Ayam digital itu berkokok dengan volume maksimal. Satu menit, dua menit, dan pemilik alarm bernada dering ayam berkokok itu mulai terusik. Meraba-raba kasur mencari alarm. Dengan mata masih setengah sadar sempat terlihat pukul berapa sekarang. 06.45. Matanya melotot sempurna. Kembali melihat jam-memastikan. Ternyata benar.
Tak ada waktu untuk meregangkan otot, dengan tergesa Gadis langsung berlari mengambil handuk lalu mandi. Ritual mandi yang biasanya dihiasi dengan nyanyian suara sumbang kini berubah dihiasi dengan kata-kata sumpah serapah karena tidak ada yang membangunkannya.
Baju coklat pramuka sudah rapi dipakainya. Sejenak menatap diri dari pantulan kaca. Cantik, sambil tersenyum, menyempatkan diri memuji diri sendiri. Menyambar tas lalu berangkat, meninggalkan kamar dengan keadaan seperti kapal pecah. Untung ibu negara tidak di rumah batin Gadis.
Gadis yang malang. Sudah terlambat-kena hujan pula. Tidak terlalu basah kuyup namun cukup membuat masuk angin. Dari kejauhan Gadis melihat tiga orang berdiri menjaga gerbang yang sudah ditutup setengah. Semakin dekat semakin terlihat ekspresi dari wajah-wajah itu. Seperti menandakan bahwa Gadis dalam masalah. Satu orang dari dua satpam itu membawa alat cek suhu, satunya lagi adalah guru bk, pandangannya jatuh di hp yang ia bawa.
Berhentilah Gadis didepan tiga orang itu. Wajah mereka seketika berubah menjadi iba dan penuh tanya. Bagaimana tidak, kerudung Gadis yang tadinya berwarna coklat muda kini tampak menjadi coklat tua karena air hujan. Dan jangan lupakan baju pramuka yang jika basah sudah pasti tembus pandang.
“Stop-stop” ucap salah satu satpam berdiri didepan motor Gadis. “Lho, yang hujan mana nak?” tanya guru BK penasaran, karena secara daerah sekolah tidak hujan hanya mendung saja. “Sana pak,” jawab Gadis dengan gugup. “Sana itu mana?” tanya pak satpam yang juga penasaran. Gadis terdiam. Apakah pertanyaan itu penting disaat ada siswa yang terlambat datang 18 menit setelah bel masuk? “Ya sana pak” jawab Gadis yang semakin gagap-gugup. “Ya sudah sana masuk” putus guru BK sambil menggeleng-geleng.
Luar biasa. Hujan yang sudah membuat bajunya basah ternyata bisa membantunya terhindar dari hukuman. Bukan hukuman, lebih tepatnya menulis nama didalam daftar siswa terlambat. Namun sebelum masuk kedalam kelas harus membawa surat ijin keterlambatan. Ya seperti itulah, sangat meribet. Jadi untuk solusi terbaik menghindari keribetan itu adalah jangan terlambat.
Seni budaya. Jam pelajaran pertama di kelas Gadis. Bu Dini, guru pengampu mata pelajaran seni budaya itu sedang duduk disalah satu bangku kosong, mengamati murid didiknya menggambar. Dengan langkah perlahan tapi pasti Gadis berjalan ke arah bu Dini. “Maaf bu terlambat,” ucap Gadis dengan nada yang dimelas-melaskan. “Eh Gadis, saya kira tidak datang, isi absen di meja itu ya!” jawab bu Dini sambil memperhatikan kerudung Gadis yang membuatnya salah fokus. “Baik bu.” jawab Gadis seadanya.
Rasanya baru juga membuka buku gambar namun bel pergantian jam pelajaran sudah berbunyi. Setelah bu Dini menutup pelajaran seni budaya kami mengucapkan terimakasih. Pelajaran berikutnya adalah pelajaran bahasa indonesia yang diampu oleh bu Prapti yang notabe nya juga adalah wali kelas kami.
Teman-teman mengeluarkan hadiah yang sudah disiapkan untuk bu Prapti. Ya, pada tanggal 25 November kemarin tengah diperingati hari guru. Jadi kami sekelas menyiapkan hadiah untuk wali kelas kami, sebagai tanda terimakasih dan sayang dari kami atas usaha, kerja keras dan ilmu yang telah beliau berikan untuk kami khususnya murid didiknya.
Satu totebag hadiah dan satu bucket bunga sudah diterima oleh bu Prapti. Memang tidak semewah dan semahal apa, namun yang utama adalah tujuan dan maksud kami. Semoga beliau suka itu juga penting. Sesi foto untuk kenang-kenangan itu tidak terlewatkan. Dengan gaya formal serta lengkungan senyum yang tertutup masker.
Selesai. Tunggu, apakah hanya aku yang mengira jika satu jam pelajaran ini akan bebas dari tugas? Ah yang benar saja. Jam pelajaran bu Prapti sangat kecil kemungkinan untuk mendapat waktu bebas, jadi aku tidak terlalu mempermasalahkan. Karena beliau orang yang tidak suka membuang-buang waktu untuk hal yang kurang berguna.
Pembelajaran hari ini adalah membuat cerpen. Satu lembar kertas pink dibagi merata ke semua murid yang nantinya digunakan sebagai wadah kami menuangkan karangan. Diberi pandangan dari hasil karangan yang dibuat oleh bu Prapti buat tidak membuah hasil untukku mendapatkan ide.
Seolah kehabisan ide. Kehabisan kata-kata. Lima menit berlalu, tapi tepat sama. Kertas itu masih kosong. Apa yang harus aku tulis? Semua yang aku lakukan dari tadi pagi? Baiklah mari kita tulis.
Ayam digital itu berkokok dengan volume maksimal. Satu menit, dua menit, dan pemilik alarm bernada dering ayam berkokok itu mulai terusik. Meraba-raba kasur mencari alarm. Dengan mata masih setengah sadar sempat terlihat pukul berapa sekarang. 06.45. Matanya melotot sempurna. Kembali melihat jam-memastikan. Ternyata benar.
Tak ada waktu untuk meregangkan otot dengan tergesa Gadis langsung berlari mengambil handuk lalu mandi. Ritual mandi yang biasanya dihiasi dengan nyanyian suara sumbang kini berubah dihiasi dengan kata-kata sumpah serapah karena tidak ada yang membangunkannya.
Baju coklat pramuka sudah rapi dikenakannya. Sejenak menatap diri dari pantulan kaca. Cantik, sambil tersenyum, menyempatkan diri memuji diri sendiri. Menyambar tas lalu berangkat meninggalkan kamar dengan keadaan seperti kapal pecah. Untung ibu negara tidak di rumah batin Gadis.
Gadis yang malang. Sudah terlambat-kena hujan pula. Tidak terlalu basah kuyup namun cukup membuat masuk angin. Dari kejauhan Gadis melihat tiga orang berdiri menjaga gerbang yang sudah ditutup setengah. Semakin dekat semakin terlihat ekspresi dari wajah-wajah itu. Seperti menandakan bahwa Gadis dalam masalah. Satu orang dari dua satpam itu membawa alat cek suhu, satunya lagi adalah guru bk, pandangannya jatuh di hp yang ia bawa.
Notif pesan dari dia membuat Gadis tersadar jika jam pelajaran sudah berakhir lima menit yang lalu. Gadis menyimpan kertas tugasnya dan akan melanjutkannya besok. Sebelum memasukkan buku kedalam tas, tangan Gadis lebih gesit menyambar hp dan membalas pesan dari lelaki pujaannya.
“kenapa tidak menyisakan bangku kosong untukku?” ketikku yang kukirim untuknya. (Bantul, 2021)
Cerpen Karangan: Hydrocco