Ini cerita tentang seorang remaja yang suka dengan suatu hobi namun hobinya tak disukai orangtuanya sendiri.
Di sebuah desa aku sangat suka dengan suatu olahraga yaitu sepakbola suatu saat aku ingin melatih hobiku ini dengan ikut akademi sepakbola, tetapi aku tau kalau orangtuaku tidak akan menyetujuinya.
Sebulan telah berlalu aku mencoba memberanikan diri lagi untuk berbicara tentang keinginanku yang ingin mengikuti akademi sepakbola tersebut kepada orangtuaku
“Bu, aku mau ikut akademi sepakbola boleh atau tidak”, ucapku kepada ibuku “Gak boleh”, ucap ibuku dengan singkat
Aku mengerti yang dia maksud kalau aku memang tidak diperbolehkan ikut akademi tersebut, dikarenakan sebuah kejadian-kejadian yang dialami saudara dari ibuku dulu yang mendapat kejadian tidak mengenakkan dari sepakbola.
Aku tak menyerah dengan keputusan ibu tadi aku ingin suatu saat keinginanku ini bisa tercapai, aku memulai dengan menabung sendiri untuk membeli sepatu sepakbola tanpa sepengetahuan orangtuaku, aku relakan tidak beli makanan di sekolah, tidak memberi barang kebutuhanku sendiri dan berhemat, hanya agar bisa membeli sepatu.
Satu bulan berlalu uang yang terkumpul kini ingin kubelikan sepatu tanpa sepengetahuan orangtuaku di sebuah toko online.
Hari-hari telah berlalu aku menunggu sepatuku sampai ke rumahku akhirnya pun datang. “Barang apa yang kamu beli ini tadi?”, tanya ibu kepadaku Aku hanya tersenyum setelah itu pergi dari hadapan ibuku dan segera menuju kamar untuk membuka paket sepatu itu tadi.
Aku sangat senang karna sekarang hanya tinggal aku bertanya lagi apakah boleh ikut akademi sepakbola atau tidak. Tapi aku tau pasti nanti tidak dapat izin aku mencoba memikirkan tentang hal ini.
Empat hari kulewati hanya untuk berfikir agar aku bisa dapat izin, aku tanya ke temanku yang ikut akademi tersebut “Jadwal masuk akademinya hari apa saja?”, tanyaku “Rabu, Jum’at sore, dan Minggu pagi”, jawab temanku “Kenapa tanya begitu?”, tanya temanku balik “Nggak hanya nanya”, ucapku sambil tersenyum
Tiga hari berlanjut pada saat itu hari Jum’at sorenya pun aku pamit ke orangtua dan tidak bilang mau pergi kemana. Aku berangkat ke tempat akademinya, disana aku sangat senang karna akhirnya bisa mengikuti suatu keinginanku.
Jam menunjukkan 17.30 WIB aku pun pulang sesampai di rumah ibuku tau jika aku habis pulang SSB, aku hanya tersenyum dengan rasa takut apabila dimarahi, Ibuku hanya melihatnya sambil tersenyum juga.
Minggu paginya aku mencoba pamit dengan berbicara mau pergi kemana, dengan rasa sedikit takut aku berbicara “Bu, aku izin ke lapangan”, ucapku “Iya, hati-hati”, ucap ibuku “Dibolehin apa ini Bu aku ikut”, ucapku “Iya wes ngak papa”, ucap ibu sambil tersenyum
Aku merasa senang akhirnya pun aku bisa ikut dengan perasaan tenang tanpa ada rasa takut lagi.
Cerpen Karangan: Ichsan Ali Blog / Facebook: Ichs_ali SMPN 1 Puri