Aku mempunyai teman yang dari kecil selalu bersamaku, ia sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri. Dari kecil aku dan dia kemana-mana selalu bersama. Namanya Gabriella Putri Evrillia atau bisa dipanggil Geby. Anaknya cantik dan juga baik, aku sangat senang bisa kenal orang sebaik dia. Orangtuanya pun sangat baik padaku begitu juga sebaliknya. Waktu kecil aku pernah berbicara dengan penuh keseriusan bersamanya.
“Kita janji ya harus berteman selamanya,” ucapku “Hahahaha,” jawabnya sambil tertawa lepas “ihh kok ketawa sih,” ucapku, heran “lucu pertanyaanmu,” sambil terus tertawa “Apanya yang lucu?” kataku kesal “haha nggak kok”. “dih gak jelas banget sih.” “Haha iya pasti kok kita akan terus berteman selamanya,” jawabnya mulai serius
Waktu aku dan dia memasuki kelas 7 kita pun sangat gembira karena bisa satu sekolah lagi. Tetapi yang bikin kita sedih adalah kita tidak satu kelas dan kelas kita jaraknya lumayan jauh, aku masuk di kelas 7B sedangkan dia masuk di kelas 7H. Tetapi hal itu tidak kita permasalahkan karena waktu kelas 7 masih ada covid 19 dan pembelajaran masih dilakukan di rumah. Waktu daring aku dan Geby sering bermain setelah mengerjakan tugas dari sekolah.
“Nanti kalau sudah kelas 8 bisa nggak ya kita bermain lagi?” ucapku “Pasti bisa setelah pulang sekolah nanti,” ujarnya “Semoga aja kita waktu kelas 8 nanti satu kelas,” kataku “Aaamiin,” ucapnya sambil mengusap wajah
Setelah beberapa bulan tak terasa kita mau naik ke kelas 8, kita berdua tak menyangka kalau mau naik ke kelas 8 karena tidak pernah masuk sekolah sama sekali. Waktu kenaikan kelas 8 kita berdua berharap agar satu kelas dan tidak pisah kelas lagi, namun takdir berkata lain. Sama seperti di kelas 7 aku dan Geby pun beda kelas lagi. Aku berada di kelas 8C dan Geby berada di kelas 8A, ada sedikit kesedihan tetapi kesedihan itu terhapuskan karena ada satu temanku yang sudah kukenal waktu aku sd. Anaknya cantik dan juga baik, ia bernama Nonik Anggraini Agustin atau bisa dipanggil Nonik. Tetapi waktu kelas 8 masih pembelajaran di rumah dan aku masih bisa bermain sama Geby.
Waktu kelas 8 aku dan Geby mempunyai teman yang bernama Anisa anaknya juga baik dan cantik, rumahnya lumayan jauh dari rumahku tetapi tidak kita permasalahkan. Hampir setiap hari kita berdua bermain ke rumahnya dan bermain bersama.
Setelah beberapa bulan kita berdua mendapatkan info bahwa sekolah akan masuk tetapi 50% atau berupa shift. Shift tersebut menentukan nomor absen masing-masing anak, kalau absennya ganjil akan masuk lebih awal dan kalau absennya genap akan masuk setelah absen ganjil. Waktu itu absenku ganjil dan Geby absennya genap. Sangat sedih karena tidak satu shift, tapi bersyukurnya masih satu shift dengan Nonik.
Selisih beberapa bulan Alhamdulillah corona pun mulai hilang tapi belum hilang 100%. Sekolah pun memberi info kalau sudah bisa masuk 100% dan tidak ada lagi daring. Tetapi waktu itu Nonik tidak masuk sampai guruku mendatangi ke rumahnya untuk bertanya alasannya tidak masuk sekolah kenapa. Aku pun berusaha untuk mencari teman sekelas yang sefrekuensi denganku dan akhirnya aku mengenal salah satu anak yang bernama Dini. Waktu di sekolah aku kemana-mana selalu ditemani sama Dini.
“Siapa yang disini tau rumahnya Nonik?” Tanya guruku “Saya pak” sambil angkat tangan “Dimana?” ucapnya sambil mendatangiku “Sukosari pak” jawabku takut “Apa kamu tahu alasannya kenapa tidak masuk sekolah” tanyanya lagi “Katanya sih nggak boleh sekolah sama ayahnya pak” jawabku makin ketakutan “Yang benar saja” ucapnya heran “Iya pak setahu saya gitu” jawabku masih takut “Ya sudah terimakasih informasinya” jawabnya masih heran “Iya pa sama-sama” dengan rasa takut yang agak hilang
Tidak lama setelah guruku mendatangi rumahnya Nonik ia pun masuk sekolah, aku pun ikut senang karena ada teman yang aku kenal sudah lama dan waktu itu pun dia masuk sekolah. Kita bertiga pun sangat dekat kalau di sekolah. Tetapi selisih berapa waktu Dini menjauh dari kita berdua dan ia lebih dekat dengan Nadia, hal itu tidak kupermasalahkan karena masih ada Nonik temanku yang sangat baik. Aku pun mengajak nonik untuk bermain bersama Geby kalau diluar sekolah, aku dan Geby pun akhirnya mengajak Nonik bermain ke rumahnya Anisa. Kita bertiga sangat dekat dan dan kemana-mana selalu bertiga, banyak hal yang kita lewati bersama senang maupun susah kita tetap bersama.
Waktu kelas 8 kami bertiga sangat amat nakal, kami sering tidak masuk kelas (mbolos) karena ada pelajaran yang tidak kami sukai di hari itu juga. Karena keseringan tidak masuk aku dan nonik dipanggil guruku dan ditanyai kenapa sering tidak masuk kelas. Kita berdua pun tidak bisa berkata apa-apa lagi dan guruku mengancam kalau kelas 9 aku dan Nonik tidak akan lagi memasuki kelas yang sama.
“Kelas 9 nanti jangan harap kalian berdua bisa satu kelas lagi” ujar guruku dengan nada tinggi “Iya bu,” jawab kami berdua ketakutan “Apa masih mau kalian ulangi perbuatan seperti itu?” ujarnya marah “Tidak bu kami berdua janji tidak akan lagi mengulanginya” ucapku dengan rasa takut “Ya sudah kembalilah ke kelas dan jangan diulangi lagi” ucapnya “Baik bu” pamit meninggalkan ruangannya
Hari pun trus berjalan sampai tiba waktunya untuk kami menerima rapor, dan kami bertiga pun sangat takut untuk memberi tau orangtua kami masing-masing. Tetapi mau tidak mau kami harus memberikan informasi tersebut.
Keesokan harinya ibuku pun pergi ke sekolahku untuk mengambil raporku. setelah bebarapa menit ibuku pun pulang sambil membawa raporku, raut wajahnya terlihat marah dan aku pun jadi takut untuk menemuinya. Tetapi ia memanggilku dan memarahiku habis-habisan, aku tidak berani menjawab perkataanya karena aku sadar aku juga yang salah. Begitu juga Nonik dan Geby mereka berdua pun kena marah sama orangtuanya karena perbuatan bodoh itu. Ibuku juga diberitau oleh guruku jika aku terus-terusan begini aku tidak akan naik kelas. Aku pun berjanji kepadanya waktu kelas 9 nanti aku tidak akan mengulangi perbuatan bodoh seperti itu lagi. Kami bertiga pun menyesali perbuatan itu dan tidak akan terulang lagi waktu kelas 9.
“Kamu kalau tidak niat sekolah gak usah sekolah lagi” ucap ibuku marah “Mulai sekarang aku niat kok untuk sekolah” jawabku ketakutan “Kalau begini terus kelas 9 kamu tidak diluluskan” sambil membentakku “Iya mulai sekarang aku berjanji tidak mengulangi lagi” ujarku dengan raut wajah sedih
Pertemanan kita masih terus berjalan dan masih baik-saja, di tengah-tengah semester ganjil pertemanan kita mulai rusak dikarenakan ada satu masalah yang sulit untuk diperbaiki kembali. Saat itu Geby mempunyai teman baru yang tidak akan kusebut namanya, ia mulai menjauhiku dan Nonik. Dulu yang kemana-mana selalu bertiga sekarang sudah terlalu asing, dan yang selalu berangkat sekolah bertiga sekarang tinggal aku dan Nonik. Geby juga kalau berangkat sekolah sekarang sama teman barunya. Hal itu sangat membuat aku dan Nonik sangat merasa sedih tetapi tidak kita perlihatkan karena Geby tanpa kita berdua pun ia baik-baik saja, aku juga ikut senang karena lama tidak denganku ia pun mulai aktif. Tetapi aku dan nonik sangat merasa terkejut setelah ada yang memberi tahu kepadaku kalau sekarang ia mengikuti volly bersama teman barunya, waktu masih bersamaku aku dan Nonik pernah mengajak Geby untuk ikut volly tetapi ia menolak katanya tidak suka volly dan lebih suka ke futsal.
“Ayo ikut volly By” ucapku dan Nonik “Nggak ah kalian berdua aja” jawabnya menolak permintaanku dan Nonik “Kenapa?” Ujar kami berdua “Aku tidak minat untuk volly, aku minatnya futsal” ucapnya “Ya sudah kalau begitu” ucap kami berdua tidak memaksanya
Waktu pun terus berjalan, sangat banyak yang bertanya kepadaku “kok gak pernah sama Geby lagi kenapa?” aku pun tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Setelah kejadian itu aku pun memutuskan untuk mengachat Geby untuk tidak menjauhiku dan Nonik, ia pun menyetujui itu.
“By pingin kaya dulu lagi” dengan perasaan sedih “sama aja la hehe” “Yang dulu kmana-mana berdua sampai dikira kembar” ucapnya juga sedih “Tapi sekarang tidak bisa lagi kamu nya sudah punya teman baru hehe” ucapku nangis “Hehehe masih nggak bisa kayak dulu lagi aku tetep nganggap kamu sahabatku yang selalu ada buatku” ujarnya penuh keseriusan “Nggak pasti habis ini bisa kayak dulu lagi” ucapku menahan air mata “Pasti” “Diperbaiki mulai sekarang?” ucapnya buatku terkejut “Gass lah wkwk” jawabku sangat senang
Beberapa waktu kami bertiga pun baikan aku sangat merasa senang, tetapi pertemanan kami tidak seperti dulu lagi, jarang komunikasi dan keluar bertiga. Bermain pun ia sering bersama temannya dan tidak pernah bersamaku lagi, perasaanku kadang senang bisa baikan tetapi juga ada sedihnya karena tidak bisa seperti dulu lagi
Cerpen Karangan: Wella Dwi Rahmadani Blog / Facebook: wellaa SMPN 1 PURI