Mataku terbuka sedikit demi sedikit, hembusan angin yang berasal dari pendingin ruanganku menusuk tubuhku dengan tajam, selembaran kain tebal yang menutupi tubuhku mulai diturunkan oleh seseorang yang selalu kulihat setiap hari “HEH BANGUN, SAHUR, SAHUR, SAHUR HEI RICHIE!” ujar seseorang yang selalu kulihat setiap hari, benar, itu adalah ibuku. Diriku bergegas pergi ke meja makan yang telah menungguku dengan mengeluarkan uap tebal menyelimuti. Mulutku terbuka dan mulai dimasuki oleh air bak berasal dari Kutub. Piring yang kupakai kubiarkan begitu saja lalu kembali ke tempat empuk favoritku.
“TRRT, TRRT, TRRT” handphone milikku bergetar, kumatikan alarm dari handphoneku dan pergi dari tempat tidur untuk membersihkan tubuhku. Kupakai seragam sekolah lalu duduk di depan layar, benar, untuk mengikuti sekolah online. “sekolah apaan dah belajar depan komputer, on cam kaga, bisa turu inimah” pikirku dalam hati.
Aktivitas yang ku lakukan setiap hari hanyalah seperti itu, tidak ada perkembangan, bangun, duduk depan komputer, tidur lagi. Berbeda dengan Bulan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, Bulan Ramadhan tahun ini seperti tidak ada yang menarik perhatianku. Setelahnya kupanaskan motor v-ixion di teras rumahku.
“kayanya orang ngeliatin motor gua terus ni” ujarku dengan sombong. Memang motor ini sudah kumodifikasi seperti trend di 2021 sehingga banyak mata tertuju padanya, seperti handgrip dari merek RCB, knalpot Akrapovic. Aku menjaga motor ini dengan baik, bahkan aku menganggap ini adalah anakku sendiri. Terdengar gila memang, tapi memang itulah faktanya.
Jujur di tahun 2021 ini aku adalah anak yang sangat pemalas, banyak tugas yang tidak kukerjakan, guru menjelaskan di Google Meet tidak kudengar, hingga orang tuaku dipanggil guru saja tidak kugubris, hal inilah yang menyebabkan orang tuaku berpikiran untuk menambah jam belajarku dengan mendaftarkanku di salah satu bimbingan belajar yang ada di Kota Lubuk linggau.
“ah mager bener abis ini ada bimbel lagi, napa si kaya gada istirahat pagi pagi udah sahur, sekolah, sorenya ada les lagi” Kunyalakan motor kesayanganku, pamit dengan orangtuaku, dan meninggalkan rumah yang menjadi sekolahku.
“kayanya udah terlambat ni kalo ke bimbel sekarang, mampir janjiwa dulu ah”
“SLUURP, ah, lega enak juga ni kopi” kataku yang sedang mampir ke salah satu kedai kopi yang dekat dengan tempat bimbelku. “eh bablas, jam berapa ni, napa malah nongkrong disini dah”
Kulajukan kembali motorku ke tempat bimbel, memasukinya dan mencari kelasku yang baru saja dipindahkan. “duduk kamu, siapa namanya? Kok terlambat?” Diriku panik ditanya guru bimbel seperti itu, kujawab seadanya, dan duduk di bangku yang paling belakang
“yaelah kebiasaan amat lu terlambat” ujar temanku yang duduk didepanku “ya maap”
Kubuka buku bimbel yang sudah lama tidak kubuka, sudah satu minggu aku bolos dan tidak masuk les. “eh bre ntar abis pulang les isi bensin dulu skuy di jalan poros” “yaudah lu aja kali yang isi bensin ngapain ajak gua, v-ixion gua selalu penuh cuy bensinnya kaga perlu isi bensin lagi” “ah elu mah nmax gua abis ni bensinnya, temenin kek gitu amat jadi temen” “yodah gua temenin aja ye kaga bayarin” Temanku yang ini memang hobinya ke motor, aku sendiri terkadang iri dengan motornya yang sudah dimodif hedon.
“Oke Richie, coba kamu jawab soal tentang triple phytagoras yang kakak tulis di papan tulis” “a-aduh kak, belum ngerti kalau yang itu” “belum ngerti kan? Kenapa daritadi ngobrol aja sama dani” “maaf kak, abis ini ga ngobrol lagi kok!” “hadeh pake ditanya juga padahal banyak orang lain” pikirku dalam hati dengan kesal
Waktu menunjukkan jam lima sore, seharusnya bimbelku ini pulang jam enam sore, tapi karena bulan ini adalah Bulan Ramadhan, pulang dipercepat menjadi jam lima sore.
“WOI CHI GASIN GA” teriak temanku dari parkiran motor “GASIN LAH YAKALI KAGA” teriak juga diriku dari dalam ruangan Setelah salim kepada guru yang mengajar di bimbelku, aku langsung mempersiapkan kunci motor dan helmku.
“napa gua jadi mager ya, perasaan gua kaga enak ni ntar ada polisi” “ah kaga ada, yaudah gasin sini gausah dipikirin” Selama di perjalanan memang perasaanku sudah tidak enak, tetapi karena sudah berjanji kepada temanku untuk menemaninya, mau tidak mau aku harus menemaninya
Pada saat itu memang seperti tidak ada kendala, jalan normal pada biasanya, tidak ada hambatan, tetapi entah mengapa temanku malah menuntun ke jalan yang lebih kecil. “gila ngebut bener ni anak, ngebut jugalah gua” pikirku dalam hati sembari mempercepat laju motor dari 40 km/jam menjadi 70 km/jam Entah ada hal apa, tiba-tiba motor temanku yang persis didepan motorku mengerem mendadak “BRAKK” suara motorku terjatuh, tegeret sejauh sekitar 10 meter, badanku terguling guling di atas aspal, kurasakan darah mengalir dari dengkulku yang tergeret aspal, entah mengapa pada saat itu aku menggunakan celana pendek.
Tanganku mulai merangkak untuk mencoba berdiri dari tanah, hampir saja diriku masuk kedalam kali yang cukup untuk membasahkan diriku sepenuhya. Temanku yang tadinya ingin jalan, setelah mendengar suara gemuruh dari motorku yang tergeret, ia menghampiriku. Aku tidak mempedulikan temanku, aku langsung mengangkat motorku dan langsung melajukannya, motorku yang awalnya sangat baik, sekarang menjadi hancur, spion hilang, kopling patah, fairing hancur. “apa kata orangtuaku?” itulah yang kupikir saat mengendarai motorku
Pikiranku kacau, disatu sisi aku khawatir dengan kondisiku, disisi yang lain aku berpikir bagaimana caranya agar tidak ketahuan orangtuaku. Entah apa yang diriku pikirkan, aku melajukan motorku ke rumah temanku untuk menumpang mandi di tempatnya.
“bro numpang mandi ya” “eh kamu kenapa?” “kaga kenapa-kenapa kok santui”
Air mulai mengalir dari shower yang mengucur dengan deras melewati luka bekas tergeret aspal. “AHH” teriakanku mungkin bisa terdengar sampai seluruh dunia. Mungkin ini adalah rasa sakit yang paling sakit seumur hidupku, kuoleskan sabun di lukaku agar terhindar dari infeksi.
“thanks bro udah bolehin numpang mandi disini hehe” “itu lukamu gapapa, diobatin dulu aja disini” “kaga usah bro, langsung pulang aja aku” “yaudah hati-hati ya”
Di jalan aku kembali berpikir cara agar tidak ketahuan orangtuaku, aku menuju ke toko pakaian lalu membeli celana panjang agar lukaku tidak terlalu terlihat orangtuaku.
“eh anak mama udah pulang, ayo sini ke tempat makan, masukin dulu motornya, udah mau buka puasa”
Sepertinya usahaku percuma, orangtuaku melihat cara jalanku yang tertatih-tatih, pada akhirnya mereka tau aku baru saja mengalami kecelakaan.
“makanya bawa motor hati-hati pelan-pelan aja, mama ga marah motor hancur yang penting anak mama masih selamat, masih untung pake helm”
Pikiranku salah, orangtuaku tidak marah ketika motorku hancur karena kecelakaan, orangtuaku lebih mementingkan keselamatan diriku, salahku sendiri karena aku mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Tenanglah bu, aku tidak akan mengulanginya lagi.
Cerpen Karangan: Richicho Azuardo Putra Hai! sebenarnya ini adalah tugas bahasa Indonesiaku hehe, aku berada dikelas 1 SMA, maaf kalau ada salah penulisan atau kata.