Aku duduk di kelas 9 dan pada saat itu di sekolahku mengadakan jalan santai, disitu pertama kisahku dan dia dimulai. Pada saat itu di sekolahku ada jalan santai, dan saat perjalanan menuju ke sekolah kembali hari terasa begitu terik, aku dan temanku pun merasa kepanasan. Lalu tak sengaja mengeluh dan mengatakan “Panas banget gaada topi ya?,” “Ini pakai saja, kembalikan saat mau sampai di gerbang sekolah,” jawab laki-laki di belakangku sambil menyodorkan topinya padaku. Aku yang awalnya tidak enak pun lalu menerimanya.
Pulang dari sekolah ternyata dia mengechatku “Save Rizky,” ucapnya “Iyaa, svbck Asya,” jawabku
Tak lama setelah meminta save nomer padaku, dia tampak mulai mendekatiku. Yang awalnya dia hanya menanyakan tentang sekolah, sampai pada akhirnya dia mulai menanyakan kabarku, bercerita tentang kegiatannya di sekolah, sampai bertukar cerita tentang apa yang kita alami berdua pada setiap hari.
Tak lama dari itu juga ia mengajakku berpacaran lewat pesan di handphone, tapi aku belum bisa menerimanya sehingga aku mencari alasan untuk menghindarinya
“Apa kamu mau berpacaran?,” ucapnya “Apa itu berpacaran? Aku tidak mengerti hal seperti itu,” jawabku sambil bercanda “Yang benar dong, apa aku datang ke kelasmu menyatakan langsung depanmu?,” ucapnya Akupun bingung akhirnya aku menolak hal itu “Tidak usah, lagian aku juga jarang ada di kelas,” jawabku “Yasudah,” ucapnya
Waktu berjalan begitu cepat bukannya aku dan dia semakin renggang karena aku tidak menerimanya, malah aku dan dia banyak menghabiskan waktu bersama, mulai dari pergi ke kantin bersama, dan juga pulang bersama. Tetapi pada bulan kedua aku dan dia sering bersama kini dia mulai jarang menghubungiku karena fokus pada hobinya. Rasa yang mulai tumbuh karena sering bersama, kini berubah menjadi ragu untuk menerimanya, padahal awalnya aku ingin menerimnya.
Pada saat hari ulang tahunku, ia memberikanku kejutan. Selepas saat memberikanku kejutan ulang tahun ia menyatakan perasaannya kembali lewat pesan di handphone, tetapi aku masih belum bisa juga menerima perasaannya
“sudah,?” tanyanya “sudah apa?,” jawabku, dengan perasaan bingung “apa kamu sudah bisa menerima perasaanku,” tanya nya “sebenarnya aku waktu itu sudah ingin menerima perasaanmu, tapi sikapmu akhir-akhir ini membuatku ragu untuk menerima perasaanmu, maaf,” jawabku “iya, gapapa” ucapnya
Lama kelaman mungkin dia juga sudah lelah denganku karena tak kunjung menerima perasaannya, akhirnya dia pergi meninggalkanku dan ia ingin fokus mengejar hobinya, tetapi sebelum meninggalkanku ia berpesan lewat pesan di handphone “terima kasih untuk waktu beberapa bulan ini, maaf aku tidak bisa menemanimu lagi, aku tidak akan mengganggumu lagi, jaga diri baik-baik,” ucapnya “iya sama-sama, tidak perlu meminta maaf,” “aku ingin fokus mengejar hobiku, dan aku tidak akan mencari penggantimu,” “iya, carilah bahagiamu” “aku tidak akan mencari bahagia baru, karena bahagiaku adalah kamu,”
Akupun mulai belajar menerima ini, dan sampai sekarang aku masih menagih pesan itu. Tapi selang beberapa minggu dia menemukan penggantiku, akupun merasa kecewa padanya karena tidak bisa menepati pesannya kepadaku.
Ternyata kisah yang singkat meninggalkan luka yang berat, sebaik apapun caramu berpamitan, perpisahan tetaplah hal yang menyakitkan. Pesanku berbahagialah dengan dia yang menggantikan aku di hatimu, kini tugas terakhirku adalah mengikhlaskanmu.
Cerpen Karangan: Natasya Kinsky SMPN 1 Puri Blog / Facebook: Tasya Kinsky Haloo, namaku Natasya Kinsky aku duduk di kelas 9 SMPN 1 Puri