya beberapa menit yang lalu. Deri memaafkan mereka semua, kecuali Faisal. Kerena ia adalah penyebab insiden ini terjadi. Pentas itu berakhir tidak sempurna tetapi mereka berusaha menerima kenyataan.
Cerpen Karangan: Intania Aziza Blog / Facebook: Intania Azizaf
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 17 November 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com