“Jangan kepo!” aku menoyor kepala adik laki-lakiku. “Apaan sih kak!” dia merengut sambil terus membuka halaman demi halaman insta story mantan pacarnya. “Ga bagus seperti itu. Biarin aja dia sekarang sudah mulai move on. Liat tuh, teman-temannya banyak kan? Happy dia sekarang, ga waktu sama kamu dek”. “Ish .. sana sana.. ganggu ah!”, kutimpuk badan adikku dengan boneka Winnie The Pooh yang tergeletak tak jauh dari kakiku. “Memang kalian ada masalah apa kok bisa putus?” aku masih saja mengorek-ngorek info dari adikku. “Apaan sih kakak, kok sekarang kakak yang kepo?” Diaz memicingkan matanya. “Lho kepo sama adik sendiri kan gapapa. Daripada kepo sama mantan, apa sih enaknya kepo?”
Diaz kini berganti posisi duduk. Disandarkannya kursi malasku ke belakang, kakinya bersila bak seorang yoga profesional. “Di .. Diaz”, aku menoleh ke arah dia duduk. “Apa ..”, dia menjawab sekenanya. “Angel itu kan cantik, ramah, baik, kurangnya apa?” “hmmm ..” Diaz masih asyik dengan handphone nya. “DIAAAZZZ” “Apa sih kakak”. Kali ini aku hampiri dia, bantal yang sedari tadi digunakan kutarik dengan cepat. “Iya iya, aku dengar. Angel tidak ada salah apa-apa kak, hanya saja ..” “Apa?” tanyaku lagi. “Ah, kalau aku beritahu kakak pasti kakak yang nyalahin aku.” Diaz kini meletakkan handphonenya, matanya menerawang.
“Aku yang salah sih kak, aku kurang bersyukur. Bersyukur kalau dia ternyata yang terbaik dari yang lainnya.” “Nah .. apa kakak bilang. Dari jaman kamu dekat dengan Angel, kan kakak bilang, dek jaga Angel, jangan disakitin, karena kakak kenal sekali dengan orangtuanya. Mereka dari keluarga baik-baik”. Diaz menghela nafas. “Iya kak, tapi, jangan salahin aku juga, dia cemburunya gede banget! Masa aku ngobrol sama Dina, tau kan yang rambutnya panjang ikal itu, eh dia langsung marah. Aku distalking lah pas latihan basket. Dia cari tau lah mengenai Dina ini. Ya Dina marahlah!” “Lho! kok Dina marah? ya jelas dia salah, dia tau kan kalau kamu sama Angel dekat. Ah modusnya Dina aja kali. Mau sama kamu dek. Apa sih yang kurang dari adekku ini. Tinggi, ganteng, jago basket, juara lomba debat.”
Diaz lagi-lagi menghela nafas. “Wanita itu dek, feeling akan sekitarnya tuh kuat banget, apalagi sama kamu, yang notabene pacarnya waktu itu. Naluri hewaninya keluar hahaha … “. “Maksudnya?” Diaz bertanya, tapi kali ini lagi-lagi dia membuka halaman Instagram Angel. “Ya itu yang kamu bilang tadi, jangan lagi nyakitin hati wanita. Wanita itu seorang yang tangguh, tuh buktinya, Angel udah move on.” “Wait ..” Diaz menyorongkan handphonenya padaku.
Meledaklah tawaku. “See dek … hahaha … wanita itu tangguh hahaha”. Diaz memonyongkan bibirnya. “Sudah sudah makanya jangan suka kepo. Kamu nanti yang akan sakit hati. Tuh liat .. baru aja dia posting, just now kan tulisannya?” Diaz mengangguk. “Lebih ganteng dari kamu dek hahaha ..”
Diaz kali ini benar-benar menutup handphonenya. Dia beranjak dari tempat duduknya menuju pintu kamar. “Eh mau kemana?” tanyaku cepat. “Mau nyolong ayam goreng si mbok”.
Cerpen Karangan: Rana Dakka Blog / Facebook: Rana Dakka
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 29 November 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com