Makan di warung adalah hal yang paling sering dilakukan oleh Merry. Paling tidak seminggu dua kali kebiasaan ini tetap dia lakukan. Terutama sekali di hari-hari dimana dia merasa malas untuk memasak, biasanya hari Sabtu dan Minggu Karena dua hari itu baginya adalah hari yang pas untuk memanjakan diri, karena lepas dari rutinitas pelajaran sekolahnya. Bagi Merry, secara ekonomis, masak sendiri dengan makan di warung tidak jauh berbeda. Bahkan baginya makan di warung lebih membuatnya enjoy, sebab dia tidak direpotkan dengan menggiling bumbu dan mencuci piring serta peralatan masak.
Merry tinggal di sebuah kos kosan sejak dia duduk di bangku kelas 10 Dia sengaja ingin melatih dirinya untuk terbiasa mandiri, sebab selepas SMU dia berencana melanjutkan kuliah ke kota lain. Saat dia mengutarakan keinginannya untuk tinggal di kos kosan kepada ayah dan ibunya, mereka dengan senang hati mengizinkan putrinya. Walaupun demikian, kadang-kadang Merry berkunjung juga ke rumah ayah dan ibunya, sebab kos kosan Merry masih satu kota dengan rumah ayah dan ibunya.
Hari ini Merry lupa membawa uangnya, sehingga dia terpaksa berhutang dulu kepada pemilik warung makan. Pemilik warung dengan senang hati mengijinkan Merry untuk berhutang, sebab dia tahu Merry sudah menjadi pelanggan rutin di warungnya.
Bagi Merry yang lebih sial lagi hari ini adalah ketika dia tiba di rumah sehabis makan siang saat dia merogoh saku celana jeansnya, dia tidak menemukan handphone kesayangannya lagi di dalam saku. Dia merasa gugup dan kecewa serta kesal disertai dengan jantungnya pun ikut berdebar-debar. Dia benar-benar khawatir handphone kesayangannya hilang dan tak bisa ditemukan lagi. Dia juga merasa sedih karena juga akan mengecewakan hati ayahnya, jika handphone itu benar-benar tidak bisa ditemukan
Perasaannya mengatakan handphonenya pasti tertinggal di meja, di warung makan tadi. Sebab tadi sehabis makan dia memang ada membuka handphonenya, untuk membaca postingan-postingan WA yang ada di group alumni SMP- nya dulu.
Merry balik lagi ke warung tempat dia makan lauk ikan nila goreng ditemani sambal balado dan sayur gulai nangka muda tadi. Tapi… raut wajah Marry tampak kecewa, persaanya jadi lesu karena apa yang dicarinya tidak mendapatkan hasil. Padahal dalam hatinya sudah yakin betul kalau handphone kesanyannya tadi tertinggal di meja makan itu. Dia sangat menyayangi Handphone androidnya itu.
Handphone itu hadiah dari ayahnya, karena dari bangku SD hingga SMU Merry selalu mendapatkan nilai yang bagus, baik itu nilai ijazah maupun nilai raportnya. Merry juga dari kecil merupakan anak yang rajin dalam hal beribadah, khususnya sholat dan mengaji. Hingga sekarang, setiap selesai sholat maghrib, ayat suci AL-Quran selalu keluar dari bibir gadis berhijab ini. Oleh karena itu ayahnya tidak ragu memberi handphone itu kepada Merry, karena dia yakin putrinya akan menggunakannya dengan bijaksana.
Handphone milik Merry itu merk terkenal dengan fitur lengkap dan kapasitas penyimpan yang besar untuk saat ini. Handphone itu dibeli ayahnya ketika mendapat tugas dinas ke daerah lain dari instansi tempat dia bekerja.
Merry berusaha menanyakan keberadaan handphone-nya kepada pemilik warung. Tapi pemilik warung mengatakan bahwa dia tidak melihatnya, karena dia sibuk melayani pembeli yang memesan makanan di warungnya. Memang, setiap hari warung makan ini sangat ramai dikunjungi pembeli karena pemiliknya ramah dan harganya pun lebih murah. Disamping itu rasa masakannya pun lebih enak dibandingkan dengan warung lain yang ada di sekitarnya, paling tidak itu menurut selera lidahnya Merry. Selain itu juga, meja kursi dan peralatan makan di warung ini juga tampak bersih dan tertata rapi. Tak nampak adanya bekas ceceran butiran nasi dan bekas tumpahan air minum di atas meja.
Merry arahkan lagi pandangannya ke meja tempat dia makan tadi, tapi tetap saja dia tidak melihat handphone kesayangannya itu. Sekarang meja makan itu sudah digunakan oleh sepasang muda mudi yang tampak seusia dengannya. Sepasang muda mudi itu sedang asyik menikmati makanannya, sambil sesekali mereka berbicara tentang kehidupan mereka.
Merry memberanikan diri menghampiri sepasang muda mudi itu. Dengan sopan dan penuh kehati-hatian, agar mereka tidak tersinggung, Marry bertanya kepada sepasang muda mudi itu. “Maaf… Mas, Mbak… tadi ada lihat handphone saya di meja ini enggak, ya?” “Oh… maaf Mbak, HP apa, ya? Dari tadi kami duduk di sini tidak melihat HP apapun. Saat kami tiba di sini yang ada di atas meja hanyalah peralatan makan.” jawab yang cewek. “Tadi saya makan di meja ini juga, saya merasakan HP saya tertinggal di sini.” kata Merry kepada cewek itu. “Oooh… begitu, tapi maaf Mbak, kami benar-benar tidak melihat HP apa pun di meja ini sejak tadi,” tegas cewek itu lagi dengan raut wajah yang bersahabat. “Ya udah… gak apa-apa kok, saya hanya bertanya. Sekali lagi maaf ya” kata Merry dengan senyum ramah kepada cewek itu. Lalu Merry membalikkan tubuh hendak berlalu disertai perasaan sedih dan kecewa.
Namun saat Merry hendak membalikkan tubuhnya, pandangannya tertuju ke arah bawah kursi yang diduduki sepasang muda mudi itu. Merry melihat sebuah HP yang sangat dia sayangi dan rindukan itu. Wajah Merry tampak tersenyum dan dipenuhi perasaan gembira. Perasaan yang tadi sedih secara sepontan tiba-tiba lenyap begitu saja berganti dengan suasana hati yang penuh kegirangan, bagaikan burung lepas dari sangkar setelah bertahun-tahun terkurung.
Rupanya tadi HP nya terjatuh ke bawah kursi tanpa dia sadari, ketika dia hendak memasukkan HP nya ke kantong celana jeansnya. Karena tadi dia meninggalkan meja makan dengan terburu-buru, sebab dia ingin cepat sampai di rumah untuk mengambil uang buat bayar makanannya. Bukankah tadi dia lupa membawa dompetnya? Dia tidak mau berhutang lama-lama. Baginya hutang akan menjadi beban hidup yang mengganggu fikiran, walaupun hanya seharga sepiring nasi.
Merry memungut HP kesayangannya dari bawah kursi makan dan memasukkanya ke dalam saku celana jeannya dengan hati-hati serta seksama agar tidak terjatuh lagi. Kemudian dia bergegas menghampiri pemilik warung makan sambil tangannya menyodorkan lembaran uang kertas sepuluh ribu kepada pemilik warung. Pemilik warung menerimanya dengan hati senang dan wajah tersenyum sambil mengucapkan terimakasih kepada Merry***
Cerpen Karangan: Al Arudi Blog / Facebook: Al Arudi