Aku berpikir jika hidup tanpa adanya cinta, tak bisa kubayangkan kehancuran di mana-mana. Tapi, seberapa pentingnya kah cinta itu?
“Kiya, kenapa sih kamu melarikan diri darinya?” Ujar Shania, teman sekelasku. “Ha-habisnya aku selalu kepikiran bahwa dia cuma menginginkan tubuhku.” Kiya, begitulah mereka memanggilku, yang sebenarnya namaku adalah Kiya Revi Fitrilya. “Ya ampun.. itu lagi? Lupakan masa lalumu itu..! Sudah berapa cowok yang kamu gantungin coba?”
Shania benar, aku harus melupakan masa lalu itu. Tapi ketika seorang cowok menyatakan cintanya padaku, selalu saja aku teringat akan hal itu. Hal yang membuat diriku selalu melarikan diri adalah saat di mana aku tidak sengaja menonton film dewasa di kamar kakakku. “Jangan sembarangan masuk kamar orang!!!” Waktu itu usiaku baru menginjak 7 tahun, setiap kali mengingat itu, perutku serasa mual…!!
“Sepertinya kamu memang benar-benar harus jalan sama cowok deh, biar kamu tahu seperti apa mereka sebenarnya.” “Itu mustahil! B-b-b-bagainana kalau nanti aku dibawa ke tempat yang sepi?!” Aku selalu takut akan hal itu . Laki-laki itu seperti predator yang selalu menerkam mangsanya ketika lengah.
Setelah perbincangan dengan Shania di kelas pagi tadi, aku pergi ke perpustakaan untuk menenangkan pikiranku. Tetapi tiba-tiba film itu terlintas di kepalaku.. * DUG * DUG * DUG “Aku benci kakak ku!!” Aku pikir dengan membenturkan kepalaku ke rak buk, fikiran-fikiran itu akan hilang, namun.. “Ma’af nona, tidak boleh berisik di dalam perpustakaan.” Gawat! Penjaga perpus mendengarnya..! Kulirik wajahnya.. Hiii… Seraaam..!!
“Ma..maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi..” “Benarkah?” Penjaga perpus ini, tak mempunyai ekspresi. “I-iya..” “Memangnya sudah berapa kali kamu membuat kegaduhan di sini?” “Ma-maafkan sayaaa..” Daripada harus berurusan dengannya, lebih baik aku pergi.
“Kamu melakukannya lagi? Yaampun, kamu nggak ada kapoknyanya ya! Padahal penjaga perpusnya itu seram, tak pernah ada seorangpun yang melihatnya tersenyum.” Shania sangat khawatir padaku. Tapi semua itu ampuh untuk menghilangkan pikiran-pikiran jelek di kepalaku itu bukan? Hehe “Kenapa kamu malah tersenyum..?” Kesal Shania padaku.
Saat tiba-tiba adegan itu muncul di benakku, aku selalu ke sini… * DUG * DUG * DUG “AKU BENCI KAKAKKU!!!” “Tolong jangan berisik!!!” “Ma-ma’aaaf..!!” Dia selalu membuyarkan fikiran-fikiran itu.
“Hey, kamu yakin mau nembak dia lagi?” “Iya, jika dia mengabaikanku lagi, aku akan memaksanya melakukan itu.” “Tapi mungkin saja dia sudah mempunyai pacar?” “Jika memang punya, ya sudah cari yang lain.” Niat jahat siswa-siswa ini terdengar oleh penjaga perpus.
Besoknya… * DUG * DUG * DUG * “Aku membencinya.. AKU BENCI DIA!!!” “Lihat! Dia datang.” “Pastikan tidak ada orang.” “Tenang saja, pintu sudah kukunci, dan penjaga perpus gila itu sedang pergi.”
Seseorang mendekat. Ya, tidak lain dan tidak bukan si penjaga perpus yang menakutkan itu berdiri dihadapanku. Tiba-tiba saja… “Sial! Ternyata si penjaga perpus gila itu adalah pacarnya.”
Sebuah ciuman membuatku sangat terkejut! Tepat mengenai bibirku. Apa ini?! “Kenapa..?” Terdengar lirih, kemudian aku menamparnya. Entah mengapa mataku mulai berkaca? Wajar nggak sih seorang laki-laki menciup wanita yang bukan siapa-siapanya? Memalukan banget bukan?!. Di dalam kelas pun aku menutupi wajahku, terpikirkan akan penjaga perpus menciumiku.
“Apa sih yang dipikirkannya?! Aku merasa telah ternodai awas saja, jika bertemu kembali akan kupukul dirinya.. AAAA.. Kembalikan ciuman pertamaku itu..”
Shania dengan gontai mendekat.. “Kiya” “Kamu enggak kenapa-kenapa kan?!” Shania ngomong apa sih?.” “Nggak kenapa-kenapa kok, memangnya ada apa, Shan?” “Syukur deh kalau begitu, huft. Aku dengar kalau Andre mau berbuat jahat sama kamu.” “Heh? B-b-bagaimana ini, Shan?!! Aku nggak mau mereka menyentuhku..!” “Tidak apa-apa.. tenang dulu.. kamu pasti bikin gaduh lagi kan? Terus penjaga perpus seram itu menegurmu, lalu kamu melarikan diri. Jadi kamu selamat deh.” “Begitu ya..”
Tunggu! Perpustakaan? Penjaga perpus? Lalu.. ciuman? Jadi Andre mau ngejahatin aku di perpustakaan, kemudian si penjaga perpus datang, dan dia menciumku, lalu aku… Tidak mungkin..?”
Kuputuskan untuk menemuinya saat sekolah berakhir. Yaa, menemui orang yang telah mencuri ciuman pertamaku. * DUG * DUG * DUG * “Kenapa? Kenapa..? AKU MEMBENCINYAAA!!” Murid yang sedang membaca pun terganggu akan teriakanku. Orang itu pun mendekat, kemudian menegurku. “Maaf nona, tidak boleh bersuara keras di dalam perpustakaan.” Terdengar lembut, namun aku menghiraukannya. Terus membenturkan jidatku ke rak buku. Dia terus menegurku. Hingga pada akhirnya dia menyerah, meletakkan telapak tangannya di pundakku, kemudian membalikkan tubuhku agar menghadap padanya.
“Kenapa? Kenapa kamu tidak bilang saja yang sebenarnya, kak Alex?” Ucapku merunduk. Ya, penjaga perpus ini bernama Alex, kakak kelasku yang sebentar lagi akan menghadapi ujian akhir sekolah. Dia terlihat rapih dengan rompi staff perpustakaan. Dia selalu membaca buku dan membawanya kemana-mana. “Soal itu ya? Maaf atas ketidaksopananku. Kamu boleh membenciku, tapi kamu jangan pernah berhenti untuk datang ke sini lagi. Aku merasa kesepian.” “Heh?” Aku pun menatapnya heran. Seketika itu juga dia tersenyum padaku. “Dia tersenyum? Sangat berbeda sekali ketika dia tersenyum.” “Di kelas, aku selalu sendirian, hanya buku-buku ini yang menjadi temanku. Mungkin karena wajahku yang menyeramkan ini kali ya? hehehe.” “.. jadi, maukah kamu selalu menemaniku?” Mendengar hal itu, aku mengeluarkan air mata yang sempat kutahan. “Kenapa..? hiks.. hiks.. kenapa..?” Aku memukul lembut tubuhnya, kemudian terlarut kedalam pelukannya. Di ruang perpustakaan ini, sinar mentari senja menghiasi. Dia kembali menciumku untuk yang kedua kalinya.
Yang kutakutkan bukan membencimu, tapi perasaan suka setelah kau menciumku.
The End
Cerpen Karangan: Sya Blanch