“Selamat pagi semua!” Bu Anggi masuk dengan sapaannya yang ceria, ditambah senyum manis menawan. Mampu memberikan mood booster pada anak muridnya untuk menyambut pelajaran yang akan menguras energi nanti. Ia memang dikenal sebagai guru cantik dan ramah, masih single pula, karena beliau masih guru baru di SMA ANGKASA.
“Pagi, Bu!!” Semua menjawab serentak, tapi penglihatan semua yang ada di kelas tidak terkecuali aku, tertuju pada seorang laki-laki yang ikut masuk ke dalam kelas. Tidak perlu bertanya, insting kami langsung bisa menebak kenapa ada seorang siswa ikut berdiri di samping guru cantik itu. Lengkap dengan ransel di bahu, dan ditambah lagi tidak pernah melihat tampangnya di sekolah ini. Apalagi kalau bukan murid baru.
Bu Anggi memperjelas pemikiran yang sudah ada di kepala dengan mengatakan jika Mikail-nama si cowok di depan sana, yang sudah membuat jantungku dag-dig-dug dan badan lemas begini. Adalah teman baru untuk kami, sambil mempersilahkan dengan tangan kanannya untuk memperkenalkan diri.
“Silahkan perkenalkan dirimu, pada teman-temanmu Mikail”
Mikail menatap lurus pada semua yang ada di sini. Namun, pandangannya malah bersibobrok dengan mataku yang sedari tadi melongo menatap seorang Mikail berada di depan sana, dan akan menjadi teman sekelasku pula. Aku yang tertangkap basah langsung menundukkan pandangan sambil menutupi wajah dengan buku.
Ishh, apaan sih gue!!, dia ‘kan udah lihat gue tadi. Apa gunanya coba ngumpet, tapi gue nggak sanggup ketemu dia. Huaaaahhh Mama!!, help me please?. Aku benar-benar ingin menghilang rasanya.
“Perkenalkan nama saya Mikail Rarendra, asli kota sini. Dan pindahan dari SMAN 2.” Sesekali aku mengintip dari balik buku. Sial ternyata dia dari tadi liatin gue!, yah ketauan lagi.
“Hanya itu…?” tanya Bu Anggi, dan dia hanya mengangguk sebagai jawaban. “Silahkan duduk, di sebelah Ringgo di bangku yang kosong itu” tunjuk Bu Anggi, pada kursi kosong bagian baris kanan tepat sebelah baris bangku yang aku tempati, dekat dengan jendela. Berjarak dua kursi ke belakang yang aku tempati, di sana ada satu kursi kosong di sebelah Ringgo.
Makin sial aku hari ini setelah seharian nanti harus bertemu pelajaran ber-Rumus semua. Sekarang aku malah harus bertemu matan, SATU-SATUNYA. Pacar, yang sudah bikin aku malu seumur hidup karena berani mencoba yang namanya pacaran. Apapun yang terjadi gue harus stay cool, dia gak boleh tau kalo gue gerogi karena malu.
“Mikaila Putri Anggara” Aku tersentak kaget saat mendengar namaku di panggil absensi Bu Anggi. “I-iya, hadir Bu!”
—
Kantin sudah ramai dipenuhi anak-anak yang lain, dan aku kini sedang mengantri untuk memesan makanan bersama Rinai sahabatku. Saat aku tolehkan kepala ke belakang, di sana ada Mikail dan Ringgo bersama dengan teman-temannya sedang menuju kemari. Refleks aku menarik baju Rinai di bagian belakang membuat dia kaget dan berteriak. Karena teriakannya itu semua orang melihat kelakuan absurd yang aku lakukan. Makin malu rasanya, apalagi orang yang berada di sampingku ikut menatap ke arahku. Siapa lagi kalau bukan orang yang sedang aku hindari Mikail Rarendra.
“Apaan sih… Mikaila!” Rinai melepas pegangan tanganku pada bajunya dengan kesal. Tidak taukah dia jika aku sedang menahan malu mati-matian, apalagi dia masih menatap aku sedari tadi membuatku berdiri keki di tempat.
Begitu nampan berisi dua mangkok bakso sudah ada di tangan aku lekas pergi dan mendudukkan diri di meja, tanpa menunggu Rinai yang sedang misuh-misuh karena ditinggal. “Lo itu yah, main tinggal aja. Terus kelakuan lo aneh banget hari ini kayak diikutin setan tau gak”
Aku sama sekali tidak peduli dengan ocehan Rinai, karena fokusku terkunci pada bakso yang aku makan. Aku benar-benar takut mengangkat kepala karena di depan sana, ada Mikail yang duduk sambil menghadap kemari. Dan mereka duduk di meja tepat di belakang Rinai. Separno itu aku pada seorang Mikail Rerendra, bahkan untuk melihatnya saja, dia memang sudah seperti hantu di mataku. Apa karena dia adalah mantan satu-satunya yang aku punya, satu-satunya orang yang pernah jadi pacar seorang Mikaila. Yang bagi teman-temanku, aku adalah orang yang anti dengan pacaran. Bagaimana tidak, setelah putus darinya aku menjadi jomblo akut sampai sekarang.
Sumpah, aku malu jika harus bertemu dengannya lagiiii!!.
—
Hari ini masih sama seperti kemarin, setiap ada Mikail aku berubah menjadi tikus yang takut kucing. Meski pada akhirnya aku memberitahu juga Rinai, jika aku malu ketemu Mikail-mantanku. Ia malah tergelak dan mengataiku habis-habisan.
Dia juga mengatakan semua kelakuan anehku saat melihat dan bertemu Mikail, seperti waktu itu saat tidak sengaja bertemu di parkiran aku malah memalingkan kepala ke arah berlawanan, padahal saat itu Ringgo yang memanggilku. Memang akunya saja yang kepedean, berharap banget ya aku disapa dia.
Tapi memang sih, sejak bertemu dia tidak pernah menyapa apalagi mengobrol denganku. Padahal kami sekelas. Dan hanya saat kejadian di lorong sekolah kemarin, dia memangil dan mengejarku dari kejauhan. Aku malah kabur, bukannya berhenti dan berusaha biasa saja ketika berhadapan dengannya.
Padahal dia ternyata hanya ingin mengembalikan buku fisika yang aku pinjamkan pada Rinai, dan malah ada padanya karena dia juga ikut meminjam bukuku dari Rinai. Satu fakta yang membuatku terkejut, ternyata Rinai dan Mikail sepupuan. Berujunglah aku tadi diketawain Rinai, karena ujung-ujungnya dia yang mengembalikan buku fisikaku. Tapi mau bagaimana lagi… aku tidak bisa, karena dia telah meninggalkan trauma padaku.
“Melamun… lo ngelamunin gue ya, sampai gak sadar kelas sudah kosong” Aku terhenyak dari lamunan dan benar kelas sepi kelontang tapi di luar ramai.
Penglihatanku beralih pada Mikail yang bersandar di dekat pintu, aku lihat pintu tertutup itu pasti dia yang sengaja menutupnya. Jadi dia ngunci pintu dari dalem gitu!!! Terus kalau yang lain berpikir yang bukan-bukan gimana.
“Enggak, nggak usah kepedean” Mikail berjalan dan berhenti di depanku, sambil duduk tepat di depan mejaku sekarang. Jadilah kami berhadapan.
“Kamu ngapain… menghidar dari aku” “Siapa yang menghindar” elakku sambil mengerakkan bola mata. “Ngak usah bohong, aku tau… kamu sengaja” Tidak peduli dengan kehadirannya aku tetap fokus pada laptop di depanku, mengusir rasa canggung di ruangan ini. Karena kami hanya berdua di satu ruang tertutup.
Aku mendengar Mikail mencebik, mungkin karena aku tidak peduli dengannya.
“Kamu tau… aku sangat rindu… denganmu Mikail” ucapku sambil terus mengetik apa yang aku ucapkan, biarkan saja Mikail yang berada di depanku terlihat terkejut dengan peryataan yang aku ucapkan. Yang tidak lain sebenarnya adalah kata yang sedang aku tulis di layar laptopku. Aku yakin dia pasti sedang salah paham, tak apakan jika aku kerjain balik. Salah sendiri mengunciku di satu ruangan begini, dia pikir orang lain di luar tidak menganggap ini sesuatu yang buruk nantinya. “Benarkah?!” Mikail menjawab dengan wajah sumringah, benar dia masuk perangkapku. Lagi aku ketik ucapannya, salahnya membuat aku kehilangan ide jadi kumanfaatkan saja dia. “Iya, aku sangat merindukanmu” Sesekali aku tatap matanya sambil mengetik ucapanku agar ia tidak curiga.
“Aku juga, aku juga… merindukanmu Mikaila… kamu tau…” “Tidak, aku hanya tau kamu pembohong. Kamu bohong tentang keinginanmu untuk terus bersamaku. Kamu ternyata jahat Mikail, kamu seorang pembohong” “Maksud-nya?” Mikail menjawab dengan sangsi ucapanku, mungkin dia baru merasa aneh dengan dialog kami. “Iya kamu jahat, dan keterlaluan. Kamu bilang cinta dan sayang sama aku tapi kamu malah ninggalin aku sampai bertahun-tahun lamanya. Kamu janji hidup semati, membangun mimpi dan merakit kehidupan bahagia sama aku tapi apa?!, kamu bohong” ucapku semakin jadi, padahal itu tidak ada sama sekali dalam hubungan kami dulu. Hanya pacaran ala ABG seperti jalan, jajan, chat-an cuma itu doang enggak lebih.
“Kamu ngebahas apa sih, aku enggak ngerti” “Tentang kita… tentang cinta Mikail dan Mikaila” “Kamu masih cinta sama aku Kai” ucapnya dengan mata berbinar. “Jadi… ekhem, kamu mau ngak kita balikan?” What kok dia malah nembak gue sih
“Enggak, siapa juga yang mau jadi pacar lo lagi” ucapku dengan ketus. “Hah… terus tadi kamu bilang…” “Apaan, orang aku lagi ngetik cerpen kok, wlee” kulihat ia tercengang dengan perkataanku. “Bohong, terus kenapa namanya Mikail dan Mikaila” ucapnya mengeram marah Itu karena lo ngerusak konsentrasi gue “Suka-suka gue dong, emangnya cuma lo yang punya nama Mikail. Lagian nama yang sama itu banyak tau”
Ia bangun dari duduknya lalu mengusap wajahnya kasar dan terlihat frustasi, merasa kesal karena sudah aku kerjain. “Jadi lo nolak gue?” “Iya!”
Aku begitu kaget saat ada yang membuka pintu, ternyata Rinai dengan membawa kantong plastik berisi roti dan minuman kotak. Mungkin dia malas duduk di kantin sendirian sedangkan aku mendekam di kelas. Syukurnya bukan anak-anak yang lain, bisa-bisa besok jadi bahan gosip di sekolah gara-gara perbuatan Mikail.
—
“Lo tau enggak, Mikail jadian sama adik kelas namanya Anjani” ucap Rinai yang begitu heboh sejak melihatku di koridor berjalan menuju kelas. “Huum” ucapku agak bingung, pasalnya Mikail baru seminggu lalu ngajak aku balikan terus sekarang udah jadian sama yang lain. “Itu loh anak X Ips 1 yang paling cantik anaknya, masa lo ngak tau” “Oh” jawabku malas, terserah dia mau jadian sama siapa emang aku perduli. Untung kemarin aku tolak, ternyata dia cari pacar bukan untuk serius tentang hubungan. Bisa dibilang untuk seneng-seneng doang, dasar buaya gercep banget begitu lihat mangsa.
“Lo enggak apa-apa, gue pikir kemarin lo balikan sama doi” “Enggaklah ngaco, jangan-jangan lo terlibat ya kemarin” tuduhku mendelik tajam pada Rinai, dia malah cecengesan tidak jelas. “Iya sorry, habisnya daripada lo sama dia main kucing-kucingan mulu. Jadi beneran udah move on nih ceritanya?” “Hu’um” Tapi kok rasanya gue enggak rela gini, apa gue masih cinta sama dia
Tidak terasa aku sudah berdiri di depan kelas bersama Rinai, tapi aku malah bertemu pandang dengan Mikail. Lekas aku putuskan terlebih dahulu, entah mengapa aku merasa kecewa dengan dia yang ternyata tidak seserius itu mencintaiku.
Seharian aku memilih diam, mood-ku sudah hancur dari pagi tadi sampai sekarang duduk kantin.
“Boleh kita gabung” ucap Ringgo bersama empat temannya yang tidak lain Mikail, Ardi, Kevin dan Jovan. “Boleh duduk aja” jawab Rinai yang sama sekali tidak punya masalah dengan mereka, tapi aku… lebih tepatnya hatiku yang merasa gerah jika harus berhadapan dengan Mikail.
“Hai, kak Mikail boleh enggak aku gabung” aku penasaran dengan siapa pemilik suara yang ikut mendekat ke meja kami. Semua saling pandang, mataku tertuju pada nametag di seragamnya. Jadi dia yang namanya Anjani, kok gue merasa kalah saing sih “Sorry, di sini sudah penuh, kamu bisa liat sendiri ‘kan. Ngak ada tempat kosong” jawab Mikail dengan lembut sambil tersenyum padanya.
Aku mengeram tertahan dengan mengepalkan tangan di bawah meja. Sialnya aku malah cemburu dan merasa tidak rela.
“Duduk aja, biar gue yang pergi. Kalau kalian mau pacaran!” Aku berkata dengan sarkas sambil menatap benci Mikail di depanku, lalu pergi dari sana.
“Kai!, Kaila!!” Aku sama sekali tidak peduli dengan panggilan Rinai, memang apa masalahnya jika mereka mau berduaan kenapa aku harus marah. Kenapa sekarang aku malah menyesal nolak Mikail waktu itu.
“Kai!, Mikaila” Aku berhenti saat ada yang menggapai tanganku, dan keputusanku salah karena orang itu adalah Mikail.
“Lo kenapa sih, lo cemburu karena berpikir Anjani pacar gue” “Iya!!” Upss, aduh keceplosan bego
Mikail malah terkekeh dengan jawabanku, dia menarikku ke dalam kelas. Lagi, hanya kami berdua di sini. Aku terduduk di kursi sedangkan Mikail berdiri di depanku.
“Aku tau kamu masih cinta sama aku, Mikaila Putri Anggara” “Enggak…” “Buktinya, kamu masih jomblo sampai sekarang”
Aku beranikan diri menatap matanya, dan aku katakan semua itu tidak benar tapi hatiku menolak, kenyataannya memang begitu.
“Itu karena gue… enggak ada yang dicinta dan mencintai aja” “Ada… ini buktinya, gue yang dicinta dan mencintai lo.” “Kepedean!” “Emang iya ‘kan. Jadi hari ini, tentang kita… cerita cinta Mikail dan Mikaila kembali berlanjut” “Apaan sih, gue ngak mau!” Sungutku padanya, enak saja main resmi-resmian hubungan.
“Terus kamu maunya, aku jadian sama Anjani gitu?” Tanyanya mengangkat alis sebelah menatap kesal padaku. “I-iya en-engak juga” “Jadi…” “Kita balikan” ucapku lalu memalingkan muka, karena malu.
“Apa?, aku enggak denger” tanyanya dengan mengesalkan sambil menaruh telapak tangan di balik kupingnya. “Kita…!!!, Mikaila Putri Anggara dan Mikail Rarendra BA-LI-KAN!, puas kamu” “Yess!!!”
Selesai
Cerpen Karangan: Sy_OrangeSky Blog / Facebook: Siti maisaroh Untukmu yang baru pertama kali punya mantan, tapi belum siap melupakan.