Setelah aku dan tristan resmi berpacaran, kami senantiasa menghabiskan waktu bersama memanggil dengan nama sebutan istimewa dan banyak lagi. Kali ini aku akan memperjuangkan rasa cintaku pada Tristan.
“Kak Budi liat panpan ga?” “panpan?.. oh Tristan gak gak liat gua” “oh makasih Doremi” “sama sama eh anjir gua Budi bukan Budi Doremi” “Sama aja” Dari percakapanku tadi nunjukan bahwa aku sedang mencari Tristan. aku khawatir dia tidak datang, dan terlupa tugas.
“Selamat pagi gua denger ada yang nyari gua nih” “Tan kemana aja sih lama beth” “nyontek dulu tugas biasa” “Denger ya kalo ngerjain tugas bareng kak Budi aja” “lah kok jadi gua” “dah jangan berantem gua nyontek google aja” “Eh guru datang duduk”
Jam pelajaran 1 “Anak anak keluarkan buku biologi karena ibu akan membahas kembali yang belum dimengerti” “Baik bu”
Sementara kami belajar semakin membucin tingkah laku Tristan yang gj. oh ya biologi adalah pelajaran favorit karena jam pelajaran biologi lebih sedikit dari mapel yang lain.
“Pan gua pulang ama kak Budi ya” “Iye duluan tuh si Budi nunggu” “Bay nanti gua ke rumah lo” “kerjain tugas” “iya tugas jan nyontek mulu”
Aku yang pulang duluan merasa ada hal yang tak benar. seperti ada yang akan menghilang dariku sangat lama.
“Woy bocah curut ngapain lo deketin Annisa hah” “Heh cowok brengsek lo gak pantes punya nama sebagus itu Devon itu nama orang yang setia” “Emang gua gak setia apaan” “lo datang disaat senang doang dasar lo cowok brengsek”
Seketika telepon genggamku terjatuh dengan wallpaper aku bersama Tristan. jantungku berdetak sangat kencang terus memikirkan Tristan, apa yang terjadi pada Tristan.
“Hallo apakah anda keluarga pemilik telepon ini” “ya saya pacarnya anda siapa ya apa yang terjadi pada pacar saya” “pacar mbak tadi tawuran dan tertussuk pisau” Aku hancur. Tristann kau harus selamat kumohon
“Hallo di mana pacar saya sekarang” “Di rumah sakit sejahtera” “saya segera kesana tolong jaga dia sebentar”
Aku yang sambil menangis mengetuk kamar kak Budi. “Kak… kak Budi buka” “Apaan ganggu tau, eh nis kenapa” “Tristan kak… masuk rumah sakit” “Kenapa tu bocah” “ketusuk pisau kak udah jangan banyak tanya cepetan anterin” “ya.. iya”
Sesampainya di rumah sakit aku bertanya tanya kenapa kamu tawuran, dengan lamunanku menangis tersedu sedu
“Nis tuh kan kamarnya” “iya kak itu kamarnya”
“gimana keadaan pacar saya sekarang” “Sedang diperiksa mbak belum ada informasi” “yang sabar ya dia pasti selamat kok” “makasih kak”
“Ini bagaimana kejadiannya mengapa bisa begini” “jadi ada sekelompok pemuda yang menyerang 1 orang korban dan ternyata saya menemukan teleponnya berdering ternyata itu mbak” “sekelompok pemuda ini ada yang nama Devon?” “ya sempat satu pemuda memanggil nama tersebut”
“Ada keluarga Tristan disini” “saya saya pacarnya” “bagaimana keadaan tristan dok” “pasien harus dirawat intensif selama 6 bulan” “Karna luka pasien sangat parah duduk pun masih harus dibantu karena luka tersebu sangat parah hampir mengenai tulang punggung” “berati gua gak akan bisa ketemu Triatan selama 6 bulan kak” “Sebaiknya mbak telepon keluarganya karna lebih berhak” “baik saya akan telepon keluarganya”
“Hallo… ini telepon rumah keluarga al farizki” “iya saya pembantu di rumah ini” “bisa saya bicara dengan orangtua Tristan” “oh boleh sebentar” “hallo… Ini saya Annisa” “oh Annisa ada apa” “Tristan tante, Tristan masuk rumah sakit” “Asstagfirullah Tristan” Tante maria al farizki sangat terpukul hingga menangis tersedu sedu dan bergegas pergi ke Rumah sakit. tante maria dan aku sangat terpukul. dan entah apa yang akan terjadi selanjutnya.
Aku sedari tadi berusaha nenenagkan tante Maria tapi tetap saja tante maria menangis tersedu sedu dan hanya memikirkan tristan. kak Budi menyarankan aku untuk pulang saja agar tante Maria tidak terganggu, aku pun berpamitan pada tante Maria dan tante Maria merespon sambil menghapus air matanya.
“Tante kami pulang dulu ya” “iya silahkan biar tante yang jaga Tristan di sini” “kalau begitu kami pulang dulu” “hati hati ya”
Sepanjang jalan aku hanya melamun di perjalanan hanya ada keheningan hanya didalam mobil kak Budi saja yang terasa sepi kami tidak sempat mencairkan suasana karena kami masih memikirkan Tristan.
“kak Budi” “Hmm” “gimana kalau Tristan gak selamat” ucapku sambil melamun “ya janganlah dia masih mau bertahan karena inget kamu” “gak ini cuman semisalnya kalau Tristan pergi kita mau gimana” “Nis bisa gak sih lu gak membuat perasaan gak enak kaya gitu” “gua cuman ngebayangin aja gak lebih dari itu” “Dari pada mikir yang aneh mending lo diem”ucap kak budi marah sambil menyetir mobilnya.
kami pun sampai di rumah kami mulai ketempat tujuan masing masing. Belum sampai kamar aku sudah ditanya tanya oleh orangtuaku
“Nak gimana Tristan” “Dia harus dirawat setengah tahun” “emang dia kenapa” “udah jangan banyak tanya mah aku cape” “tan jangan dulu tanya tanya ke Nisa dia masih sedih” “Tapi kan-” “udah tante istirahat aja dah Budi mau ke kamar”
Di kamar aku hanya bisa terbaring menunggu kabar dari tante Maria yang telah berjanji akan mengabariku tentang Tristan, seketika ponselku berbunyi ternyata itu tante Maria yang mengirim pesan. aku membaca sejenak pesan tersebut.
“Nis ini tante Tristan sudah siuman dia nyari kamu” begitu isi pesan tante Maria “allhamdulillah besok saya kesana” aku membalas pesan tante maria dengan rasa syukur “terimakasih tante sudah mengabarkan saya” tambahku
Keesokan harinya aku harus pergi sekolah ya tampa Panpan ku sayang. Aku hanya menatap jam yang berada tepat di atas papan tulis, sampai guru datang aku hanya melamun satu hari saja sudah rindu bagaimana jika setengah tahunku menunggu mungkin aku sangat bosan hingga mengabaikan pelajaran.
“anak anak selamat pagi” “pagi bu” “keluarkan buku Bahasa inggris kita akan membahas percakapan dengan kata baku yang benar” “kita akan mulai dengan percakapan antar Annisa dengan Tristan”
Hatiku sangat sedih saat Tristan tidak ada di kelas aku hancur dan dalam lumbuk hatiku aku berdoa ya tuhan.. sembuhkanlah Tristan ubahlah rasa sedih ini menjadi keajaiban.
“Tristan masuk rumah sakit bu biar saya yang mengantikan” “oh iya benar Tristan tidak bisa masuk kalo begitu silahkan Budi”
Pelajaran telah usai aku pulang dengan kak Budi ya seperti biasa kelakuanku jika tidak ada Triatan melamun, memirkan hal buruk, dan lainnya yang membuat kak Budi jengkel, memang aku masih bisa berbincang dengan teman temanku yang lain tapi rasanya beda lebih asik kalo ngobrolnya sama Tristan
“Kak kita ke rumah sakit dulu” “oke, emang Tristan dah siuman” “udah dari kemaren keles” “ih kagak ngasih tau njir” “dah lah cepet”
Beberapa menit kemudian… “tante kami boleh bertemu Tristan” “boleh tapi 1 orang dulu” “kak aku dulu ya” “ye gih sono” “njir segitunya”
“Tristan” “Nisa akhirnya lo datang juga” “hm iya gua datang lo tau tadi sepi banget” “Kenapa emang kuburan” “bukan karena gak da lo” “cie kangen” “ih apaan sih, eh gimana lo udah makan belum” “dah sama makanan hambar” “apaan bubur” “Bukan, karena gak bisa ketemu lo” “anjay bisa juga lo ngegombal” “dah lah canda doang kok” “eh itu kak Budi mau ketemu tuh”
Walau aku tidak bisa bertemu dengannya tapi aku yakin masih ada kesabaran dalam diriku memang waktu yang kutunggu tidak sebentar. tapi aku masih harus sabar
Cerpen Karangan: Annisa kirana
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 29 November 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com