Aku termasuk orang yang susah sekali untuk bicara dengan orang lain. Ya karena dari kecil aku tak terbiasa begitu. Selalu ingin sendiri dan punya duniaku sendiri. Tak semua orang bisa masuk. Hanya orang tertentu kayak keluarga atau orang yang benar-benar aku izinkan.
Namaku Adnan. Ini Kisahku dengan seorang perempuan yang diam-diam aku suka. Namanya Putri. Seorang perempuan yang baru kekenal. Dia anak kelas sebelah. Banyak orang yang membicarakan tentang dia. Anaknya berprestasi. Setiap bulan selalu dapat penghargaan meski hanya tingkat kabupaten. Bisa dibilang setiap tahun dia minimal dapat 12 penghargaan.
Tak hanya berprestasi. Dia juga katanya cerdas. Aku sendiri baru menyadari itu. Setiap hasil ujian diumumkan setiap 3 bulan sekali, aku selalu melihat papan atas nilai. Namanya selalu ada di 5 besar. Sangat jauh denganku yang di papan tengah. Aku merasa seperti langit dan bumi.
Hari itu langit mendung. Hujan turun membasahi tanah. Aku sedang menunggu ayah datang menjemput. Tempatku menunggu sangat sepi. Aku mengusirnya dengan membaca buku yang tadi siang kupinjam di perpus. Buku yang asing buatku dan tentunya belum pernah aku baca.
Tak terasa sudah 15 menit aku membaca. Hujan yang deras mulai rintik rintik. Dia pun datang. Tepat di sampingku. Hanya berjarak kurang dari 1 meter. Aku merasa gugup jika berada dekat orang apalagi perempuan. Sekilas dia seperti perempuan biasanya. Tak terlihat istimewa. Tampak sederhana. Aku pun memutuskan untuk tetap lanjut dengan kegiatan membaca buku tanpa berkepentingan basa basi dengan dia.
“Hei, namamu siapa? Kok aku kayak belum pernah lihat kamu ya?” Sebuah pertanyaan dadakan yang sederhana. Namun aku bingung harus gimana jawabnya. Baru kali ini ditanya seseorang. Baru kali ini ada seseorang yang penasaran dengan diriku.
“Eh kok diem aja?” Dia masih tanya kepadaku. Aku masih diam. Diam bukan karena tidak ingin menjawab. Namun karena ragu dan selalu bertanya mengapa ada orang yang bertanya padaku. Apakah aku seperti orang yang layak diperhatikan.
“Hmm baru kali ini aku didiamkan seseorang. Kamu menarik.”
Dia bilang aku menarik. Aku tak melakukan atraksi apapun. Hanya diam. Hanya itu yang aku bisa. Diam dan punya dunia sendiri. Dia terus bertanya dan seolah tak sakit hati jika didiamkan. Menurut buku yang aku baca, jika seseorang merasa diabaikan -maka cenderung akan menjauh dan tidak akan dekat dekat lagi. Dia berbeda.
Sejatinya aku juga ingin kenalan dengannya. Tapi hati ini ragu. Ragu karena sebelumnya tak pernah berkenalan dengan orang lain. Baru kali ini ada orang yang bertanya padaku. Dan jumlahnya ada tiga pertanyaan. Sungguh hebat. Selama itu pula, aku belum merespon satu pun pertanyaan dia.
“Namaku Putri. Salam kenal ya”
Tak lama kemudian, dia beranjak pergi karena sudah ada yang menjemput dirinya. Aku tak tahu siapa dan tak ingin tahu juga. Itulah percakapan ganjil dari dua orang yang sebelumnya tak saling kenal. Dia memberikan 4 kalimat dan aku tidak sama sekali. Aku selalu berharap dia akan datang kembali dan tidak akan menyerah.
Esok siang, aku kebetulan bertemu Putri. Dia sedang sendirian di taman. Aku hanya melihat dari jauh. Aku bertanya dalam hati apakah dia tidak punya teman sepertiku atau memang sedang ingin sendirian saja. Dari jauh pula, aku membaca buku. Karena begitu asyik, tak sadar ada dia yang sudah di samping.
“Hai, ketemu lagi.” Dia menyapaku. Aku senang tapi belum bisa menjawabnya. Aku masih fokus membaca. Saat itu aku ragu untuk meneruskan membaca atau pergi. Tapi jika pergi, dia akan sakit hati. Mungkin. Aku mencoba untuk tenang di saat gugup.
“Namaku Putri. Nama kamu siapa? Mungkin kita bisa berkenalan.”
Aku ingin menjawab pertanyaan dia. Tapi aku trauma untuk bicara sepatah kata pun. Aku selalu berdoa kepada Tuhan semoga orang yang ingin dekat dan berkenalan denganku bisa memahami keterbatasan ini. Aku trauma untuk bicara karena di masa kecil aku kehilangan sosok orang yang aku cintai, yaitu seorang ibu yang namanya juga sama seperti dia. Ibuku adalah Putri.
Bantul, 30 Juli
Cerpen Karangan: Adnanbercerita Blog: www.adnanwahyudii.blogspot.com