Hari ini matahari pagi terlihat menatap Anna dengan lembut. Pagi ini ia memutuskan pergi ke sekolah bersama dengan Rani. Gadis itu tahu bahwa Anna kemarin sempat sakit yang membuat ia harus izin libur untuk mengistirahatkan badannya. Mereka berdua sama-sama bersekolah di SMA N 1 Batang Anai. Beruntungnya Anna ia juga sekelas dengan Rani di XI MIPA 1.
“Rani!” “Tunggu, mari pergi bersama” ujar Anna ketika sudah berada di depan gadis tersebut yang sedang duduk di pos ronda kampungnya. Anna tampak sedang mengatur nafasnya sambil jilbabnya.
Sosok gadis yang memiliki mole di bawah alis kanan itu. Anna yakin dibalik wajah itu pasti dalam hatinya memberengut kesal. Anna jadi was-was saat melihat mata Rani tampak menajam. Ia berharap agar gadis ini tidak mengomelinya sepanjang jalan menuju sekolah. Ya memang semenjak Anna tinggal di sini ia terbiasa pergi dan pulang sekolah dengan berjalan kaki bersama Rani. Lagi pula jalan kaki itu sehat dan menghemat pengeluaran uang jajan, hehe.
Sewaktu Anna baru tinggal di sini, Anna sendiri yang menghampiri Rani yang saat itu ia sedang mengais jambu depan rumahnya. Rumah Rani hanya berbeda dua rumah dari rumah Anna. Anna yang saat itu menghampirinya membuat Rani terkaget. Mungkin Rani baru melihat gadis yang baru tinggal di kampung ini. Akhirnya mereka berkenalan.
Jangan harap kalian berpikir Anna akan memakai gaya hidup kota di kampung ini. Kalau di Jakarta Anna diantar jemput bus sekolah sedangkan di sini tidak. Ayahnya bilang ia harus terbiasa hidup kesederhanaan tidak seperti dulu lagi. Anna pun mengiyakan perkataan ayahnya itu. Sebenarnya Anna tak masalah dengan kesederhanaan yang ia rasakan saat ini asalkan keluarganya bahagia dan harmonis itu sudah cukup. Karena bagi Anna harta bukan segalanya.
“Rani nanti jadi kan melihat pertandingan pacu jawi di sawah nenekmu?” “Jadi dong. Adrian juga ikut pacu jawi loh. Kemarin aku melihatnya berlatih di sawah itu. Kamu tahu An? Ini merupakan pertandingan pertamanya loh? Aku jadi tidak sabar untuk melihatnya nanti sore.” “Wahh aku jadi tidak sabar melihatnya”
Pukul 12 siang mereka sudah pulang sekolah. Tadi di sekolah Anna dan Rina sempat bertemu lelaki yang akan mengikuti pertandingan pacu jawi itu. Mereka berdua lumayan dekat dekat dengan Adrian. Lelaki berperawakan tinggi sekitar 170 cm berkulit sawo matang itu menyuruh kedua gadis ini menonton pertandingannya. Sekarang mereka sudah sampai di rumah Anna. Sampai disitu mereka berpisah untuk menuju ke rumah masing-masing. Anna sudah berjanjian dengan Rina bahwa ia akan menjemputnya pada pukul 3 sore dirumah Rina. Rencananya mereka akan berjalan kaki saja ke sawah tempat pertandingan pacu jawi itu. Lagi pula jarak rumah mereka ke sawah tidak terlalu jauh.
Anna sudah bersiap-siap. Ia tampak memakai jilbab segitiga warna hitam dengan dibaluti celana longgar panjang. Sambil merapikan pakaiannya ia melihat jam tangan yang ada di tangan kirinya. Ternyata sudah pukul 3 lebih 5 menitan. Sesudah pamit dengan Ibunya ia langsung bergegas menuju rumah Rani. Dan disinilah ia sudah berada di depan rumah Rani. Ia melihat ada Ibu Rani sedang menjahit sebuah kain di teras rumahnya. Anna memanggil Ibunya Rani dengan panggilan Amak. Ibu Rani sendirilah yang meminta hal itu. Jadilah Anna hanya menurut saja.
“Assalammualaikum Amak, Raninya ada mak? Anna ada janji sama Rani untuk pergi melihat pertandingan pacu jawi Mak.” “Iya Raninya ada. Sebentar Amak panggil dulu” “Ayo An” ajak Rani saat ia sudah berjalan menuju Anna. Mereka berdua pun bergegas menuju tempat pertandingan.
Setibanya di tempat pertandingan pacu jawi ternyata sudah ramai orang yang datang. Orang-orang tampak berlalu lalang. Udara disini sangat sejuk. Anna mengedarkan matanya untuk mencari Adrian. Lelaki itu bilang kalau sudah sampai langsung saja temui dirinya di tempat para pemain berkumpul. Anna menajamkan matanya saat melihat Adrian tampak sedang beradu mulut dengan seorang pria yang juga merupakan salah satu peserta pertandingan ini. Di tempat itu ada Fadil yang merupakan sahabat Adrian yang berusaha melerai keduanya. Anna pun mengajak Rani menghampiri lelaki itu. Sesampainya disitu ternyata Adrian bertengkar dengan Beni yang merupakan teman satu sekolah kami. Mereka bertengkar sudah seperti layaknya pacu jawi, saling tak mau mengalah. Fadil bilang memang dari dulu mereka berdua ini tidak bisa akur. Memang si Beni termasuk biang onar di sekolah. Buktinya saja ia sering keluar masuk ruangan BP. Tadi kedua lelaki itu sempat baku hantam untung saja ada panitia lomba yang menyudahi perkelahian itu.
“Sudahlah Ian. Redamkan emosi kamu lagi pula sebentar lagi kamu akan bertanding. Sebaiknya kamu harus fokus dengan pertandinganmu” Anna berucap dengan harap agar Adrian tidak emosi lagi. “Tidak bisa An! Dia sudah meremehkanku. Sehebat apa dia bisa-bisanya berbicara seperti itu. Dia pikir dia lebih hebat dariku apa?! Lihat saja nanti aku akan mengalahkannya!”
Benar-benar lelaki ini tidak bisa menurunkan emosinya. Wajahnya tampak memerah dan nafasnya memburu sudah seperti jawi yang ingin mengamuk. Anna tak habis pikir dengan Adrian ini. Sebenarnya Pacu Jawi tidak memiliki lawan tanding seperti halnya perlombaan-perlombaan pada umumnya. Tetapi melihat sikap Beni yang seperti mencari lawan dengan membuat Adrian berlomba dengannya.
“Ian aku harap kamu redamkan emosimu dan jangan pikirkan itu lagi. Sebentar lagi kamu akan bertanding. Kamu harus fokus.” Ujar Fadil yang baru saja kembali dari tempat papan pertandingan.
Adrian mengatur nafasnya harap-harap bisa menurunkan menstabilkan emosinya.
Kemudian Fadil tampak membawa Adrian menuju tempat para peserta berkumpul untuk mendengar arahan dari panitia. Anna dan Rani sekarang sudah berada di tempat para penonton. Orang-orang yang ingin melihat pertandingan hanya bisa menonton di tepi sawah. Waktu sudah berjalan 10 menit tetapi pertandingan belum di mulai. Hal ini di sebabkan karena para peserta yang belum mengikuti lomba belum seluruhnya hadir. Saat mereka tengah asik melihat suasana di tempat sawah ini. Fadil menghampiri mereka.
“Rani! Anna! Ayo ikut aku!” Kami yang di panggil langsung mengangguki dan mengikuti Fadil. Langkah kakinya terlihat terburu-buru. “Ada apa dil? Kamu jalannya jangan cepat-cepat dong?” tanya Rani seolah menuntut Fadil untuk menjawab pertanyaan nya. Fadil yang ditanyai hanya diam saja.
Mereka bertiga sekarang sudah berada di tempat tunggu peserta pertandingan pacu jawi. Anna dapat melihat Adrian tampak tenang dari pada terakhir bertemu tadi. Anna melihat Fadil sambil menaikan sebelah alisnya seolah bertanya apa maksud membawansy kesini.
“Tadi si Beni tolol, memancing emosi Adrian lagi. Tapi untungnya Ian tidak melayani si manusia tolol itu. Kalau mereka sekali lagi bertengkar maka mereka terpaksa” jelas Fadil dengan tenang. Fadil bersyukur temannya ini tidak meladeni bocah tengil itu.
“Seriusan?! Astaghfirullah benar-benar deh si Beni. Lama-lama tingkah kalian jadi seperti jawi yang dipacu” Jawab Rani misuh-misuh. “Alhamdullilah kalau gitu. Syukur kamu bisa menahan emosi. Nih minum dulu biar tenang pikiranmu” Anna menawarkan sebotol air minum yang ia bawa tadi ke Adrian. Adrian menerimanya langsung meneguk air minum hingga abis. Anna melihat Adrian tampak memainkan botol bekas air minum itu. “Jika dia membuat masalah dengan aku lagi. Lihat saja apa yang aku akan lakukan pada lelaki tengil itu” Suara Adrian mengagetkan kami bertiga. Fadil hanya bisa mengelus dada. Memang Adrian mengatakannya dengan suara lirih tetapi ucapannya sangat menusuk dan bagaikan tidak bisa diganggu gugat.
“Kepada para peserta yang mengikuti pacu jawi di mohon untuk segera datang ke sumber suara!”
Suara pengumuman mengagetkan kami. Dengan buru-buru Adrian dan Fadil langsung menuju ke sumber suara. Anna pun mengajak Rani untuk kembali ke tempat tonton mereka tadi. Namun Adrian menyuruh mereka menonton di dekat juri. Ia bilang menonton disitu lebih leluasa dari pada menonton dari di ujung itu yang ramai penonton. Anna dan Rani pun mengiyakan saja dan mengkori dua lelaki itu. Setelah mereka sampai di tempat yang di tuju. Adrian sudah bersiap dengan dua jawinya. Lelaki itu terlihat biasa saja. Tidak terlihat grogi.
Cerpen Karangan: Luvia Cantika Blog / Facebook: @loeviec
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 9 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com