Dinginnya malam menyelimuti sebuah kota kecil tempat Ilona tinggal. Jutaan bintang menghiasi dinginnya malam beserta bulan yang ikut bersinar. Gadis yang tidak bisa berdiam diri di rumah itu baru pulang dari luar rumah sekitar pukul 01.00 malam.
“Tok, tok, tok.” “Buuuu, Ilona pulang bukain pintunya,” jerit Ilona di depan pintu rumah memanggil Ibunya. “Kamu dari mana aja baru pulang jam segini hah setiap hari pulang malam kamu itu perempuan mau dipandang tetangga gimana?” sentak sang ibu. “Nyari angin doang kok,” jawab Ilona dengan menyepelekan Ibunya dan berjalan menuju kamar meninggalkan sang Ibu yang berdiri di ruang tamu. “Jangan harap besok bisa makan,” ucap sang Ibu sambil menutup pintu rumah.
Gadis itu memang berubah tak seperti dulu. Semenjak Ibu dan Ayahnya berpisah Ilona bertindak semaunya sendiri. Tapi seperti itulah ia mencari ketenangan.
Mentari mulai masuk kedalam jendela kamar Gadis cantik berambut hitam, panjang, yang berada di atas ranjang sedang tertidur, pertanda sudah pagi hari. Ilona mulai membuka kelopak matanya sedikit demi sedikit, membiarkan cahaya masuk ke dalam bola matanya. Ilona bergegas turun dari ranjang dan bersiap berangkat sekolah.
“Bu Ilona berangkat,” ucap Ilona sambil menjerit. “Iya hati-hati jangan pulang malam lagi Ibu udah capek bicara sama kamu nggak pernah kamu dengerin,” jawab sang Ibu sambil duduk di ruang tamu. Ilona segera mengambil helmnya dan menaiki motornya bergegas menuju tempat ia bersekolah.
“Eh apaan tuh rame-rame samperin ga yaaa,” batin Ilona dengan sedikit keraguan. “Lu ngapain sih ra disini?” tanya Ilona ke sahabatnya Kyra. “Ini nih Mahen pagi-pagi udah ngajak ribut,” jawab Kyra dengan raut muka masam. “Eh lo yaa bisa-bisanya buat masalah sama teman gua sini lu!!” Sentak Ilona. “Aduhh mbaa, cantik-cantik jangan suka marah dong,” Ucap Mahendra dengan muka mengejek kearah Ilona. “Brisik lo laki mulut lembek kek lo ga pantes jadi laki berani cuma sama cewek doang lembek lo,” Sentak Ilona dengan tangan yang mengacungkan jempol terbalik. Mahendra siswa kelas sebelahnya itu pura-pura tak mendengarkan celotehan dari Ilona dan memilih pergi begitu saja meninggalkan Ilona dan Kyra.
“Awas aja si Mahen kalo ketemu biar gue geprek kepalanya,” ucap Kyra sedang memaki Mahendra. “Buset raa,” kata Ilona sambil bergidik ngeri mendengar ucapan temannya itu.
Suara bell sekolah berbunyi kencang menandakan jam pelajaran telah dimulai. Siswa-siswi berlalu lalang masuk ke dalam kelasnya masing-masing. Gadis cantik berambut panjang itu duduk di bangku paling depan. Meskipun Ilona sedikit nakal tetapi gadis itu sangat pandai.
“Emmm kenapa ya hidup rasanya kosong,” Batin Ilona sembari menunggu guru datang ke kelas. “Woi na lu ngapain ngelamun tumben banget sih mikirin apa?” Tanya Kyra yang duduk di sebelah Ilona. “E-eh nggak mikirin apa-apa kok ra,” Jawab Ilona dengan terbata-bata.
Tak terasa lama di dalam kelas bell istirahat pun berbunyi. Ilona dan Kyra memutuskan pergi ke kantin membeli sebungkis makanan. Di jalan dekat kantin Olona dan Kyra bertemu dengan lelaki yang tadi pagi ia temui. Benar saja itu adalah Mahendra Bagaskara dari kelas sebelah
“Lu lagi lu lagi bosen gue liat muka lu,” Ucap Mahen secara tiba-tiba didepan kedua gadis didepannya itu. “Gue ga peduli mau lu bosen urusannya sama gue apa nggak usah banyak bicara deh mending lu pergi dari hadapan gue dan nggak usah ganggu gue dan temen gue,” Ucap Kyra dengan amarah yang tidak bisa dikendalikan lagi “Enak aja kalo bicara lu siapa nyuruh-nyuruh gue,” Jawab Mahen. “Lagipula temenmu cantik gue tertarik” Tambahnya sambil berbisik di telinga Kyra “Maksud lu, siapa?” Tanya Kyra dengan kebingungan. “Jujur aja nih gue tertarik sama Ilona dari tadi pagi gue mikirin dia terus meskipun gue ga tau kalo sebenarnya suka apa engga ke temanmu itu” bisik Mahen ke telinga Kyra agar tak terdengar oleh Ilona “Kalian ini bicara apaan sih masa gue nggak diajak ngobrol,” ucap Ilona. “Lu ga perlu tau,” jawab Mahen sambil berjalan pergi meninggalkan kedua orang tersebut “Mending kita balik aja ke kelas na,” ajak Kyra
Setelah lama istirahat, bell masuk pun berbunyi Ilona yang terduduk di dalam kelas hanya diam saja sedari tadi kembali dari kantin. Seperti itulah keseharian gadis itu hanya merenung memikirkan keluarganya yang dulu masih utuh. Kyra sahabatnya pun sudah terbiasa dengan Ilona yang sering terdiam ia memilih tidak mengganggu Ilona saat sedang seperti itu.
“Ra gue ngerasa takut jatuh hati sama lelaki, gue takut kalo gue dapat lelaki yang sama seperti ayah gue yang bertindak kekerasan sama gue.” Ilona bercerita kepada sahabatnya Kyra “Na ngga semua cowok sama, ada yang baik dan jahat, jadi sebelum memilih cowok pikir-pikir dulu,” jawab Kyra
Terik matahari menyinari tempat Ilona bersekolah. Bell pulang sekolah pun berbunyi. Siswa-siswi berjalan menuju tempat parkir motor. Ilona dan Kyra duduk menunggu motornya. “Na habis ini lu pulang atau pergi ke tempat biasanya” Tanya Kyra “Gue capek gue mau pulang kasihan ibu gue nunggu di rumah selalu, setelah dipikir-pikir lebih baik gue tidur di kamar daripada nyari angin diluar” jawab Ilona dengan raut wajah malas yang tak seperti biasanya. “Tumben banget lu na hahaha” ucap Kyra dengan terkekeh pelan Ilona segera memakai helm full facenya itu dan menaiki motornya.
Sesampainya di rumah Ilona memasukkan motornya di halaman rumahnya. Gadis itu berjalan dan mengetok pintu rumah sambil memanggil sang ibu. “Kok tumben pulang jam segini na” Tanya ibu Ilona. “Lagi malas keluar” jawab Ilona singkat.
Gadis itu berjalan menuju kamarnya dan mengganti baju. Ilona segera membaringkan tubuhnya. Pukul 08.00 Ilona terbangun dan segera bersiap-siap untuk pergi keluar ia menulis di kertas untuk berpamitan kepada ibunya secara diam-diam.
Ilona memakai helm dan segera menaiki motornya. Gadis itu pergi hanya berkeliling saja untuk mencari angin. Tak tersadar ia menabrak seseorang yang berjalan di depannya. Ilona segera turun dari motornya dan membantu orang tersebut.
“Lu ngapain sih nabrak gue, lu ga lihat apa ada orang lewat” ucap seseorang itu. “Lah Mahen ya, mampus lu,” ucap Ilona dengan sedikit tertawa. “Awas aja besok di sekolah gue bakal gangguin lo tiap hari,” jawab Mahen sambil berusaha berdiri. “Gue ga peduli” Ilona melajukan motornya dan segera pulang ke rumahnya.
Esoknya Ilona pergi ke sekolah dengan Kyra, tak seperti biasanya karena motor Kyra rusak. “Na gue mau bicara in tentang Mahen,” ucap Kyra secara tiba-tiba membuat Ilona sedikit terkejut mendengarnya. “Tinggal bicara aja,” jawab Ilona santai. “Mahen suka sama lo,” ucap Kyra. Ilona yang kaget pun memberhentikan motornya dan berbalik memandang wajah temannya dengan raut wajah kebingungan. “Gue malas banget kalo gini.” jawab Ilona. “Gue tau na apa yang sedang lo pikirin tapi semua cowok itu pasti berbeda ngga semua cowok itu seperti ayahmu,” Kyra berusaha membujuk sahabatnya itu. Tanpa lama berbicara Ilona pun menyalakan motornya dan melajukan motornya agar sampai di sekolah.
“Eh Ilona,” ucap seseorang dibelakang Ilona. Ilona menoleh dan melihat sumber suara tersebut yang tak lain adalah Mahendra dari kelas sebelah. “Ga usah ganggu gue,” jawab Ilona. “Gue cuma mau bicara sama lo,” ucap Mahen dengan raut wajah sedikit serius. “Tinggal bicara,” ucap Ilona.
“Gue suka sama lo, gue Cuma mau ngungkapin aja kalo lo rishi gue minta maaf, jadi lo mau ga lebih dari teman sama gue,” ucap Mahen. “Gue ga keberatan kalo lo suka gue, yang pastinya gue ga mau pacaran dulu nunggu lulus sekolah, kalo lo mau, tunggu aja, gue hanya takut pacaran mengganggu waktu belajar, udah banyak yang kejadian, lagipula gue juga masih takut dapatin cowok seperti ortu gue,” ucap Ilona dengan sedikit menjelaskan.
Mencintai tak harus memiliki. Menunggu atau mencari seseorang pengganti itu balik lagi ke pemikiran kita. Mencari seseorang yang tulus itupun tak mudah.
Cerpen Karangan: Yosayvia Hany Suswanto, SMPN 1 Puri Email: Yosayviahanysuswanto@gmail.com Blog / Facebook: ysvijsver SMPN 1 Puri