Hai ini aku Lauria mawar sari, si anak bungsu dari pasangan Andre dan Ratna. Kalian bisa memanggilku Lauria. Aku mempunyai dua saudara laki-laki dan perempuan. Ia adalah Angkasa gaileo dan Hani olivia. Kedua kakakku itu kembar tak seiras. Kami berselisih hanya 4 tahun saja.
Saat ini aku sudah menduduki bangku kelas satu SMP. Setiap pagi aku berangkat ke sekolah ‘Bina Bangsa’ dengan menggunakan sepeda ontel milik ayahku.
Pada hari pertama, aku duduk sendiri di bangku nomer dua dari depan. Aku kebingungan karena tak ada seorang pun yang mau duduk bersamaku. Tapi hal itu aku biarkan saja, dan mencoba untuk fokus mendengarkan Bu Guru Dewi yang sedang menerangkan materi baru di depan kelas.
Hal ini berlangsung selama hampir kurang lebih satu tahun lamanya. Aku tidak memiliki teman yang begitu dekat denganku. Teman-temanku sepertinya menjauhiku, dan tak ingin dekat-dekat lama denganku.
Suatu hari aku bertanya pada ibuku, “Bu kenapa ya di sekolah Aku tak mempunyai teman satupun yang mau akrab denganku?” “Mereka semua nampak seperti memusuhiku. Sebenarnya apa aku punya salah dengan mereka?”, tanyaku pada ibu. “Lauri sayang.. anak ibu yang baik, Kau tak punya salah apa-apa kepada mereka. Kau anak baik, tak mungkin kan kau menjahati mereka.”, tutur ibu kepadaku. Aku tersenyum simpul, “Lalu jika begitu Mengapa mereka tak mau berteman denganku bu?” tanyaku lagi. “Anak ibu yang baik, Untuk perihal itu ibu pun tidak mengetahui alasan pastinya. Kita serahkan saja semua dengan yang maha kuasa ya. Tugas kamu hanya berbuat baik lah selalu pada mereka. Entah mereka akan membalas perbuatan baikmu atau tidak, sudah tidak apa-apa. Tuhan selalu membalas perbuatan baik yang sudah dilakukan oleh setiap hamba-hambanya kok. jadi jangan bersedih sayang..”, tutur ibu lembut “Kita berdoa sama-sama ya, semoga anak ibu yang baik ini segera mendapatkan seorang teman yang baik sekali hatinya seperti sang malaikat.”, lanjut ibu Aku pun mengangguk dan mengadahkan tanganku. Berdoa kepada tuhan yang maha esa dalam hati, berharap apa yang dikatakan ibu tadi segera terkabulkan dalam waktu dekat. Amin.
Malam sudah larut. Mataku pun nampaknya sudah mulai lelah. Lalu aku pun mulai melangkahkan kakiku menuju kasur dan tertidur pulas.
Hari ini adalah hari Senin. Aku bersemangat sekali untuk menuju ke sekolah hari ini. Entahlah kenapa? Intinya energi semangatku mulai membara di pagi ini.
Pukul 7 pagi. Aku sudah berada didalam ruangan kelas VII G untuk menunggu kedatangan Bu Dewi. Dan Tak lama kemudian Bu Dewi datang. Tunggu sebentar, Siapa itu? Gadis berambut sebahu yang berkacamata bulat berdiri tepat di samping Bu Dewi. Tunggu, Apakah dia?
“Asalamualaikum, Selamat pagi anak-anak!”, sapa Bu Dewi. “Walaikumsalam, Selamat pagi juga bu!”, jawab kami kompak. “Anak-anakku Kita kedatangan murid baru nih, Silahkan Perkenalkan dirimu gadis manis!”, titah Bu Dewi.
Gadis berambut sebahu itu mengangguk dan mulai memperkenalkan dirinya. “Asalamualaikum, Hai semuanya! Namaku Anggita Rahma Sari. Kalian bisa memamggilku Anggi. Aku pindahan dari kota Bandung. Ayahku ditugaskan oleh perusahaannya bekerja di kota ini, jadilah kami sekeluarga pindah di sini. Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Aku mempunyai kakak perempuan dan seorang adik laki-laki. Kurasa perkenalanku sudah cukup. Aku harap kita bisa menjadi teman baik disini. Terimakasih”, ucap Gadis berambut sebahu yang akrab disapa Anggi itu.
“Ayo kita sapa Anggi bersama-sama anak-anak”, titah Bu Dewi. “Hai Anggii…”, Sapa kami serempak. “Semoga kita bisa menjadi kawan yang baik ya”, ucap salah satu anak yang bernama Putri itu. Anggi mengangguk dan membalasnya ramah, “Iyaa..”
“Baiklah kalau begitu, Anggi silahkan kamu duduk di bangku kosong sebelah punya Lauria ya.”, Titah Bu Dewi “Baik bu Dewi, Terimakasih”, sahut Anggi. Anggi pun berjalan menuju tempat duduk yang dimaksud itu, dan mencoba memulai pembicaraan dengan Lauria.
“Hai Lauria, Apa boleh aku duduk disini?”, tanya Anggi sopan. “Eh hai Anggi! Tentu saja boleh”, balas Lauria ramah. “Terimakasih”, sahut gadis berambut sebahu itu dengan senyum manisnya. Anggi pun mulai menduduki bangku kosong sebelahku. Dalam hati aku senang sekali karna tidak menyangka dan tidak pernah terpikir di benak lagi kalo ada seorang yang mau sebangku dengan seorang sepertiku. Ya Tuhan terimakasih banyak..
“Anak-anak maaf karna hari ini ibu tidak dapat mengajar, dikarenakan ada rapat guru. Jadi ibu akan memberikan kalian tugas merangkum IPA halaman 58”, Ujar Bu Dewi “Apa harus dikerjakan sekarang bu?”, tanya salah satu siswa berkacamata tebal. “Iya bu, Apa harus dikerjakan sekarang? Pingin jamkos satu hari saja buu..”, sahut siswa yang lain. “Aduhh anak-anak.. kalian senang banget ya sama jamkos”, tebak Bu Dewi “Hehehe.. tau aja nii si ibu. Ayo ya bu, plisss…, nanti kalo belum selesai buat PR boleh yaa?”, ujar temanku yang berkaca mata tebal itu dengan memelas, dan mencoba merayu Bu Dewi dengan gaya puppy eyes andalannya. “Hmm.. karna Bu Dewi guru yang cantik, baik hati, dan tidak sombong ini, jadi boleh sajalah. asal hari Rabu besok harus selesai semua loh ya!” jawab Bu Dewi dengan senyum sumringahnya. Bu Dewi memang guru dan wali kelas yang baik sekali. Aku bersyukur banget bisa menemukan guru yang seperti itu di sekolah ini.
Setelah Bu Dewi mengucapkan seperti itu, teman-temanku satu kelas mendadak kegirangan karena senang. Hmm.. memang ya jamkos adalah hal yang paling mengasyikan semasa sekolah.
“Baiklah kalo begitu, Ibu tinggal dulu ya anak-anak. Ibu Titip Anggi. Yang akur ya kalian semua, awas loh ya kalo ada yang bertengkar! Asalamualaikum.. “, pamit Bu Dewi dan mulai meninggal kan kelas VII G. “Walaikumsalam Baik bu.”, jawab kami serentak.
Aku senang sekali hari ini. Kesempatan baru ini tak boleh kusia-siakan. Aku mencoba untuk berkenalan lebih dekat dengan Anggi. Aku mencoba mengobrol banyak dengan Anggi sewaktu istirahat tiba. Mulai dari membicarakan musim panas yang tidak segera berakhir, hobi, lagu kesukaan. Dan aku mendapatkan satu fakta yang baru aku ketahui tentang dirinya adalah seorang penggemar boy band dari korea selatan. Dia adalah seorang army. Aku sangat kegirangan, serta senang sekali!! Aku dan Anggi pun jadi lebih dekat, dan kita pun akhirnya menjadi sahabat.
Suatu ketika di kelas pada saat istirahat pertama, “Anggi!”, Panggil Sasha sang ketua geng yang sangat disegani serta ditakuti oleh siswa-siswi Bina bangsa. Ia terkenal tegas, suka berbuat kericuhan, dan dia adalah sang ratu bullying di sekolah ini. Ia adalah kakak kelasku. Kini ia menduduki bangku kelas IX.
Anggi yang saat itu tengah memakan bekalnya bersamaku, seketika terkejut dengan panggilan dari Kak Sasha. Dengan terbata-bata ia menjawab, “I-I-I ya kaa.” Kak Sasha menggerakan tangannya, menyuruh Anggi menghampirinya. Tanpa menunggu lama Anggi pun langsung gerak cepat menuju Kak Sasha. Raut mukanya menunjukan bahwa saat itu ia sangat ketakutan.
Saat Anggi menghampiri kakak kelas yang super duper ngeselin itu, Kak Sasha langsung mengajak Anggi untuk berbicara di luar. Aku cuma mengedikkan bahuku, seolah-olah tak mau ikut campur urusan mereka. Karna menurutku itu adalah urusan pribadi Anggi dengan dia, Dan aku tidak mau tahu sebelum Anggi memberi tahuku.
“Apaa kakak bilang?!”, Kudengar suara Anggi meninggi dari luar sana. “TIDAK BISA KA, DIA SAHABAT AKU!!”, “KAKAK APA-APAAN SIH MENYURUHKU BERBUAT HAL JELEK SEPERTI ITU!!”, kudengar suara Anggi lagi yang semakin jelas. “ITU DOSA KA! TUHAN GA BAKALAN SUKA”, lanjutnya.
Aku pun mencoba mendengarkan pembicaraan mereka dari balik tembok jendela. Aku tau menguping seperti ini adalah tindakan yang tidak boleh kulakukan, karena telah lancang. Tapi Anggi juga sahabatku, aku takut akan terjadi apa-apa dengannya, karna dia adalah sahabatku. Dan aku akan antisipasi itu jika ada sesuatu yang terjadi nanti.
“Lo beneran ga malu temenan sama anak miskin kayak Lauria. Dia itu ga level banget deh nggi sekolah di tempat sini.”, ucap Kak Sasha. “Lagian ya lo tau temen-temen ga sudi temenan sama dia. Dia tuh anak aneh nggi, makanya gue disuruh temen-temen lo buat ngomong ke lo buat jauh-jauh deh sama dia. Daripada lo kena pengaruh negatif dari dia”, Lanjut kak Sasha lagi.
Jleb. Hatiku rasanya seperti terbelah jadi dua. Sakit. Apa memang karena hal ini tidak ada satu pun yang mau jadi temanku, sebelum Anggi datang. Apakah aku seburuk itu di mata mereka? Aku cuma berdoa dalam hati pada tuhan, berharap tuhan mengabulkannya.
“KAKAK INI NGOMONG APAAN SIH?! HOBI BANGET YA BERPRASANGKA BURUK SAMA ORANG. LAURI ITU ORANGNYA GA KAYAK GITU KA!! DIA BUKAN ANAK ANEH SEPERTI APA YANG KALIAN BILANG!!”, Teriak Anggi keras sekali, Sampai-sampai beberapa teman yang ada di kelasku juga ikut fokus ke tempat berasalnya suara. Orang-orang yang berlalu lalang memberhentikan aktivitasnya dan fokus pada adu mulut antara Anggi dan Kak Sasha. Aku tertegun sekaligus takut bukan main. Rasanya benih crystal di pipi ini ingin sekali menetes.
“Oh ya buktinya mana? Temen aja dia ga punya, cuma lo doang! Hahaha.. Dasar anak Cupu emang tuh Lauri!”, Kata Kak Sasha dengan senyum miringnya. “KA JANGAN LIAT ORANG DARI BENTUK COVER LUAR NYA! LAURI BAIK KOK, KAKA MAU BUKTI? SINI BIAR AKU BUKTIIN. NIH AKU KENCENGIN SUARAKU BIAR KALIAN SEMUA PADA DENGER!”, Ucap Anggi dengan penuh ketegasan.
“KALIAN COBA PIKIR DEH, SELAMA INI KALIAN UDAH JAHAT SAMA LAURI, TAPI APA PERNAH LAURI JAHAT DENGAN KALIAN?! WALAUPUN AKU BARU DISINI, AKU BISA BACA PIKIRAN KALIAN SEMUA. KALIAN CUMA MANFAATIN KEPINTARAN LAURI AJA KAN, TAPI APA LAURI TETAP BAIK DENGAN KALIAN, LAURI TETAP MEMBANTU KALIAN DENGAN KETULUSAN. IA GA PERNAH MEMINTA BALASAN LEBIH DARI KALIAN. IA TULUS MEMBANTU KALIAN. TAPI KALIAN MASIH DENGAN TEGA MEMBENCI LAURI! MEMBERI LABEL NEGATIF PADA LAURI! APA ITU KURANG CUKUP UNTUK MEMBUKTIKAN KE KALIAN BAHWA LAURI ITU ORANG BAIK?!”, Jelas Anggi.
Jujur pada saat itu benih crystal ini sudah tak mampu kutahan lagi. Ia perlahan menetes, dan aku segera cepat menghapusnya.
“DAN JANGAN MELIHAT ORANG DARI LATAR BELAKANGNYA KA! TUHAN NYIPTAIN KITA DARI LATAR BELAKANG YANG BERBEDA-BEDA, DARI SEGI EKONOMI YANG BERBEDA-BEDA, KARAKTER, KEPRIBADIAN, PENAMPILAN YANG BERBEDA-BEDA ITU BUKAN BAHAN UNTUK KITA SALING MENCELA, SALING MERENDAHKAN, SALING MENGHINA, BUKAN! SEKALI LAGI, BUKAN!”, Ucap Anggi penuh penekanan.
“Kita diciptain berbeda-beda dari segi manapun, tujuan utamanya adalah bukan yang seperti aku sebutin tadi. Bukan kak! Tapi Tujuan utama yang sebenarnya adalah untuk saling melengkapi. Ga ada ka, manusia yang sempurna di muka bumi ini. Kita semua punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Karna itu kita hidup untuk melengkapi dan dilengkapi. Kita berbagi dan mensyukuri”, Ucap Anggi dengan suara yang tidak selantang tadi.
“Dan terakhir bertemanlah dengan siapa saja. Tanpa perlu kita melihat, atau memandang latar belakang dia, segi ekonomi mereka, atau apapun itu. Kebaikan, dan ketulusan hati itu yang utama dalam sebuah hubungan. Lauri orang baik, jadi tidak ada alasan buatku buat ikut membencinya, menjauhinya seperti kalian. Dia sahabatku, dan aku tidak rela kalian bersikap seperti itu kepadanya!”, Jelas Anggi.
Deg. Aku terharu dengan apa yang baru saja Anggi katakan. Aku penasaran sekali dengan apa yang tengah terjadi. Aku mencoba untuk mengangkat kepalaku, dan mencoba menatap gerak-gerik temanku satu persatu. Mereka pun balik menatapku.
“Mm.. Gue minta maaf ya nggi. Gue baru sadar selama tiga tahun ini gue ngehabisin hari-hari yang sia-sia. Gue udah jahat sama orang-orang termasuk sahabat lo. Maafin gue nggi dan kalian semua yang ada disini. Gue memang bener-bener manusia ga punya hati”, Ucap Ka Sasha penuh penyesalan. Ia menundukan kepalanya. Anggi pun tersenyum dan menepuk pelan bahu kak Sasha. “Ka ga-apa-apa kok, aku udah maafin. Tapi aku berpesan ka, perasaan Lauri itu yang utama. Dia pasti sangat terkejut sekaligus kecewa dengan pernyataan dari kakak tadi. Jadi kaka jangan lupa meminta maaf dengan tulus pada Lauri juga ya”, kata Anggi. hiks “I-i-i-ya Nggi. Pasti gue akan minta maaf, Makasih ya”, jawab kak Sasha. Anggi hanya membalasnya dengan senyuman.
Dan seperti ucapan Kak Sasha barusan, ia benar-benar melakukan permohonan maaf kepadaku. Begitu pula dengan teman-temanku yang lain. Aku melihat pantulan bola mata mereka, menggambar kan ketulusan. Aku pun mengangguk dan memaafkan mereka. Dan aku bersyukur sekali! Tuhan memang tidak pernah ingkar pada janjinya, ia mengabulkan permintaanku. Kini hidupku pun menjadi berwarna seperti pelangi. Aku memiliki banyak teman, dan mempunyai satu tim bestie squad bersama Anggi, Chichi, dan Wendy. Ah rasanya senang sekali!
Tamat
Cerpen Karangan: Charhma7 Blog / Facebook: Icha Rahmawati
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 9 Februari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com