Pagi yang cerah, burung-burung berkicauan, kulihat sepasang burung yang terbang kesana kemari, seperti sepasang kekasih yang bermalam mingguan di alun-alun kota, seakan-akan mereka mengejekku yang sampai saat ini belum mempunyai kekasih.
Aku bangun dari dudukku, tiba-tiba handphoneku berbunyi, Aku angkat telepon itu. “halo ma, kenapa??,” “tolong siram tanaman didepan,” Tutt… telpon dimatikan sepihak oleh mama tanpa menunggu jawaban dariku.
Kuambil selang untuk menyiram tanaman-tanaman ini, rasanya mama lebih sayang dengan tanaman ini dari pada diriku karena setiap pulang kerja tanaman-tanaman ini yang ia tanyakan bukan aku anaknya.
Pandanganku tiba-tiba teralihkan ke sebuah rumah yang tepat di seberang jalan, rumah itu sudah lama kosong, namun kali ini aku melihat sebuah mobil yang diparkir didepan rumah itu. Kulanjutkan acaraku pagi ini menyiram tanaman-tanaman, lalu aku kembali masuk ke dalam rumah kubaringkan tubuhku diatas kasur sambil kupejamkan mataku, Aku terbayang seorang yang setiap hari Senin saat upacara kukenali punggungnya, Yang selalu aku cari-cari saat istirahat, namun sekarang aku tak dapat melihatnya lagi, dia sudah lulus.
Baru beberapa menit kubaringkan tubuhku bel rumah berbunyi, aku buka pintu rumahku. “Cari siapa bu?” tanyaku kepada wanita yang seumuran dengan mamaku “Tidak, ini ada sedikit makanan diterima ya?” “ohh, makasi banyak bu,” “Iyaa sama-sama, yaudah ibu pamit dulu mari” jawab wanita itu sambil tersenyum meninggalkan halaman rumahku “iya mari bu” jawabku lalu kembali masuk, aku tidak pernah melihat wanita itu sebelumnya atau memang aku yang kurang mengenal orang yang tinggal di sekelilingku.
Hari minggu, kali ini semua orang rumah libur. aku buka jendela kamarku, tiba-tiba pandanganku tertuju pada seorang laki-laki yang sedang mencuci sepeda motornya di seberang jalan. Seperti pagi-pagi biasanya aku harus menyirami semua tanaman didepan rumah, namun kali ini aku ditemani oleh mama. Mama menjelaskan bagaimana cara merawat tanaman-tanaman itu dengan benar, mama juga membeli beberapa tanaman untuk menambah koleksi katanya.
Hari ini rasanya begitu capek ditambah lagi sinar matahari yang sangat terik, kami memutuskan untuk istirahat di bawah pohon. Baru beberapa menit aku kami duduk, ibu-ibu yang kemarin datang, menghampiri diriku dan mama namun kali ini dia tidak sendirian, dia bersama seorang laki-laki yang aku lihat tadi pagi saat membuka jendela.
“Assalamualaikum, Salsa,” “Waalaikumsalam, lho Wina kamu toh yang nempatin rumah depan?” jawab mamaku kaget “Iya sal, aku baru pindah disini 2 hari yang lalu”
Mama mempersilahkan kamu dan tante Wina untuk masuk, ternyata tante Wina adalah teman SMA mama dulu, Ini adalah pertama kalinya aku dan kamu berjabat tangan dan aku mengetahui nama dan juga nomor teleponmu, Andres. Dari situlah aku dan Andres mulai akrab, dan tak disangka dia juga akan satu sekolah denganku, Dia kelas 12 dan aku kelas 11. Dia sering membantuku untuk merawat tanaman-tanaman di depan rumah, mengerjakan tugas dari sekolah. Semenjak kami satu sekolah, dia juga selalu memberiku tumpangan untuk berangkat ataupun pulang. Bahkah kita sering menghabiskan waktu di sebuah lapangan yang sering Andres gunakan latihan sepak bola.
Sore ini Andres ada latihan di lapangan, aku sering menemani dirinya latihan. rasanya itu sangat menyenangkan menghabiskan waktu dengannya, sudah 6 bulan ini kami dekat aku mulai menaruh perasaan padanya, aku menyukainya, dari mulai kepribadiannya, kepandaiannya, suaranya, wangi parfumnya, potongan rambutnya, aku suka semua tentangnya aku rasa lagu “Sempurna-Andra and The Backbone” adalah lagu yang paling tepat untuk menggambarkan dirinya.
“Tipe cewek lo tuh gimana si??” tanyaku sambil memberikan sebotol air mineral “Kenapa emang?” “Mau memaksakan diri lah,” jawabku “Halah, suka banget ya bikin gua baper,” jawabnya sambil meminum air mineral yang kuberikan. “Bukannya lo ya?” sautku “Gua emang suka sama lo,” jawabannya berhasil membuat pipiku memerah “Bercanda-bercanda jangan dimasukin ke hati,” lanjutmu padahal jawabannya tadi sudah membuat diriku gembira, seketika suasana menjadi canggung.
“Lo gak bales chat gua udah 2 hari tau,” aku memecah kecanggungan “gua kan udah bilang, gua lebih seneng ngobrol langsung kayak gini dari pada lewat chat lagi pula lo tinggal nyeberang udah ketemu gua,” jawabnya “Awas aja ya, kalo lo ngechat gua gak bakalan gua bales sampe kambing hidup di air sekalipun” “gua datengin rumah lo, beres udah ayo pulang udah mau magrib,” ajaknya.
8 bulan berlalu, Aku rasa aku benar benar jatuh hati padanya, aku nyaman dengannya, aku ingin mengungkapkan perasaanku ini, perhatian yang dia berikan padaku, membuatku merasa yakin dia mempunyai perasaan yang sama denganku, Namun ternyata aku salah, di hari itu.
“Ini ada titipan buku dari Andres,” kata mama sambil menyerahkan buku catatan matematika padaku “Okei, makasi,” jawabku sambil membuka buku catatan matematika itu, rasanya aku sudah sangat lelah dengan isi buku itu
Disana tertulis rumus-rumus yang berjejer rapi, aku sangat lelah untuk mempelajarinya, kubuka lembar berikutnya ada sebait kata yang tertulis di bawah rumus-rumus itu “ga usah kangenin cowok kayak gua” lalu terdapat namanya dibawah-Nya. Aku tidak tau apa yang dia maksud.
Setelah beberapa hari berlalu aku mengetahui dirinya sudah pindah tidak ada lagi kabar darinya, setiap hari aku menanti sebuah pesan yang dia kirimkan untukku, aku rindu dirinya, rindu tawanya, rindu segalanya tentang dirinya.
Aku ingin bertukar pesan lewat WA dengan dirinya namun pesan yang kukirim belum ada satupun yang terbalas, dari situlah aku dan dia sudah tak berhubungan lagi, pastinya setiap pertemuan ada perpisahan, aku sangat beruntung bisa mengenal dirinya kalau aku bisa mengatur waktu aku ingin aku tetap bersama dirinya, walau hadirnya hanya sebentar masuk dalam hidupku namun dia sangat sulit untuk kulupakan sampai saat ini.
Cerpen Karangan: Ajeng laraswati, Smpn 1 puri Blog / Facebook: @ajnggiee Ajeng laraswatii ig: @jeajenggg