Reza, cowok ganteng dan juga badboy suka sekali membuat onar di kelas; ingin sekali aku membuat dia kapok, mentang-mentang anak orang kaya suka sekali membuat keonaran. Aku benci sangat benci padanya. Jika melihat dia rasa amarahku kembali mempuncak suka sekali membuat kegaduhan, baik di kelas maupun di luar kelas. Entahlah, kapan dia bisa sadar jika kelakuannya bengitu menjengkelkan. Dan dia telah mendapat gelar dari teman-temanku yang lain; gelar nya adalah “preman sekolah”. Yang kerjaannya Cuma bisa ngerepotin orang dan juga guru.
“woy, siapa yang sudah PR-nya aku mau nyontek” Suara teriakan itu tak lagi asing bagiku dan juga teman sekelas. Siapa lagi kalo bukan preman kelas. Suka bikin usil, suka nyontek, pokoknya dia memang cocok deh jadi preman pasar. Aku tidak habis pikir orang kaya dan juga keturunan orang terpandang kelakuannya bengitu membuat geram.
“din, kamu pasti sudah kan PR-nya mana! Aku mau nyontek!” “Enggak, aku susah ngerjainnya kamu malah enak nyontek!” “Kamu udah bosen hidup ya Din, cari mati. Mana bukunya cepat aku mau nyontek”
Mimpi apa aku semalam, kenapa aku sekelas dengan preman pasar ini. Sudah susah lagi ngerjain tugas PR MTK malah dia enak langsung nyontek. Dasar, aku tidak akan pernah memaafkannya, aku benci padamu Reza. Andai aku cowok udah aku hajar kamu habis-habisan. Gejolak amarahku mulai memuncak dan dadaku mulai tidak tahan lagi untuk memuntahkan segala yang ada di dalam dada ini. Namun, aku tidak bisa jika aku tetap bersikukuh maka aku akan terancam. Bukan aku takut pada preman kelas ini tapi aku tidak mau mencari masalah pada orang yang beruang, karena uang orang bisa melakukan segalanya.
“din, kamu baik-baik saja, sabar Din. Tahan emosimu” Untung, berkat kata-kata lembut dari temanku, emosiku mulai Reda. Namun aku tidak bisa terima bengitu saja, kelakuan Reza sudah melampaui batas; aku harus memberi dia pelajaran biar dia kapok dan tidak mengganggu aku bahkan teman-teman yang lain.
Kring… kring… Bel istirahat telah berbunyi anak-anak berhamburan keluar kelas. Namun aku masih duduk di bangku memikirkan siasat untuk membalas perbuatan preman kelas itu. Tapi, dari tadi aku tidak mendapatkan ide-ide. Susah bagiku karena aku hanya bisa memikirkan ide-ide pelajaran saja dan kalo ide tentang balas dendam aku tidak bengitu mahir. Jadi aku urungkan niat untuk membalas perbuatan Reza tadi pagi. Lelah di kelas aku langsung menuju kantin sekolah; dari tadi bel alarm di perutku terus berbunyi ingin untuk diganjalkan makanan.
“Wih, ada cewek cantik ni” Tiba-tiba segerombolan lelaki menjegat langkahku. Siapa mereka? Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri. Aku tidak mengenal mereka tetapi kenapa mereka menghampiriku dan menyapaku. “Siapa kalian, aku tidak kenal kalian minggir!” “wih, cantik-cantik galak juga, makanya kenalan dulu biar tahu kita” “enggak, ngapain aku harus kenalan, minggir atau aku laporkan kalian pada pihak sekolah!” “hahaha, silahkan kami tidak takut”
Aku bingung, sekaligus cemas. Hari ini hariku bengitu sial. Harus bagaimana aku ini, aku takut. Tolong!! andai ada seseorang pahlawan yang bisa menolong aku dari cengkeraman para lelaki ini.
“woy, lepas ga cewe itu, kalo kalian masih ingin hidup!!” Akhirnya doaku dikabulkan oleh tuhan, pahlawan itu muncul disaat yang tepat. Tak kusangka di sekolahku masih ada seseorang yang memiliki jiwa pahlawan. Pikirku di sekolahku ini Cuma dihuni oleh Preman-preman tapi nyatanya tidak, masih ada segelintir orang yang mempunyai hati pahlawan.
“kamu tidak apa-apa Din” Deg, suara itu tidak asing bagi pendengarku. Suara itu milik preman kelas, jadi pahlawan itu adalah Reza. Preman kelas itu, tidak mungkin; mimpi kali aku ya. Aku mencoba untuk melihat orang yang menjadi pahlawanku hari ini yang suaranya mirip dengan preman kelas. Astaga, tidak habis pikir. Firasatku Benar, ternyata yang menolongku adalah Reza preman kelas itu.
“ngapain kamu nolong aku” “kamu ga tahu Terima kasih ya, sudah ditolong malah ngeyel” “aku ga butuh bantuanmu, aku bisa menghadapi mereka” “Udah deh, jangan sok jago. Tadi aja aku liat kamu Cuma berdiri aja kayak patung” “ih, kamu nyebelin banget. Aku benci sama kamu”
Aku pergi, meninggalkan Reza dengan rasa kebencian. Mungkin, aku butuh waktu untuk bisa menganggap dia sebagai orang baik. Di mataku sekarang dia masih; cap sebagai preman kelas. Dan bagiku tidak mudah memaafkan bengitu saja orang yang telah berbuat salah, meski tadi dia menolongku. Tapi menurutku itu kebetulan saja.
Hari melelahkan, ku langsung menjatuhkan badanku ke kasur yang empuk. Menatap langit-langit kamar dan memikirkan hal yang terjadi tadi di sekolah. ‘Entahlah, mengapa ketika aku melihat dia di ganggu oleh lelaki hati rasanya sakit? Apa mungkin aku jatuh cinta padanya, ah tidak mungkin’. Pikiran Reza terus menerus mencari jawaban. Di bertanya-tanya pada dirinya sendiri, mengapa dia menolong cewek yang dia selalu ganggu, saat melihat cewek itu diganggu oleh lelaki lain hati Reza terasa di tarik untuk menolong cewek itu. ‘enggak, ini bukan cinta! Tapi rasa iba saja’ Lelah berdebat dengan diri sendiri, tak sadar kantuk Mulai menyapa dan kemudian mata indah Reza terlelap dan mulai menuai bersama mimpi-mimpinya.
“ah, melelahkan” Aku tidak menyangka seseorang Reza menolongku. Tumben dia menolongku biasanya dia selalu menggangguku tapi kenapa tadi dia menolongku. “Apa dia, mencintaiku? Ah, tidak mengapa aku berpikir itu” Lelah berdebat dengan diri sendiri kantuk menyapa dan dini mulai masuk kedalam alam mimpi.
Sinar mentari pagi menyusup kedalam kamar dari sela-sela Jendela yang tak kututup rapat tadi malam. Ku mulai membuka mata dan meraih jam alarm yang dari tadi berdering. Aku setengah sadar sempoyongan menuju kamar mandi. “Bangun, nak. Kamu bisa lambat lagi entar ke sekolah” Suara itu tidak asing lagi bagiku, suara yang berasal dari orang yang bengitu aku sayang di dunia, ku sebut ibu. “iya, Bu. Reza udah bangun dan udah siap untuk berangkat” Langsung kuraih tangan ibu dan mencium kemudian mengucapkan salam kepadanya, karena aku tahu jika sudah ada restu ibu maka semuanya akan baik-baik saja.
“Astaga, aku lambat ni, gerbang sudah ditutup lagi” Tak habis pikir meski aku sudah bangun pagi tapi kenyataannya aku selalu lambat, bingung jam alarm aku yang salah atau jam sekolah yang minta diperbaiki. Namun aku tidak habis akal untuk bisa masuk ke dalam sekolah, ada satu tempat yang sering aku pakai ketika sudah lambat yaitu belakang sekolah. Dan cara itu berhasil tanpa harus tertangkap basah oleh satpam sekolah. “huff, untuk tak ada yang tahu, jika aku ditangkap Karna lambat bisa-bisa kena hukum lagi”
Jalanku tertuju ke ruang kelasku, pikirku sudah tak karuan. Mungkin aku akan dihukum lagi karena lambat oleh guru. Tapi aku harus tetap masuk ke kelas meski harus menerima hukuman itu, aku siap.
“Assalamu’alaikum, Bu” “Waalaikum salam, lambat lagi kamu rez” “maaf, Bu tadi di jalan terjebak macet saya” “alasan, berdiri di depan dan angkat kaki kananmu” Susah sekali menyakinkan guru, terpaksa aku menerima hukuman. Mata satu kelas tertujuh ke arahku, termasuk dini. Mereka seolah-olah membenciku, aku dapat melihat dari setiap tatapan yang mereka haturkan padaku.
Kring, Akhirnya bunyi bel yang aku tunggu dari tadi, berbunyi. Dan aku sudah lepas dari hukuman yang diberikan oleh guruku. “lain kali jangan telat lagi, kalau masih telat ibu hukum yang lebih berat” “saya janji, tidak akan telat lagi”
Setelah selesai diberi peringatan, aku langsung menghampiri dini dan kemudian memukul bangkunya dengan keras. Blaaaak… Suara itu hampir terdengar satu kelas dan mata-mata teman kelasku tertuju padaku. “apa-apaan sih, Dateng lambat terus mukul bangku lagi” “kamu mulai berani sama aku, mau cari mati” “Cukup, iya aku memang sudah Bosen hidup, ayo bunuh aku” Deg, hatiku berdegup kencang. Aku tidak menyangka dini akan berani melawan padaku. Dan kata-kata itu berhasil membuatku tak bisa mengucapkan satu kata maupun aksara.
“sudah Din, tahan emosimu” “Enggak, untuk saat ini aku tak mau lagi menahan diri, dia sudah keterlaluan” Ternyata perempuan jika sudah kehabisan kesabaran sikapnya bagai harimau yang kelaparan, siap untuk menerkam mangsanya. Namun, aku tak boleh Gentar. Aku lelaki bahwa aku ini sudah dapat gelar preman kelas.
“ok, kalau memang kamu sudah Bosen hidup, entar pulang sekolah temui aku di belakang sekolah” “aku tidak takut, pulang sekolah tunggu aku disana” “hahaha, baik. Siap-siap kamu” Setelah selesai bercekcok dengan dini, aku langsung pergi meninggalkannya kemudian menuju belakang sekolah untuk mempersiapkan segalanya.
“Kamu benaran Din, mau nemuin dia” “iya, aku sudah muak padanya, Ros” “jangan Din, aku takut kamu kenapa-kenapa” “sudah ga usah khawatir, aku bisa jaga diri kok”
Kring… Bel pulang berbunyi dengan lantang, siswa-siswi berhamburan keluar kelas. Namun, aku masih duduk dan bercekcok dengan diriku sendiri. Setelah selesai bercekcok dengan diri sendiri, aku langsung menuju belakang sekolah dan benar di sana preman kelas sudah menunggu kedatangan ku.
“dini Maharani, sudah siap untuk mati” Aku terkejut mendengar kata itu, apakah Benar Reza akan membunuhku. Namun, rasa emosiku telah mengambil alih dan aku tidak gentar meski harus benar-benar dibunuh hari ini juga, oleh preman kelas. Aku siap, layaknya orang yang telah siap untuk mati di Medan peperangan.
“Reza Andika, ternyata kamu itu tidak layak untuk diberi gelar preman. Buktinya, kamu masih melawanku, sedangkan cowok dan cewek itu tak sebanding, dasar banci” “apa kau bilang, banci. Dasar cewek tak tahu terimakasih” “Ngapain berterimakasih pada orang yang selalu membuat aku sedih” “apa kamu bilang, dasar kamu” Aku berdiri layaknya seperti patung dan Reza berlari menghampiriku, Kemudian.
Deg, aku jatuh bersama dia dan kita saling menatap, deru nafasnya benar-benar dekat Aku bertanya-tanya pada diriku, kenapa ketika dia dekat bersamaku jantungku berdetak tak karuan. Aku tak menyangka, peperangan ini akan berakhir dengan tidak ada yang tumbang. Dan aku merasakan hal aneh, jika berada dekat dengannya. “apa aku benar-benar jatuh cinta pada preman kelas ini” gumamku dalam hati.
Cerpen Karangan: Feri Aprillah Blog / Facebook: Rypratamakosonglima
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 23 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com