Rambut hitamnya terurai rapi, dengan poni yang hampir menutupi seluruh bagian dahinya. Tumpahan air langit mengiringi perjalanannya pagi itu menuju SMAN Nusantara Bakti, tempatnya menimba ilmu. Langkahnya begitu tergesa-gesa, berlari menghindari kejaran hujan yang semakin mengguyur. Dengan tangan kanannya memegang payung yang menjaganya dari guyuran hujan, dan sebuah tas make up yang tak luput dari genggaman tangan kirinya. Ia tak hentinya menggerutu dalam hati, sebab guyuran hujan itu tentunya merusak dandanan dan penampilannya.
“Haii Alika, pagi” sapa segerombol laki-laki sesampainya Alika di koridor sekolah. “Haii, pagii, kalian” jawabnya sambil membenahi penampilannya dan berusaha terus tersenyum anggun.
Yaah! Dia Alika Putri Sentoso, yang hangat disapa Alika. Ia berasal dari keluarga yang cukup berada dan terlahir buruk rupa. Namun karena kegigihannya melakukan perawatan, kini ia menjelma menjadi gadis cantik nan anggun, yang juga membuat keluguannya dahulu bermutasi menjadi arogan. Tentunya sudah dapat ditebak, ia adalah perempuan idola di sekolahnya. Kecantikannya seakan menyihir setiap mata lelaki yang memandangnya.
“Rin, Rin, mau ke mana?” teriak Alika. “Mau ke kelas, kenapa emang?” “Temenanin gue ke toilet yuk, bentar ajah, yah?” “Yaudah deh, bentar ajah yah” pasrah Rina.
Rina adalah teman satu kelas Alika yang selalu ia cari ketika membutuhkan bantuan seorang teman, namun Rina bukanlah sahabatnya. Sebab Alika tidak menginginkan seorang sahabat atau teman dekat, karena menurutnya, ia adalah perempuan tercantik di sekolahnya. Jangan sampai ketika ia memiliki teman yang selalu bergandengan dengannya, perhatian orang lain justru akan berfokus kepada sahabatnya. So, she is not have a friend!
“Alika, lo pake skin care apaan tuh? Kok teksturnya kasar gitu, emang nyaman di wajah?” tanya Rina penasaran. “Ya enggaklah! Ini tuh skin care aku sejak SMP sampai sekarang. Jadi lo bisa bayangin, betapa skin care ini membuat gue menjadi idola di sekolah ini! Yah tentunya, mahalll!” timpalnya dengan angkuh. “Hemm gitu, saranku konsultasi sama dokter dulu, gih! Takutnya gak aman dan ada efek samping” pinta Rina. “Pasti enggak dong, kan produk ini mahall!”
Dengan kondisi fisik wajah Alika dulu yang buruk, menuntut ia menggunakan suatu produk kecantikan. Hingga kini wajahnya menjelma bak Cinderella dari cerita dongeng. Sehingga tak heran, jika ia menjadi primadona di sekolahnya.
Suatu hari, Alika mengikuti kelas olahraga yang diajar oleh Pak Arif. Pak Arif terkenal dengan ketegasannya, sehingga kelas yang diajarnya tidak pernah melakukan kelas olahraga di dalam ruangan, melainkan di luar ruangan, dan tentunya panas.
“Aduuuhh, aku harus buru-buru ke toilet nih, untuk pakai skin care gue. Mana Pak Ari ngajar di lapangan basket lagi, kan gua takut wajah gue rusak kalo terlalu sering kena paparan cahaya matahari” gerutu Alika dalam hatinya.
Kelas Pak Ari sangat dinikmati oleh siswa-siswa lain, kecuali Alika. Alika sedari tadi hanya sibuk mengamati wajahnya di cermin, karena tiba-tiba muncul bercak merah yang gatal dan membuat ia begitu panik. Alika pun berterik histeris lalu tiba-tiba pingsan, yang membuat fokus orang-orang di sekitarnya tertuju padanya.
“Alikaa..!” teriak teman-teman Alika, panik. “Kenapa, Alika?” Tanya Pak Ari. “Tidak tahu Pak, tiba-tiba saja ia pingsan dan wajahnya ada bercak merah gitu” “Yasudah, cepat gotong Alika ke UKS, dan kamu Heri, sebagai ketua kelas, hubungi orangtuanya untuk melihat keadaan Alika” “Baik, Pak” jawab Heri.
Kini Alika dan beberapa temannya telah berada di ruang UKS, dan mencoba membangunkan Alika dari pingsannya. Tak lama kemudian, Alika tersadar dan disusul oleh kedua orangtuanya datang dengan raut wajahnya yang begitu panik.
“Alika, kamu kenapa nak?” tanya mama Alika sambil memerhatikakan bercak merah yang semakin melebar di wajah Aliaka. “Aku gak tau maaa, tiba-tiba ajah tadi di lapangan, wajah aku banyak bercak merahnya dan itu ngebuat pandanganku kabur dan akuu pusing maaa, aku takuut maa” jawab Alika dengan cucuran air mata. “Yasudah sayang, kita pulang terus ke dokter yah, papa dan mama takut kalo kamu kenapa-kenapa” ucap papanya dengan cemas.
Alika pun pulang dengan rasa takut sambil menangis menutupi wajahnya yah penuh dengan bercak merah. Ia merasa malu menjadi bahan tontonan teman-temannya di sepanjang trotoar kelas dan lingkungan sekolah, akibat wajahnya yang penuh dengan bercak merah.
“Iiih kok wajah Alika jadi rusak gitu sih, jelek banget. Malu-maluin sekolah ajah!” ketus salah satu siswa. “Eh iya by the way, gue pernah liat Alika make skin care gitu di wajahnya. Dan kalian tahu gak? Katanya skin care-nya itu mahal, dia make produk itu sejak SMP, tapi tekturnya kasar gitu, intinya gue yakin ada hubungannya sih sama kerusakan di wajahnya itu, tapi semoga dia baik-baik ajah!” ucap Rina dengan serius. “Oohh my God! Beneran Rin? Pasti itu efek sampingnya deh, soalnya udah lama banget! SMP loh ini, terlebih lagi kalo belum BPOM. Iih pasti akan ada efek samping susulan, seperti penglihatan yang kabur. Ewww jijik banget sama Alika!”
Alika kini menjadi takut, perasaannya bercampur marah, ia takut melihat wajahnya yang mengerikan, disusul pandangannya yang juga kian kabur. Setiap hari ia hanya menangis meratapi nasibnya. Orangtua Alika juga sudah berusaha mencari alternatif pengobatan, bahkan ia sampai merogoh kocek hingga ratusan juta untuk perawatan wajah dan kesehatan Alika yang kian memburuk. Akhirnya, orangtua Alika mendapatkan kabar dari salah satu kolega perusahaannya, bahwa ada satu dokter kecantikan ternama Indonesia yang baru saja mendapatkan penghargaan dokter terbaik internasional, dan koleganya menyarankan orangtua Alika untuk berkonsultasi dengannya. Namun dengan catatan biaya yang tidak sedikit. Demi anak semata wayangnya, orangtua Alika rela berkorban untuk anaknya.
“Selamat siang, Bu dokter” sapa papa Alika yang sudah berada di ruangan dokter kecantikan itu. “Iya, selamat siang, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” “Iya dok, jadi gini, kemarin tiba-tiba wajah anak saya penuh bercak merah di wajahnya, dan penglihatannya juga menjadi kabur dok. Dan Ibu dokter juga bisa melihat, bercak merahnya sudah menjalar ke lehernya, terlebih ada beberapa titik nanah dok” jelas papa Alika. “Iya dok, tolong anak saya dok, kami takut. Kami akan bayar berapapun dok, asal anak kami bisa sembuh” ucap mama Alika dengan memohon. “Baik, Bapak dan Ibu, silakan tunggu di sini dulu. Saya periksa dulu, dan Alika, kamu ikut dengan saya yah” ucap Ibu dokter.
Setelah beberapa waktu, sang dokter dan Alika datang, sambil Alika disambut pelukan oleh kedua orangtuanya.
“Jadi, dari hasil pemeriksaan dan wawancara kami kepada Alika, ternyata sejak SMP, Alika menggunakan prduk kecantikan yang faktanya belum memiliki label BPOM. Gejala ini adalah efek samping atas pemakaian produk berbahaya ini, terlebih tingkat pemakaian Alika ini sudah termasuk over dosis. Selain itu, Bapak dan Ibu, produk ini mengandung merkuri dengan kadar 80% dan zat berbahaya lainnya. Merkuri itu sangat berbahaya, selain membuat kulit semakin menipis, ia akan menimbulkan efek samping lain, seperti penglihatan terganggu, kerusakan di area wajah dan sekitar wajah termasuk leher, dan dapat meningkatkan emosi seseorang. Apalagi kata Alika, ia sering terkena paparan cahaya matahari di sekolah, dan fatalnya, ia masih menggunakan produk ini. Padahal, ketika kita menggunakan merkuri, terkena paparan cahaya matahari adalah pantangan yang paling utama!” jelas Ibu dokter.
“Hellehh, Bu dokter pasti Cuma asal ngomong kan! Gak mungkin gara-gara produk skin care saya. Orang skin care saya ini sangat terpercaya!”’ ketus Alika dengan nada marah. “Kalau kamu tidak percaya, kamu boleh searching sekarang! Produk yang kamu gunakan baru-baru ini sudah dinyatakan ilegal dan pemiliknya sudah diproses hukum!” timpal sang dokter dengan elegan. “Maaa, Paaa, ini gak mungkiiiinnnn!” teriak Alika sambil menangis histeris, setelah melihat berita yang dikatan Ibu dokter.
“Jadi apa yang harus kami lakukan dok? Tolong bantu anak saya dok!” mohon orang tua Alika. “Sebenarnya, saya malas membantu pasien yang angkuh dan sok tahu seperti anak Bapak dan Ibu. Terlebih Bapak dan Ibu mengiming-imingkan saya dengan uang? Saya tidak miskin yah! Wajah Alika sudah finish tidak bisa tertolong, sebab penggunaaan produk yang sudah sangat over dosis. Sekalipun Bapak dan Ibu berobat hingga ke luar negeri, hasilnya akan nihil. Namun, untuk penglihatan dan pemberhentian efek samping, masih ada harapan untuk diobati” jelas Ibu dokter.
Alika kini sudah tidak memiliki kecantikan wajahnya. Perubahan dan kerusakan drastis di area wajah dan lehernya membuat ia sempat stres dan putus asa. Ia malu kembali bersekolah, dan ia malu dengan dirinya sendiri yang dulu selalu angkuh dan sombong akibat parasnya yang begitu menawan. Ia menyesali karena tak mendengar nasihat Rina, yang ia anggap saingan. Kini ia kembali ke wajah aslinya yang buruk dan reputasi yang turun. Hidupnya seketika hitam, suram dan tak bergairah. Setiap berjalan, ia selalu menunduk dan malu menampakkan wajahnya. Tangan kirinya dulu yang tak luput menggenggam tas make up, kini bermutasi menjadi sapu tangan yang ia gunakan menutupi wajahnya.
“Dasar malu-maluin!” “Iihh ada primadona yang lewat tuh! Eh salah, prima apa yahh yang cocok? Ooh prima buruk rupa cocok kali yah?, hahah” bully teman-teman Alika!
Cerpen Karangan: Milka Adriani Blog / Facebook: Milka Adriani Sakkirang Saya adalah seorang mahasiswa semester 3, prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Makassar. Saat ini saya aktif di Himpunan Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Lembaga Pers Mahasiswa, dan beberapa lembaga Formal dan nonformal lainnya.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 28 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com