Hari yang begitu panjang telah dilewati, seorang anak perempuan yang sedang mengendong tas coklat di punggungnya. Menyusuri jalanan yang tampak lengang menggunakan motor merahnya sambil bergumam “ah aku sangat bosan, kapan ya aku bisa seperti teman-teman?”.
Tanpa disadari ia sampai di rumahnya. Pergi ke tempat yang menurut sebagian anak sangat menyenangkan, kamarnya. Sampai di kamar ia membaringkan tubuhnya, “Belia makan dulu” terdengar suara ibunya memanggil. Dia bernama Belia anak sulung dari empat bersaudara. Menurut orang hidupnya sangat enak tapi tahukah menjadi anak sulung perempuan sangat tidak enak. Seorang anak merasa harus membanggakan ayah dan ibu tapi bingung caranya.
Bunyi bel yang bergema membuat anak-anak berlarian ke kelas. Suasana yang ramai ini tidak membuat dua manusia di bangku kanan ke dua dari pintu ini terganggu. “Belia, kamu tidak mau ikut eskul?” Tanya Niana. Belia hanya menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan temannya. “Ah, sayang sekali pada aku ingin mengajakmu untuk ikut eskul LCC”, ucap Niana. “Kamu sih pintar pasti cepat hapalnya!”, Jawab Belia. “Kamu mah gak asik”, Gerutu Niana hingga guru pun masuk ke dalam kelas.
Bel istirahat berbunyi, anak-anak berhamburan keluar untuk mengisi perut atau sekedar ke perpustakaan untuk meminjam buku. “Belia, aku harus latihan dulu soalnya timku akan berlomba”, Ucap Niana. Niana pun pergi setelah melihat Belia menganggukan kepalanya bersama teman satu timnya. Belia yang melihat Niana pergi “kapan aku bisa membanggakan ayah dan ibu ya” gumamnya sambil berjalan ke arah kantin bersama Novnov temannya. Niana sangat berlatih keras 3 bulan belakangan ini, sebagai seorang teman Belia mendukung dan menemani Niana berlatih.
Beberapa hari kemudian, Belia yang baru sampai ke kelas langsung melihat Niana yang sedang menelungkupan kepalanya dimeja dan bertanya “kamu kenapa Nia?”. Niana yang mendengar suara sahabatnya pun mengangkat kepalanya dan berkata “Belia kamu mau ikut LCC gak?”. Belia yang mendengarnya langsung menyeringitkan kening “bukannya sudah cukup ya anggota tim mu”. “ada anggota yang mengundurkan diri padahal lomba tinggal berapa bulan lagi jadi aku dan anggota lainya harus mencari pengganti” Keluh Niana.
Intan dan Titi yang juga anggota LCC tidak sengaja mendengar keluhan niana pun menjawab “benar kenapa tidak Belia saja yang ikut LCC!”. “iya bukannya kamu selalu menemani Niana menghapal dan kulihat hapalanmu cukup bagus, jika kamu mau aku akan merekomendasikan ke kak Luri”, Celetuk Titi. Mereka sangat mengharapkan Belia ikut agar formasi tim mereka lengkap untuk lomba. “akan kupikirkan nanti”, Ucap Belia.
Tak berapa lama, Belia mendapatkan whatsaap dari seorang kakak kelas yang ternyata adalah ketua tim LCC. Ketua tim LCC bernama Kak Luri ini rupanya ingin menanyakan apakah Belia ingin mengikuti LCC. Belia sangat terkejut dan memberikan alasan untuk menolak tetapi kakak tersebut memberikan alasan bahwa guru yang menyuruhnya, sehingga membuatnya menerima ajakan untuk ikut LCC. Belia merasa dirinya tak cukup layak ikut dalam lomba LCC sehingga membuatnya tertekan. Tapi berkat dorongan dari teman-teman dan anggota timnya pun ia bersemangat untuk latihan dan menghapal. Dia ingin menunjukkan bahwa dia bisa membanggakan orangtuanya dan mewujudkan mimpi anggota timnya.
3 bulan latihan, pelombaan pun dilaksanakan dengan melawan sekolah-sekolah lain untuk mewakili pada tingkat provinsi. Saat sekolah kami diumumkan sebagai perwakilan bagi kabupaten ke tingkat provinsi, rasa lega dan syukur menghampiri kami tetapi beban yang kami pikul semakin berat karena bukan hanya nama sekolah saja tetapi nama kabupaten yang kan kami bawa.
2 hari kemudian, anggota LCC pun berangkat ke ibukota provinsi untuk mengikut lomba. Belia merasa gugup dan deg-degan pun hanya bisa berdoa. Aku dan anggota tim pun bersiap dan pergi ke tempat lomba disenggarakan, aula yang dihias sedemikian rupa menambah euphoria perlombaan. Anggota tim LCC sangat bersemangat untuk berlomba, sampai tidak sadar bahwa tim lain belum berdatangan. “sangat disiplin sekali kalian, semangat semoga kalian menang” Celetuk paruh baya yang rupanya adalah anggota MPR membuat kami merasa semangat dan percaya diri.
Perlombaan berlangsung seru, Belia tidak meyangka Timnya mendapatkan juara 2. Ayah Belia yang menunggu kepulangan anaknya menyambut dengan peluk hangat dan mengusap kepala dan berkata “kamu sudah melakukan yang terbaik dan ayah bangga padamu!” membuat rasa hangat didadaku. Sekarang aku tahu ayah dan ibu tidak perlu hal yang mahal untuk membuatnya bangga tapi hanya perlu tahu bahwa aku telah berusaha sebaik mungkin.
Karena SEPERTI BIASA “Aku merasa hidup meskipun terasa sulit dan berat. Aku bisa mengatasinya karena kau mendukungku, aku bisa menahan rasa sakitnya karena aku mendengarmu meneriakkan namaku.”
Cerpen Karangan: Tian.Blnd
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 23 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com