Pagi ini, langit sedang merenung. Dan aku, menatapi serpihan-serpihan air yang turun dari gelapnya langit. Dengan secangkir susu cokelat panas yang dibuatkan oleh Ibu. Apalagi yang lebih baik dari ini?
Tidak, tidak… Hatiku tidak seperti langit gelap yang sedang merenung. Karena, hari ini aku akan melaksanakan pembelajaran daring bersama guru-guruku tersayang. Jiakh…
Oh iya, aku adalah siswi kelas IX SMP. Tak terasa ya, sudah 2 tahun kita belajar dari rumah. Semuanya jadi serba menggunakan batas. Tidak bertemu dengan Bapak dan Ibu guru, tidak bisa bermain dengan teman-teman, dan tidak mendapat uang jajan, pastinya. Hehe… Bercanda. Baiklah… Aku akan memulai paragraf awal dari ceritaku ini.
Hari ini, kita akan melakukan pembelajaran tatap maya. Kebetulan, periode pertama adalah pembelajaran IPA. Kamu tahu? Guru IPA di sekolahku sangat killer alias terlalu tegas. Namanya, Pak Dedi Dermawan. Biasa dipanggil, Pak Dede. Jujur, sedikit jauh. Tapi, ya sudah…
“Anak-anak suara Bapak terdengar?,” tanya Pak Dede yang sedang mengecek sound. “Terdengar, Pak,” jawab salah satu temanku. “Baik, tanpa basa-basi. Saya ingin salah satu dari kalian memimpin doa untuk memulai pembelajaran kita hari ini,” pintanya.
Sayangnya, semua anak-anak diam. Shttt, mereka takut. Hehe…
“Kok, diam semua? Ini mau belajar, tidak? Saya hitung sampai 10, tidak ada yang maju. Bapak hentikan pembelajaran kita,” ucapnya.
Akhirnya, saat hitungan ke-9, ada temanku yang memberanikan diri untuk memimpin doa. “Huh… Akhirnya,” gumamku
“Buka buku paket halaman 89, kita akan belajar mengenai pembuluh darah manusia,” ucapnya seperti memergoki seorang maling yang menyolong mangga. “Saya minta, jelaskan secara singkat, padat, jelas dan terperinci. Bagaimana alur dari pembuluh darah manusia?” tanya sinisnya.
“Absen 18, tolong jelaskan,” ucapnya bagaikan petir yang siap menyambar orang-orang. Sial, itu adalah nomor absenku. Dan lebih sialnya lagi, aku tidak paham.
“Maaf, Pak. Saya belum terlalu paham dengan materi ini. Saya sudah baca bukunya berkali-kali. Tapi, tetap saja. Tidak paham,” ucapku sambil menelan ludah.
Kalian pasti tahu bagaimana akhirnya, bukan? Tentu saja. Guru itu memarahiku. “Kamu itu niat belajar, tidak? Harusnya, sudah kamu siapkan dari jauh-jauh hari materi ini. Jangan saat ditanya jawabnya, tidak paham!” marahnya padaku.
Kini… Hatiku seperti langit gelap yang sedang merenung. Aku merasa sedih. Karena, tidak dapat mengerti materi yang diajarkan oleh Pak Dede. Aku sudah coba membaca bukunya berulang-ulang. Tetapi, kata-katanya sangat sulit dipahami oleh otakku. Kenapa tidak bertanya? Tidak, aku sudah terlalu takut dengan gurunya.
Aku mulai berpikir untuk mencari jalan keluar. Akhirnya, aku memutuskan untuk mencari refrensi materi pada sumber lain. Banyak sekali refrensi materi lain yang ditampilkan hanya dengan mengetik ‘pembuluh darah manusia’.
“Woah… ternyata belajar itu mudah ya,” kataku dalam hati.
Aku memutuskan untuk menonton sebuah video pembelajaran. Sekitar 4 menit.
“Oh… jadi begitu,” ucapku yang mulai paham. Baiklah, sekarang aku paham. Dan kalian tahu? Aku mendapat sebuah pelajaran. Tidak selamanya kita bergantung hanya dengan materi yang ada di buku.
Terkadang, kita juga harus mandiri dan mencarinya sendiri. Belajar itu bebas dan tak mengenal batas. Namun, kita harus bisa menyaringnya.
Pembelajaran hari ini telah selesai. Seperti biasa. Selesai pembelajaran, aku kembali mengecek tugas dan memastikan jika sudah terkirim semua. Lalu, aku akan membantu Ibu atau melakukan hal lain selama waktu luang. Waktu luang?
Selama pembelajaran daring, semua sekat-sekat waktu telah dihancurkan. Kenapa? Jika di sekolah, kita akan melakukan sebuah ritual yang sama setiap harinya. Belajar, istirahat, belajar lagi, dan pulang. Tapi, ketika pembelajaran daring, semuanya menjadi santai. Tugas yang diberikan juga tidak terlalu banyak. Jadi, kita bisa dengan cepat menyelesaikan semua tugas dan memiliki banyak waktu luang.
Seperti biasa, aku membantu Ibu dalam mengerjakan hal rumah. Seperti, menyapu rumah, mengepel, menyapu halaman, mencuci baju, bahkan memasak.
Seperti, kemarin. Aku membantu Ibu memasak korean garlic cheese bread. Kalian tahu? Korean garlic cheese bread adalah roti nan empuk yang dicampur dengan keju dan bawang sehingga rasanya menjadi sangat gurih. Sangat menyenangkan, rasanya. Membantu Ibu memasak dan tidak lupa, kita juga menyicipi masakan tersebut. Karena itu, aku jadi tambah gemuk sekarang. Hehe…
Namun… Sedikit menyedihkan, sebetulnya. Mau bagaimana lagi? Tidak semuanya buruk, kok. Buktinya, banyak teman-temanku yang bisa berprestasi walau belajar dari rumah. Sebenarnya, belajar daring itu menyenangkan. Hanya, bagaimana kita menyikapinya saja. Kita tidak tahu, sampai kapan pandemi ini berlangsung.
Sampai kapan, kita harus berpisah dari guru dan teman-teman? Sampai kapan, kita terus berjalan dalam dunia maya? Sampai kapan, kita akan masa bodo dan hanya rebahan? Sampai kapan, kita akan terus tertinggal dengan materi? Dan sampai kapan, kita akan terus membuat orang tua kita bersedih?
Terkadang, hidup sudah tidak bisa dibedakan lagi dengan malam. Gelapnya, sudah tidak bisa ditembus oleh cahaya. Orang-orang saling berdesakan dalam sesaknya hidup. Mereka berlomba-lomba untuk mencari sepintas cahaya dari gelapnya lorong-lorong yang dilewatinya. Namun, tidak bisa. Cahaya itu, terhalang oleh gelapnya kemalasan.
Dengan begitu, kita tidak akan menggapai masa depan. Ketakutan akan masa depan akan benar-benar terjadi. Jika, kita masa bodo dengan belajar. Banyak sekali pengalaman dan pelajaran baru yang kita dapatkan dari pembelajaran daring ini. Kita harus bersyukur. Kita masih diberi kesehatan, dan kesempatan untuk bisa belajar dari rumah.
Mungkin, ini kata awal untuk paragraf terakhir.
Tetap bertahan. Aku yakin, lama-kelamaan kita akan merasa nyaman dan terbiasa dengan semua ini.
Namun, bukan berarti aku senang dengan keadaan ini. Aku juga tidak tega dengan para relawan dan tenaga medis yang berjuang di luar sana, demi keselamatan umat manusia. Aku juga khawatir dengan mereka yang tidak nyaman dan terkendala dalam belajar daring ini.
Sebagai pelajar, kita juga harus berjuang dalam menghadapi pandemi ini. Kita tidak boleh sekadar rebahan. Karena, dengan begitu kita tidak akan mendapatkan apapun. Masih banyak hal bermanfaat dan positif yang dapat kita lakukan. Banyak pengalaman dan pelajaran baru yang dapat kita ambil dari pembelajaran daring ini.
Dan… Ya, lakukan semua hal yang bisa membuat kita mengenang sesuatu dan membuat kita dengan bangga untuk menceritakannya kepada dunia bahwa kita pernah melewati pandemi ini dengan semangat belajar yang tanpa batas.
Cerpen Karangan: Irends Indriana Masih dan terus belajar. Selamat menikmati hidangan yang ku suguhkan!