Hari ini ribuan tetes air membasahi bumi, sedikit demi sedikit memaksa awan untuk menangis. Suara halusnya mesin bernyanyi dengan untaian suara yang gemercik seperti alunan nada yang saling bersautan. Kegelapan mulai datang menghampiri bersamaan dengan bulan dan bintang akan terus menemani perjalanan malam ini. Perjalananku hari ini menuju satu kota di Pulau Jawa, lebih tepatnya Daerah Istimewa Yogyakarta.
Perkenalkan namaku Renjana Syafazea Nazeera, aku bisa dipanggil Zea atau Zeera. Dari kecil aku senang sekali bertraveling dan berwisata dengan keluarga atau dengan teman sekolah. Aku lahir di Bandung, 06 Juli 2003. Aku anak ke 2 dari 3 bersaudara, ayahku seorang pengusaha tangguh dan ibuku adalah seorang pengajar hebat di salah satu sekolah terfavorit.
Kereta besar ini melaju cukup cepat di hamparan jalan lurus dengan lampu yang terang di setiap sisi kanan dan kirinya. Waktu menunjukkan pukul 11.53 WIB, kami akhirnya sampai di tempat tujuan dengan selamat. Aku turun dari bus dengan membawa tas berwarna kelam baja.
“Zeaaaa…” Ucap seorang wanita dengan paras yang menawan menghampiriku. Ternyata dia sahabat masa kecilku Yera. Noera Kinantan Sidney teman sekelas dan sahabatku. “Apaa raa?…” jawabku. Percakapan singkat didepan pintu masuk karena harus bergegas menuju tempat istirahat yang telah disediakan. Hal yang paling beruntung adalah satu kamar dengan sahabat kecilku.
Tak terasa waktu berjalan malam telah berlalu. Pagi ini aku sarapan bersama Yera dan teman teman teman yang lain, setelah itu kami menaiki mesin besar yang biasa disebut bus. Tiba-tiba Yera bercerita padaku, tentang apa yang ingin ia tanyakan akhir-akhir ini, dia bertanya kepadaku.
“Zea, kamu tau Cayl selalu nanya ke aku, kamu punya pacar apa belum”, terus aku jawab aja. “Belum gapapa kan zee?” Pertanyaan Yera sangat membingungkan. Aku berdiam diri sejenak lalu menceritakan apa yang aku rasakan pada beberapa hari yang lalu di kelas. “Aku ngerasa dia selalu aja ngeliat aku, padahal kan aku ga deket sama si Cayl itu.”
Tak lama setelah itu, aku tersandung kemudian datang seorang pria bertubuh tinggi dan cukup tampan menghampiriku. “Nih jam tangan kamu zea. Makanya kalo jalan sambil ngobrol perhatikan dong langkah kamu.” Ucapnya sambil menggerutu. Dia langsung pergi. Ya, benar sekali itu Caylen Nuraga Dayyan. Seorang remaja pria yang tadi diceritakan Yera. Sepertinya dia menarik. Hal yang paling membahagiakan adalah aku Renjana Syafazea Nazeera berfoto berdua dengan remaja bertubuh tinggi bernama Caylen Nuraga Dayyan. Namun, saat berada di Candi Borobudur Cayl menghilang, semua orang sibuk mencari hingga malam gelap dan tidak ada satu pun pengunjung yang datang.
Semua siswa diwajibkan untuk berdiam diri dan berdoa di bus masing-masing. Aku memaksa untuk turun dan mencari temanku. Tak lama dari itu terlihat dia sedang berlari kearahku dengan senang. Katanya dia menemukan hal yang paling dia tunggu dari kunjungan ini, aku diajaknya berjalan menuju salah satu tangga. Terkejut aku melihat cahaya dan seorang laki laki yang gagah perkasa membawa kami melihat keadaan candi ini pada masa lalu. Begitu indah dan megahnya candi ini, kami disuguhkan dengan berbagai macam buah dan makanan khas jaman dulu. Semuanya terasa nikmat dan lezat. Aku dan Cayl menikmati keindahan dengan berjalan berkeliling Yogyakarta di masa lampau. Kami menaiki sebuah kereta yang indah dengan kuda putih didepannya. Senang sekali rasanya tidak pernah terbayangkan olehku, duduk berdua dengannya.
Lalu setelah hari menjelang gelap dan terlihat senja mulai datang dengan indah, aku berteriak-teriak karena ketakutan. Dan benar sekali dugaanku, ternyata delman yang tadi bukan kuda ternyata harimau yang ingin memangsa kami. Dan kusir yang mengendarainya adalah sesosok pria bertubuh tinggi dan berwarna hitam dan bermata merah. Aku dan Cayl berlari sambil ketakutan hingga belasan kilometer. Aku sudah merasa lelah dan ingin beristirahat. Bredd!! Suara kepalaku terbentur batu. Cayl membangunkanku lalu dia menggendongku, kami berlari kembali dengan keadaan yang sangat mencengkam akhirnya ada sebuah gubuk tua yang cukup terang. Dengan rasa sakit ini kakiku berjalan karena tidak enak hati dengan Cayl.
Cayl mengajakku beristirahat, dengan tangan yang bergandengan, suara langkah kami seperti diiringi lantunan gamelan yang merdu. Aku menengok ke belakang ternyata harimau itu masih mengincar kami. Sosok itu terus mengikuti arahnya empat pasang kaki sambil berdengus. Kami sempat tak sadar waktu itu. Aku yang sangat takut seraya meminta pertolongan sekeras mungkin, lalu apa yang terjadi? Aku tersiram air karena teriakanku. Maaf aku hanya bermimpi, kejadian yang sebenarnya adalah aku baru terbangun setelah dicipratkan air dingin oleh Yera. Jahat sekali memang tega membangunkan sahabatnya yang sedang tertidur.
Kali ini sunguhan bus sekolah sampai di hamparan rumput biru dengan ombak yang bernyanyi di tepi Pantai. Pantai Wediombo adalah sebuah pantai yang berada di Desa Jepitu, Girisubo, Gunungkidul di dekat Pantai Siung, berjarak 80 km dari kota Yogyakarta. Pantai tersebut meliputi sebuah teluk yang dikelilingi pegunungan batu karang dan pasir putih. Di tengah laut, batu karang tampak menonjol. Angin membelai rambut indah sari. Indah sekali, semua orang berkeliling dan berfoto dengan pose membelakangi lautan yang luas. Aku dan Yera berfoto di bibir Pantai dengan tersenyum gembira. Setelah itu kami menulis nama di atas pasir dengan tangan sebagai pena. Hal yang cukup membuat hidupku berkesan, melihat surga dunia dengan sahabatku Yera. Tak lupa kami juga memanfaatkan waktu untuk lebih nyaman snorkeling di bibir pantai, tak ada salahnya juga untuk menikmatinya karena pemandangan bawah di bibir pantainya juga menarik. Terlebih lagi terdapat sebuah laguna di dekat pantai yang pemandangannya juga menarik untuk snorkeling di sana sekaligus bersantai.
Yera dan aku terbahak-bahak karena melihat salah satu teman kami Asha Litani Tavisha, dia dilemparkan ke tepi laut oleh Gy dan tiga pria lainya. Aku melamun mendengarkan lirih bisikan angin yang masuk ke telinga. Alih-alih Cayl mendatangiku mengajak untuk berfoto berdua, aku tersipu malu mengiyakan ajakan Cayl.
Cayl bertanya kepadaku dihadapan teman-teman. “Zea suka aku ga?” terlihat sedikit malu. Aku terkesiap mendengarnya, sampai sampai aku tertegun. Sangat bingung sekali jantungku berdegup kencang. “Lumayan.” Ucapku dengan nada pelan. Dia tersenyum lalu menggandeng tanganku dan berfoto layaknya sepasang kekasih yang bahagia. Mengerling kamera dengan senyuman yang tampak sangat indah. Sahabatku Yera malah terkekeh-kekeh melihat kami berfoto.
Beberapa jam setelah kejadian itu, Caylen Nuraga Dayyan mengungkapkan perasaannya kepadaku. Dan aku mengiyakan Cayl. Aku, Cayl, Yera dan Gy makan malam di meja makan yang sama. Lagi-lagi rinai berlomba mencapai tanah. Angin malam ini menggoda membelai rambut dan wajahku. Aku diselimuti jaket Cayl sepanjang malam. Study tour yang sangat berkesan di masa SMA.
Hal yang hebat tentang pertemanan ialah mereka membawa energi baru ke dalam jiwamu, karena menghabiskan waktu hari ini untuk mengeluh terhadap hari kemarin tak akan membuat hari esok lebih baik.
Cerpen Karangan: Adynda Zullya Rahman Blog / Facebook: Alramlynda Hiii
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 1 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com