Satu kata, namun ditakuti oleh santriwan-santriwati yang ada diseluruh dunia. Kata yang membuat santriwan-santriwati memiliki jejak yang mungkin bisa dibilang tidak baik di mata para pengurus pondok. Kata yang mungkin bisa didapatkan oleh santriwan-santriwati yang memiliki masalah ketika mereka ada di pondok. Banyak santriwan-santriwati yang sudah terkena takzir karena mereka melakukan perbuatan yang dilarang ketika ada di pondok, dan takzir an yang mereka dapatkan juga bergantung kesalahan yang mereka lakukan, jika santriwan-santriwati melakukan kesalahan yang tidak terlalu berat, takzir an yang mereka dapatkan juga tidak terlalu berat, akan tetapi jika kesalahan yang mereka lakukan berat atau mereka melakukan hal yang sangat fatal, takzir an yang mereka dapatkan juga berat serupa dengan kesalahan yang telah mereka lakukan.
Pondok Pesantren Ar-Rizky, begitulah orang-orang menyebutnya, pondok yang berdiri ditengah-tengah kota dengan suasana yang terlihat sangat megah. Pondok yang memiliki 500 lebih santriwan-santriwati dari berbagai daerah yang menjadi satu dalam pondok pesantren tersebut. Pondok yang memiliki berbagai macam aturan untuk para santri yang sedang tholabul ilmi disini, dengan pengasuh pondok dan juga pengurus pondok yang baik dan juga terpelajar yang dapat memberikan ilmu baru bagi santriwan-santriwati yang mencari ilmu di pondok pesantren Ar-Rizky ini.
Suatu hari, dalam sebuah kamar, ada 4 santriwati yang setiap harinya selalu bersama-sama, kegiatan yang ada di pondok mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali mereka lakukan bersama, 4 santriwati itu bernama Hidayah, Rofikah, Alfiyah, dan terakhir Avifah. Keempat santriwati ini tentunya memiliki sifat-sifat yang berbeda, Hidayah si banyak tingkah, Rofika si baik hati dan suka tertawa seenaknya, Alfiyah si periang dan suka membantu orang, dan yang terakhir, Avifah si tukang makan dan suka membantu orang. Keempat santriwati ini memiliki sifat-sifat yang berbanding terbalik semuanya, namun, dibalik semua sifat mereka yang berbeda-beda, mereka tetap menomor satukan hal untuk kebaikan bersama, misalnya menjaga kebersihan kamar. Dalam hal kebersihan, 4 santriwati tersebut memang sudah tidak diragukan lagi kebersihannya, dan pengurus pondok pun mengakui jika 4 santriwati tersebut sangat cekatan dalam hal kebersihan.
Sampai pada suatu hari, Hidayah si banyak tingkah berbicara kepada teman-temannya: “Halo gais, aku bosan nih dengan penampilan kita yang begini-begini aja” “Hah, maksud kamu bosan gimana? Menurut aku, penampilan kita berempat juga udah bagus kok, kenapa harus bosan?” tanya Rofikah “Haduh Rofika, maksudnya bosan tuh kayak penampilan kita ya gini-gini aja, nggak ada kemajuan sama sekali. Emang sih udah bagus, tapi, ganti penampilan gitu, biar kelihatan beda. Kayak ngewarnain rambut misalnya, kan kelihatan beda tuh” celoteh Hidayah panjang kali lebar kepada teman-temannya. “Ngewarnain rambut? Nyemir rambut dong? Kan itu ngga boleh dilakuin selama kita jadi santriwati di pondok pesantren Ar Rizky ini” bantah Avifah kepada Hidayah “iya bener itu yang di omongin Avifah, kita kan ngga boleh ngewarnain rambut selama kita jadi santriwati di pondok ini, nanti kalo ketahuan, kita bakal kena takzir sama pengurus, dan itu kan gawat banget” ucap Alfiyah dengan nada yang sangat tinggi
“Helloooo Rofikah, Avifah, Alfiyah, kalian kenapa jadi penakut banget sih sekaranng? Nyemir rambut aja kan ngga kelihatan, kita kan pake kerudung kalo keluar kamar. Kalo di dalam kamar kan nggak papa dan nggak ada pengurus juga. Lagian nyemir rambutnya juga sedikit, yang bagian poni aja, selebihnya nggak usah disemir” ucap Hidayah meyakinkan teman-temannya untuk menyemir rambut mereka masing-masing. “Sama aja Hidayah, ngga boleh semir-semir rambut, nanti kalo kita nyemir rambut terus ketahuan sama pengurus, kan kita juga yang kena takzir, aku nggak ikut-ikutan nyemir-nyemir rambut pokoknya” ucap Rofikah menolak ajakan Hidayah untuk menyemir. “Aku juga nggak mau nyemir-nyemir rambut, udah bagusan warna hitam aja rambutnya”. “Iya nih Hidayah, ada-ada aja sih pengen nyemir rambut atau apalah segala macam, bagusan hitam aja rambutnya, nggak usah disemir-semir. Aku sama kayak Rofikah, Avifah, nggak mau ikut-ikutan nyemir atau segala macam” ucap Alfiyah kepada teman-temannya.
“Lah, kok kalian nggak ada yang mau nyemir rambut sih. Yaudah kalau kalian nggak mau nyemir-nyemir rambut, aku sendiri yang bakal nyemir rambut, kalian kan nggak mau, jadi nggak usah ikut-ikut nyemir rambut”. ucap Hidayah lalu pergi meninggalkan ke tiga temannya.
Setelah Hidayah pergi meninggalkan teman-temannya ia menuju ke kamar mandi pondok sambil membawa semir rambut dan menyemir rambutnya sendiri dibantu oleh cermin yang ada didalam kamar mandi. Hidayah membutuhkan waktu sekitar 1 jam an lebih untuk menyemir rambutnya dan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Setelah itu, dia langsung mandi dan juga keramas agar semir yang ada di rambutnya menempel dengan maksimal. Setelah ia mandi, ia lalu menuju ke kamar dan bertemu dengan ketiga temannya.
“Hidayah, tumben jam segini udah mandi? ngga kayak biasanya mandinya” tanya Alfiyah kepada Hidayah dengan rasa terheran-heran. “Iya nih Hidayah, tumben banget mandinya duluan, biasanya aja malas kalau disuruh mandi”. lanjut Avifah disertai dengan cemoohan recehnya”. “Iya nih, lagi pengen mandi cepet soalnya, sekalian tadi nyemir rambut didalam kamar mandi” Ucap Hidayah dengan santainya. “Hah, kamu udah nyemir rambut? Gilakk niat banget nyemirnya sampai secepat ini”. Ucap Rofikah dengan nada yang kaget. “iya nih Hidayah, cepet banget nyemirnya, seniat itu nyemir rambut” “Kenapa sih kalian? Biasa aja nyemirnya, orang nyemirnya sebentar. Lagian ini cuman poni yang disemir, jadi biasa aja, santai. Ucap Hidayah dengan lagak santainya.
Tapi tiba-tiba, suara toak dari dalam kantor pun berbunyi yang intinya mengisyaratkan bahwa seluruh santriwati harus berkumpul di aula pondok pesantren.
“Loh, kenapa ada pengumpulan santriwati mendadak sih, ada apa lagi ini” gerutu Hidayah dalam hati . “Ayo Hidayah, kamu ikut ke Aula pondok, jangan kabur dalam perkumpulan santriwati ini. ucap Avifah sambil menarik tangan Hidayah lalu menuju ke dalam aula pondok.
Sesampainya di dalam aula, para santriwati pun berbaris, dan tanpa disangka-sangka, acara perkumpulan santriwati ini adalah pemeriksaan mendadak dari mulai ujung rambut hingga kepala. Satu per satu para pengurus memeriksa santriwati tersebut hingga pada akhirnya tibalah Hidayah diperiksa oleh pengurus. Pengurus kaget melihat poni rambut Hidayah yang berwarna merah, dan saat itu juga pengurus bertanya kepada Hidayah apa alasan dia menyemir rambut, dan setelah Hidayah menjelaskan apa alasannnya menyemir rambut, ia mendapatkan Takzir an dari pengurus.
Hidayah mendapatkan Takziran oleh pengurus untuk memotong rambut yang sudah disemir lalu setelah itu, ia harus membersihkan musholla selama satu minggu berturut-berturut. Dan Hidayah juga diberi nasihat oleh pengurus untuk tidak menyemir rambut lagi. Setelah pemeriksaan mendadak itu selesai dilakukan, santriwati kembali ke kamar mereka masing-masing, termasuk Hidayah dan juga ketiga temannya tadi.
Cerpen Karangan: Avifah Nur Rizky Blog / Facebook: Avifah Nur Rizky
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 5 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com