Masa remaja Jeno begitu suram. Cowok itu senang bergaul dengan geng mobil yang nakal tidak beraturan. Malam itu terdengar ceramah lagi dari orangtuanya.
“Sudah Ibu bilang jangan ngerusak nama baik PT. Dion ibu malu punya anak kayak kamu.” “Terus kenapa aku di adopsi akh.. lebih baik aku pergi.” jawab Jeno secara sarkas.
Hari di mana Jeno kesal meninggalkan rumah sekitar jam sebelas malam. Dan di sana ia bertemu Margov sebuah perkumpulan mobil mewah Ferrari dan juga Lamborghini. Semua ada tersedia.
Teddy belum pulang juga karena masih ada tugas. Memutuskan bermalam di kampus sembari mendengarkan musik delapan puluhan. Dia lebih senang jadul ketimbang sekarang.
“Aku suka sama Kakak, ini coklat buat kakak.” jawab gadis itu belum juga pulang namanya Eileen. Tapi dia junior di kampus anaknya periang, suka mengganggunya. “Tapi sorry gue belum bisa makan, gigi gue suka sakit makanan manis.” Teddy bukan cowok kasar yang suka marah-marah kalo tidak suka ya di tolak secara halus. Namun batas kesabaran dia juga tinggi kalo terus diganggu sama gadis yang tidak Teddy sukai. “Iya Kak, gak papa aku juga baru tau Kakak gak bisa makan coklat.” jawab gadis itu berlalu dari pandangannya.
Ini pertama kali seorang Teddy mendapatkan hadiah dari seorang gadis. Harinya di isi belajar. Mencoba mengajar pendidikan sarjana. Dirinya terkadang merindukan keluarga hangat. Bukan saling salah paham. Jeno ia adiknya meski Teddy tahu jika Jeno membencinya namun di lubuk terdalam Teddy selalu memikirkan kondisi Jeno. Saat adiknya berada di luar rumah.
“Jeno Abang harap kamu bisa memaafkan Abang maafkan Abang gak bisa membela kamu.” “Abang ini orangnya lemah, Abang takut kamu tambah kena masalah karena kecerobohan Abang hiks…” Airmata Teddy mengucur membasahi buku tebal di depannya.
Pengangkatan cowok itu sebagai ketua BEM menjadi takdir paling membahagiakan Teddy berkumpul bersama mereka duduk berbincang sambil melakukan rapat.
Tidak lama ponselnya berbunyi. “Halo?” “Aku Eileen kita bisa ketemu gak.” “Bisa nanti setelah rapat.”
Di atas rooftop kampus Eileen bertemu Teddy saling berbicara. Gadis itu memperlihatkan sketsa wajah Teddy. “Pajang di kamar kakak ya!” “Buat apa?” tanya Teddy. “Please kak aku mohon besok aku Ke Australia.” titah gadis itu memeluk Teddy perpisahan seakan menjadi luka. Dan inilah cerita di mana cowok itu mengalaminya.
Di hari berikutnya Jeno kembali mendengar kata yang membuat hati jadi ngilu. Tepat di mana Dion dan Lira sedang bersantai di ruang tamu.
“Kamu anak nakal gak bisa bikin orangtua bangga pergi kamu.” “Aku mau di sini sama Mama kenapa selalu Teddy yang jadi kebanggaan padahal aku anak Mama Papa?” “Itu karena kamu anak pungut yang di ambil di panti.” jawab Dion ayah tirinya. “Pergi dasar gak berguna.” ucap Lira ibunya.
Sakit yang Jeno rasakan ketika mendengar semuanya. Ia berlari keluar rumah menangis berhenti di jalan sunyi. Lalu sejenak melamun. “Kenapa gue diadopsi gue gak berhak apa bahagia?”
Teddy pulang ke rumah masih memegang coklat yang belum di makan sama sekali. “Jika nanti kamu lulus, pimpin PT. Dion ya gak kayak anak adopsi itu, harusnya dia bersyukur bisa ada di keluarga ini.” ujar Dion menyentuh teh panas baru saja di buat Lira. “Jangan begitu Jeno juga adik, ya walaupun agak nakal sih.” ucap Teddy membela adiknya.
Di tengah kondisi seperti ini Jeno butuh segelas minuman keras. Meneguknya sampai habis di salah satu klub malam di Kota Jakarta. Ibukota memang menawarkan sensasi ingin menjadi orang yang kotor. Kalo tidak berjaga diri.
Lalu Heru dan juga Jerry menghampiri Jeno mengajaknya untuk berdansa bersama para gadis cantik di sana. Namun Jeno menolak ia anti pada wanita cantik. “Udah lo aja gue gak mau, sana cabut.” jawabnya setengah teler. “Ya udah bye.” ucap Jerry pergi begitu saja.
Suatu hari ada lomba tanding balap di sirkuit Sentul. Tapi kali ini mobil mewah. Sebenarnya pertandingan ilegal tanpa izin. Akhirnya Jeno pun mendaftar dan bertemu pihak panitia. Setelah selesai Jeno tinggal menunggu hasil kapan waktunya bertanding.
Malam semakin larut Jeno tertidur di sebuah markas gudang tempatnya nyaman selain tidur di kamar pembantu.
Hari yang dinanti pun tiba Jeno mulai bertanding melawan geng Startrek. Lawannya cukup lihai juga, tapi Jeno tidak mau kalah.
Dan Jeno dinyatakan sebagai pemenang. “Pemenang kali ini adalah Jeno Kartajaya.” “Nama saya bukan Kartajaya, saya Jeno Argatama.” “Tapi bukannya kamu anak dari perusahaan PT.Dion Kartajaya.” “Siapa itu gue gak kenal.” “Oke, baiklah pemenang kali ini Jeno Artagama.”
Setelah menang Jeno mulai sering aktif bertanding bukan cuma di Sentul saja tapi di Jakarta juga. Malam itu suasana ramai dipenuhi remaja. Mobilnya melaju kencang, ia kehilangan kendali. Mobil ia kemudikan oleng lalu menabrak sebuah motor. Seseorang terjatuh. Keadaan Jeno baik-baik saja tapi korban terlihat mengucurkan darah. Segera Jeno hampiri. “Mas gak papa kan!”
Mata Jeno begitu terkejut setelah tahu siapa korban yang ia tabrak. Airmatanya jatuh perlahan.
“Anak kebanggaan Ibu.” “Sama Ayah juga!” “Nanti kamu urus semuanya, jangan kayak adikmu gak bisa diandalkan.” “Ibu juga nyesel Ayah, soalnya Ibu kan cuma bisa melahirkan anak satu ada masalah di rahim Ibu.” balas Lira penuh tekanan. “Ayah udah salah adopsi dia coba bukan karena ibumu ngotot gak bakalan Ayah adopsi Jeno.” ucap Dion berbicara sarkastik. Semua perkataan kedua orangtua angkat Jeno seakan tergiang sakit hatinya. Dadanya terasa nyeri. Teddy dibawa ke rumah sakit setibanya di sana Dokter bergegas memeriksa keadaan Teddy melakukan operasi.
Lira dan Dion datang melihat kondisi Teddy. Mereka tidak menyangka anak emas selalu jadi jagoan kini terbaring dengan alat infus. Setelah dua jam Dokter keluar Iqbal mengatakan jika, “Maaf nyawa Teddy sudah tidak bisa terselamatkan lagi, silakan anda melihat jenazah Teddy untuk terakhir kalinya.” Lira menangis memeluk tubuh ringkih Dion.
Sekarang bayangan masa kecil Jeno di mana Teddy selalu membelanya dari anak nakal. Ia baik tapi Jeno selalu iri. Karena anak pertama selalu di sayang, sedangkan dia merasa terbuang.
“Dasar pembunuh pergi kamu dari rumah saya.” usir Dion membawa koper Jeno. Anak itu cuma bisa diam menerima segala penderitaan. “Baik Ayah, aku gak akan injak rumah ini lagi.” ucap Jeno menunduk.
Ini salahnya seharusnya ia tidak membenci Teddy orang baik. Kesalahan terbesarnya harus memaafkan semua yang terjadi berdamai. Meski berat.
Selesai
Cerpen Karangan: Hardianti Kahar Blog / Facebook: TitinKaharz Panggilan: Titin Wattpad: @titinstory
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 19 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com