Tiba-tiba kami dikagetkan dengan sorot lampu senter yang masuk tenda, “Ayo tidur adik-adik” tegur kakak pembina dari luar. Aku dan alena akhirnya balik ke tendaku untuk tidur. Walaupun susah tidur mengingat kejadian demi kejadian di siang hari aku berusah untuk memejamkan mata. Alena yang tidur di sampingku juga kelihatan gelisah, namun aku juga tidak menegurnya, aku diam hingga akhirnya terlelap dan sudah dibangunkan oleh kakak pembian untuk mengikuti jurit malam.
Malam jam 2 dini hari kami dibangunkan oleh kakak-kakak pembina untuk mengikuti jurit malam. Menyenangkan sekali, dengan mengenakan jaket dan pakaian hangat kami mengikuti petunjuk kakak-kakak pembina, kami disuruh duduk di tengah tanah lapang kemudian disuruh memejamkan mata, dari satu kakak pembina ada yang menyampaikan muhasabah hingga menyentuh hati kami, tak terasa air mata meleleh dipipiku, dari samping kiri kananku juga seperti ada suara isakan tangis. Karena malam gelap aku tidak bisa melihat teman-temanku. Kegiatan jurit malam berjalan sampai menjelang subuh.
Keesokan harinya setelah selesai mandi dan beres-beres tenda kami melaksanakan senam pagi dan apel pagi, kakak pembina menyampaikan kegiatan berikutnya adalah haral lintang, semua penggalang menyambut dengan sorak sorai karena senang menunggu acara haral lintang. Kamipun bergegas kembali ke tenda untuk sarapan pagi dan mempersiapkan kegiatan haral rintang. Haral rintang sangatlah menyenangkan karena banyak permainan permainan yang menantang. Permainan-permainan yang disediakan oleh kakak Pembina bermacam-macam, semua menyenangkan namun membutuhkan sikap kerjasama, gotong royong, kekompakan, membutuhkan keberanian, keseriusan konsentrasi dan tanggungjawab, kejujuran dan sifat positif lainnya. Hal ini juga yang membuat aku senang kepada Pramuka.
Peluit panjang mulai terdengar lagi pertanda semua penggalang berkumpul untuk memulai permainan. Setelah mendengarkan penjelasan kakak pembina dan berdoa terlebih dahulu permainan haral rintang dimulai. Aku dan anggota reguku tidak mau ketinggalan semua permainan kami ikuti.
Permainan demi permainan, mulai dari balap bakiak raksasa yang memerlukan kekompakan ketika melangkahkan kaki, karena satu bakiak dinaiki 5 orang maka harus kompak ketika mengangkat dan menggerakkan kaki untuk melangkah, kita tidak boleh jatuh sampai finish, kamipun mengatur strategi agar bisa cepat sampai finish tanpa terjatuh.
Kemudian ada lagi permainan Pecah air, kami ditutup matanya kemudian mencari air yang dibungkus di dalam plastik kemudian dipukul dengan tangan kita, disini kita dilatih untuk jujur karena mata ditutup tidak boleh melihat. Permainan ini sangat seru karena ketika tangan kita berhasil memukul air, maka airnya akan mengguyur tubuh kita.
Voli balon permainan ketiga yang kita ikuti. Permainan ini juga sangat seru, kita harus membawa alat sarung yang dipegang oleh empat anggota pada ujung ujungnya, kemudian balon yang sudah diisi air di taruh di tengah sarung tersebut kemudian dilemparkan ke lawan dan lawan harus bisa menangkap balon memakai sarung yang dipegang empat anggota juga. Musuh akan mendapat poin apabila dapat menangkap balon dan kita yang mendapat nilai jika lawan tidak bisa menangkapnya.
Permainan selanjutnya memindahkan gelas berisi air dengan 4 tali yang dipegang delapan anak pada ujung ujungnya. Permainan ini sangan memerlukan konsentrasi dan kekompakan. Karena kita tidak boleh menyentuh gelas, gelas kita himpit dengan tali-tali tersebut sehingga tidak terlepas, kemudian bersama sama kita pindahkan. Seru sekali permainan ini, aku dan teman-temanku menahan napas untuk memindahkan gelas dengan tali ini, setelah berhasil, hampir kompak aku dan kawan-kawanku membuang napas sambil berteriak hiyyya… “Alhamdulillah berhasil” teriak salah satu temanku.
Kamipun melanjutkan permainan berikutnya yaitu meniti tali. Dalam permainan ini peserta harus meniti tali yang di pasang di atas kolam, diujung-ujungnya diikatkan pada pohon, dan satu tali lagi diikat agak ke atas berfungsi untuk pegangan. Satu persatu teman-temanku meniti tali itu dan baru satu anak yang berhasil lolos sampai ke ujung. Sampai ahirnya pada giliranku, dengan rasa gemetar aku bersiap-siap, taklupa aku berdoa dan memulai meniti, sampai ditengah keseimbanganku mulai sulit aku kendalikan, aku berhenti sejenak menarik nafas agar tali kembali tenang, setelah agak tenang aku melanjutkan titianku dan akhirnya aku berhasil sampai di ujung dan tidak terjebur ke kolam. Setelah minta tanda tangan kakak pembina kami melanjutkan ke haral rintang berikutnya.
Sampai di pos lari karung aku dan teman-temanku sangat gembira karena permainan ini sering aku jumpai di kampung ketika pesta perayaan ulang tahun kemerdekaan, ada lagi lari kelereng, memasukkan paku dalam botol dan yang paling seru adalah permainan kapal selam. Dalam permainan kapal selam ini dilakukan ditengah lapangan arena pekempingan. Semua regu penggalang putri bermain bersama. Setiap regu membawa empat lembar kertas yang dipasang di permukaan tanah, kertas itu diumpamakan kapal selam dan penumpangnya semua anggota regu, maka kami semua menginjakkan kaki di atas kertas, kemudia kakak pembina memberi aba-aba untuk mengambil satu lembar kertas, kamipun lebih merapat karena berkurang satu kertas, “ambil satu lagi” seru kak bembina, kamipun lebih merapatkan sampai akhirnya kertanya tinggal satu. Semua regu menjerit karena kapal yang mereka naiki hampir tenggelam semua, tinggal sedikit yang masih nampak dipermukaan, sehingga saling berpelukan, berpegangan agar bisa selamat semua, namun naas aku dan kawan-kawanku terjatuh semua, sehingga kami tertawa terbahak-bahak. Ternyata regu lainpun banyak yang terjatuh sehingga tempat itu sangat ramai karena kelucuan dan keseruan permainan kapal selam.
Permainan kapal selam merupakan permainan terakhir, kamipun kembali ke tenda masing-masing dan segera istirahat, sholat makan dan mandi. Menunggu malam tiba kami istirahat sambil mempersiapkan untuk pentas seni sebagai malam penutupan. Sementara itu di luar sana terlihat kakak pembina dan beberapa anggota pramuka yang lain mempersiapkan api unggun.
Waktu seakan begitu cepat, malampun tiba aku dan teman-teman bersiap-siap mengikuti api unggun dan pentas seni. Namun tiba-tiba hujan deras turun mengguyur perkempingan kami. Karena tak kunjung reda akhirnya Kakak Pembina memutuskan agar semua penggalang tidur dan akan dibangunkan dini hari. Hujan yang begitu derasnya dan terasa dingin akhirnya membuat kami tertidur pulas.
Keesokan hari waktu subuh kami semua dibangunkan oleh Kakak Pembina, di luar masih gerimis, namun kami tetap mengambil air wudhu dan mengikuti jamaah subuh. Sehabis subuh semua peserta kemping tertahan di mushola sampai hujan berhenti. Ternyata semalaman hujan tiada reda, bahkan sampai pagi masih hujan. Kakak Pembina menyampaikan pengumuman kalau kegiatan api unggun ditiadakan dan akan diganti pentas seni di madrasah pada waktu puncak peringatan Hari Pramuka, bedol desa atau pembongkaran tenda dilaksankan pukul 08.00 sampai jam 10.00. sorak sorai sambutan dari semua pramuka, karena sebentar lagi akan pulang ke rumah masing-masing.
Setelah kakak Pembina menyampaikan salam, semua penggalang berlarian dan segera berkemas-kemas memberesi barang bawaannya. Pas jam 10.00 selesai acara pembongkaran tenda, empat armada truk pengangkut sudah datang. Sebelum naik kendaraan apel penutupan dilakukan kakak Pembina. Dalam apel penutupan disampaikan Juara umum regu putri diraih oleh reguku regu Flamboyan dan regu putra di raih oleh regu singa. Selesai apel kami segera masuk angkutan untuk pulang.
Selama perjalanan pulang dalam truk sepi, hanya sesekali bersorak karena jalan yang naik turun sehingga kadang ada rem mendadak. Tak lama kemudian rombongan sampai di madrasah, nampak para penjemput sudah berada di sekitar madrasah untuk menjemput putra putri mereka.
Cerpen Karangan: Radisti Faradila Lahir di Kulon Progo tanggal 1 Desember 2007, Sekolah di MTsN 4 Kulon Progo, Hoby Menari, Tinggal di Gendu Jatimulyo, Girimulyo Kulon Progo. Cita-cita : menjadi Guru