Pacu jawi merupakan salah satu tradisi unik yang ada di Sumatera Barat. Pacu jawi ini biasanya diadakan setiap tiga kali dalam setahun yang dilakukan setelah usai masa panen. Aturan main dalam Pacu Jawi bukan soal kecepatan, melainkan dua ekor sapi yang mampu berlari lurus secara bersamaan. Orang yang mengendalikan jawi disebut Joki. Bagi para joki selain harus mahir berdiri di atas bilah alat bajak saat ditarik kedua sapi, menggigit ekor sapi adalah salah satu teknik untuk mengendalikan sapi-sapi agar berlari lebih kencang.
Sawah yang basah dan berlumpur siap menyapa para peserta pertandingan ini. Pertandingan Pacu Jawi pun di mulai dengan cara bertahap dengan membentuk grup. Setiap grup ada tiga peserta yang akan siap bertanding. Pertandingan dimulai dari kelompok A, B dan C. Adrian berada pada grup C. Sekarang tiba waktunya pertandingan Adrian. Saat Adrian menuju ke tempat garis start, Anna menyadari bahwa salah satu lawan Adrian adalah Beni. Lelaki yang memancing emosi Adrian tadi benar-banar menjadi lawan temannya itu.
Pacu jawi pun dimulai setelah seorang panitia menghitung mundur. Jawi-jawi pun berlarian dengan kencang sehingga lumpur menerjang orang-orang yang ada disekitar arena. Adrian tampak menggigit ekor sapi untuk mengendalikan sapi-sapi agar berlari lebih kencang. Semburat-semburat lumpur mengenai wajah dan seluruh badan Adrian. Degup jantung kencang itu yang dirasakan Anna saat melihat Adrian memacu jawi-jawinya. Ketika satu putaran lagi Anna melihat ada gelagat aneh dengan Beni. Rani dan Fadil pun menyadari itu karena Beni membawa jawi-jawinya mendekat ke arah Adrian. Fadil sudah siap meneriaki Adrian untuk menjauh dari Beni tetapi tidak di dengan Adrian. Dan benar saja beberapa setelah fadil meneriaki Beni langsung membelokkan jawi-jawinya agar menghantam jawi-jawi Adrian. Naas Adrian terjatuh bersamaan dengan jatuh jawi-jawinya.
Anna dan Rani yang melihat kejadian itu terkejut. Fadil dengan cepat langsung masuk ke dalam sawah untuk menolong Adrian. Anna meringis melihat Adrian yang terjatuh pasti rasanya menyakitkan. Banyak orang-orang yang menghampiri Adrian untuk memastikan lelaki itu baik-baik saja. Fadil terlihat memapah Adrian menuju tepi sawah. Kedua gadis itu langsung menghampirinya dengan membawa air botol Aqua yang langsung di ambil Adrian. Adrian tampak menahan emosinya. Terlihat sekali suasana hatinya sedang membuncah.
“Apakah ada yang terkilir atau terluka Ian?” dengan hati-hati Anna bertanya ke Adrian. “Tidak ada” Adrian menjawabnya dengan dingin. “Kamu sabar saja. Jangan emosi. Kamu harus ingat bahwa masalah tidak akan bisa selesai jika kamu meneladeni emosimu itu” Anna mengingatkan Adrian suapaya lelaki ini tetap tenang. “Bagaimana rasanya mencium lumpur?” Suara si tengil ini mengganggu kami yang sedang berbincang-bincang.
Bugh!
Adrian yang menyadari kehadiran Beni langsung saja berdiri menumbuk wajah pengecut ini. Mereka bertiga pun terkejut langsung saja Fadil menarik Adrian. “Ck! Kamu itu banci!” sarkas Adrian penuh emosi. Adrian kembali menonjok Beni dengan membabi buta. Wajahnya yang kuning langsat tampak memerah. Dan matanya menajam memerah. “Sialan! Sembarang omong kamu!” Beni yang mendengar tersulut emosi dan menonjok balik Adrian. “Dasar pengecut!”
Orang-orang yang ada di sekitar sawah tempat pacu jawi diadakan sudah mengerubungi lelaki berdua ini dan tidak berani melerainya. Fadil sudah berusaha melerainya tetapi ia malah mendapatkan satu tonjokkan dari Adrian. Pacu jawi yang sebelumnya belum selesai terpaksa berhenti dulu. Para panitia tampak panik dan bingung bagaimana cara menghentikan baku hantam ini. Adrian dan Beni benar-benar seperti jawi-jawi yang diadu dan tidak mau mengalah. Anna dan Rani telah menjauh dari kerumunan tempat perkelahian itu. Dua gadis itu tidak mau mereka berkelahi dengan brutal. Wajah mereka memerah dengan mata menajam. Seolah ingin menghabisi satu sama lain. Pukulan demi pukulan mereka lakukan. Hingga akhirnya Beni pun terjatuh lemas dan tidak melawan lagi membuat orang-orang di sekitar dengan cepat langsung segera menjauhi mereka berdua.
“Lepas! Aku belum puas memukuli biadab ini!” Adrian terus membrontak tak mau menyudahi perkelahian inidan nafasnya memburu. “Sudah hentikan. Kamu keras kepala sekali jadi orang.” Mendengar omongan seorang bapak-bapak yang merupakan warga sini juga. Adrian terlihat pasrah menyudahi perkelahian ini.
Kericuhan tadi sudah mereda. Orang-orang tampak sudah bubar dan kembali menonton karena pacu jawi akan dimulai kembali. Anna dan Rani bergegas menuju ke tempat Adrian. Adrian tampak sedang di obati oleh seorang bidan yang kebetulan sedang melihat pacu jawi. Wajah Adrian tampak babak belur. Sudut bibirnya berdarah dan dimatanya juga membiru akibat pukulan yang diberikan Beni tadi. Setiap diobati Adrian terlihat meringis.
“Kamu jangan lagi-lagi meladeni si Beni itu Ian, tahu sendiri dari dulu perilakunya suka sekali mencari masalah dengan orang” Fadil memberi peringatan kepada temannya ini. Mendengar itu Adrian hanya menganggukkan kepalanya karena ia masih sibuk meringis akibat luka-luka yang ada di tubuhnya.
“Sabar saja. Aku lihat Beni babak belur sekali. Jalannya saja tadi terpincang-pincang” ujar Anna. “Dia pantas mendapatkan itu”
Pacu jawi masih berlanjut hingga tadi sempat terhenti. Orang-orang kembali menyaksikannya. Perhatian orang-orang sudah kembali ke arah pacu jawi bukan lagi ke arah dua orang remaja yang beradu layaknya jawi-jawi. Sesudah Adrian bersih-bersih mereka berempat memutuskan untuk menonton pacu jawi sejenak. Melihat kondisi Adrian mereka sebenarnya tidak mau melanjutkan acara menontonnya tetapi Adrian mengatakan bahwa ia tidak apa-apa. Ketika mereka tengah asik melihat pacu jawi mereka dikejutkan dengan kedatangan Beni yang tiba-tiba.
“Ian. Aku tahu kelakuan tadi memang layak disebut seperti binatang. Aku menyadari itu dan aku minta maaf atas semua kelakuanku tadi.” Beni berujar dengan kepala yang menunduk. Sekarang ia sudah seperti jawi yang sudah tunduk kepada tuannya tidak seperti tadi. Adrian yang mendengar hanya menatapnya. “Aku harap kamu memaafkanku. Melihat luka-luka yang ada di wajahmu membuat aku semakin bertambah salah.” tambah Beni. Jelas sekali rasa menyesal di wajahnya.
“Kamu pikir aku juga tidak bersalah saat melihat wajah jelekmu itu?!” Adrian menyahut cepat sambil berdiri. Ia merasa disalahkan. Beni yang dihampiri hanya menatap Adrian cemas. Adrian terlihat menahan emosi jelas saja ia terlihat mengepalkan tangannya dan sepertinya akan terjadi perkelahian lagi. Anna dan Rani sudah dibuat was-was. Tetapi tiba-tiba Adrian terlihat menepuk-nepuk pelan punggung Beni. “Sudahlah hentikan omong kosong ini. Aku sudah memafkanmu. Aku juga minta maaf karena sudah membuat wajah jelekmu jadi tambah jelek.”
Mendengar hal itu Beni langsung tersenyum merekah. Mereka berlima tertawa mendengar lelucon Adrian. Pada akhirnya dua lelaki yang tadi sempat mengubah tontonan orang-orang dari menonton jawi-jawi asli menjadi menonton jawi-jawi berwujud manusia saling diadu sekarang sudah berbaikan. Tidak ada lagi saling pukul-memukul. Anna yang melihatnya tersenyum senang. Banyak peristiwa yang mereka lalui hari ini. Banyak juga pelajaran yang ia ambil dari peristiwa yang dilaluinya hari ini. Salah satunya saling memaafkan membuat kita mencapai kebahagiaan yang seperti Anna dan teman-temannya rasakan saat ini.
Cerpen Karangan: Luvia Cantika Blog / Facebook: @loeviec
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 9 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com