Hai namaku Kara, aku duduk dibangku SMA. Aku baru saja lulus dari bangku SMP. Di sekolah ini aku mempunyai banyak teman perempuan, mereka baik yaa walau terkadang mereka sedikit menyebalkan.
Aku dan teman teman perempuan di kelasku selalu istirahat bersama, kami selalu bercanda terkadang saling curhat tentang masalah yang dialami.
Namun pada suatu ketika, ada masalah yang mengganggu pertemanan kami. Waktu itu aku dan temanku yang bernama Alice mendapat nilai 100 di pelajaran bahasa Inggris, tentu saja aku dan temanku sangat senang.
Tetapi tiba tiba saja ada salah satu temanku yang berkomentar tentang jawaban Alice. “Lic, jawabanmu yang ini salah mengapa dibenarkan?” ucap Ana pada Alice, tentu saja aku mendengar pembicaraan mereka. “Masa sih? itu benar kok” Alice mengelak. “Tetapi ini punyaku salah, nggak adil dong” Ana sedikit menaikkan suaranya.
“Ada apa ini?” tanyaku pada mereka. “Iniloh jawaban Alice ada yang salah tetapi dibenarkan” jawab Ana. “Ya sudah kita tanyakan saja pada guru, ini benar atau salah” ucapku pada mereka.
Namun saat bertanya pada guru ternyata jawaban Alice memang salah, sehingga nilai yang tadinya 100 menjadi 90, Alice menjadi sedikit tidak terima. Karena itu, ia sedikit menjauhiku dan Ana. Aku menjadi sedih, itukan hanya masalah sepele dan jawabannya memang salah, mengapa ia harus gondok kepadaku. Salahku apa?.
Akupun berbicara pelan pelan dengan Alice karena tidak suka jika ia menjauhiku, hatiku sedikit sakit. “Lic, jangan marah padaku, salahku apa?” tanyaku kepada Alice. “Ya itu memang salahmu!, gara gara kau nilaiku menjadi 90” Alice berteriak padaku. Tentu saja aku terkejut dengan teriakan Alice. “Mengapa salahku, kan jawabanmu memang salah, mengapa harus marah?, lagian nilaimu masih diatas KKM, Lic” jelasku pada Alice. “Tetap saja, padahal aku sudah senang mendapat nilai 100, kau menyebalkan, menjauhlah dariku!” Alice semakin marah padaku. “Mengapa seperti itu, aku hanya memberi saran agar kau dan Ana tidak bertengkar dan ini hanya masalah sepele, kau jangan terlalu kekanakan, Lic” aku menjadi sedikit emosi. “Kau berisik!” setelah mengatakan itu ia langsung pergi dari hadapanku.
Wajahku langsung murung, aku kesal sekali. Harusnya marahi saja Ana karena dia yang mengomentari nilainya dan aku hanya memberi saran agar mereka tidak bertengkar.
Hari demi hari aku dan Alice masih saja tetap berjauhan namun aku masih membujuknya. Aku pun meminta bantuan temanku yang lain agar Alice memaafkanku.
“Mengapa kau terlihat menjauhi Kara, apakah ada masalah?” tanya Esya. “Tidak” wajahnya menjadi murung seketika. “Ekspresi wajahmu sudah menunjukan jika kau mempunyai masalah dengan Kara” ucap Cala, temanku yang lain. “Hanya gara gara itu kalian menjadi bertengkar, apakah sebeharga itu masalahmu dengan hubungan pertemanan?” ucap Esya. Alice hanya diam saja.
“Kalian itu teman, tidak sepantasnya kalian bertengkar hanya karena masalah sepele, nilai bisa dicari kapan saja, lagian kan tidak enak jika kalian bertengkar seperti ini, apa kalian tidak lelah?” ucap Cala. “Tentu saja aku lelah” aku memelaskan wajahku agar Alice menjadi luluh.
“Maafkan aku, Lic” ucapku. Perlahan lahan Alice tidak tega denganku dan ia mau berbicara kepadaku. “Akupun lelah jika harus menjauh darimu, maafkan aku, sikapku terlalu kekanakan” ucap Alice. Aku bersyukur ia kembali lagi berbicara padaku. “Tidak masalah, asal kau mau berbicara kembali denganku” aku tersenyum.
“Nah gini kan enak jika kalian berteman” aku dan Alice hanya tersenyum.
Dan kami kembali tertawa bersama lagi.
Jika kau mempunyai masalah dengan temanmu, berfikirlah jangan bersikap kekanakan karena sesungguhnya itu sangat merugikanmu juga.
Cerpen Karangan: Khoirunnisa SMPN 1 PURI