Suatu hari seorang remaja laki laki yang menginjak bangku SMP memutuskan untuk mendaki gunung merapi bersama temannya. Di punggungnya sudah terdapat 1 tas besar yang berisi keperluannya selama mendaki.
Kira kira sudah 50 KM lelaki itu berjalan bersama rombongannya, melewati pohon pohon yang menjulang tinggi. Terkadang terdapat beberapa hewan kecil seperti lintah, beruntungnya pendaki itu menggunakan sepatu dan kaus kaki yang panjang.
“Setelah ini bakal ada tempat istirahat, ayo istirahat disana,” ucap seorang remaja yang bernama Radit. Pada saat berjalan, secara tidak sengaja Radit menginjak salah satu hewan melata yang panjang. Tentu saja Radit menjerit terkejut, beruntung hewan itu tidak menggigitnya. Jeritan Radit membuat temannya juga terkejut.
“Apa itu, Dit?” tanya Rafa. “Ular, untung aja enggak gigit,” ucap Radit penuh rasa syukur. “Hati hati, Dit, disini banyak hewan kayak gitu,” Jeno memperingati.
Radit dan yang lainnya pun melanjutkan perjalanan mereka. Sesekali Radit menemukan buah liar yang boleh dimakan, hitung hitung mengganjal rasa lapar. Radit dan yang lainnya mengambil beberapa buah untuk dimakan selama perjalanan.
Beberapa menit di perjalanan akhirnya mereka pun sampai di sebuah tempat peristirahatan, Radit dan yang lainnya mengeluarkan barang barang yang ada di tasnya. Mulai dari alat sholat dan peralatan makan. Mereka mencari sungai yang dekat untuk berwudhu dan sholat bersama sama.
Setelah selesai sholat mereka mulai memasak makanan, sembari menunggu makanan matang, Rafa dan Radit bermain catur, sedangkan Jeno memasak.
“Skakmat!” ucap Radit dengan bangga, Rafa berfikir bagaimana bisa ia terkalahkan, padahal selama ini Rafa selalu menang jika bermain catur. “Aduh…, kok bisa ke skak sih, selama ini main gak pernah kalah telak kayak gini,” Rafa mengeluh. “Lebih teliti aja, Fa,” ucap RADIT. “Makanan udah mateng, ayo makan,” ucap Jeno sambil membawa masakan yang telah ia masak.
Radit dan Rafa membereskan permainan dan makan bersama sama. Setelah makan mereka tidak langsung melanjutkan perjalanan, mereka memilih untuk mengobrol sejenak. “Kurang berapa KM lagi buat sampai?” tanya Jeno. “Masih banyak, kita bakal beberapa hari di perjalanan nanti,” ucap Radit. “Yah… masih lama dong,” Rafa mengeluh. “Namanya juga naik gunung,” ucap Radit. “Yaudah ayo lanjut jalan, biar nggak lama lama di perjalanan” ucap Jeno.
Mereka pun membereskan peralatan masak dan barang barang yang mereka keluarkan dari tas, dan lanjut melanjutkan perjalanan.
Berjam jam mereka berjalan dan akhirnya matahari pun mulai tenggelam bergantian dengan Bulan untuk menerangi malam. Mereka beristirahat dan membangun tenda untuk tidur karena hari sudah malam, suasana benar benar gelap, hanya suara serangga yang terdengar. Mereka percaya akan hal ghaib tetapi mereka tidak takut dengan itu. Radit dan kawan kawannya mulai memejamkan mata menunggu esok hari untuk melanjutkan perjalanan.
Akhirnya fajar mulai terlihat dan matahari akan segera muncul. Radit damn kawan kawannya bangun dari tidur untuk melaksanakan sholat shubuh dan memasak makanan. Tentu saja Jeno yang memasak, karena hanya Jeno yang bisa memasak disitu.
Setelah makan merekapun melanjutkan perjalanan mereka, terus berjalan dan berjalan sampai akhirnya mereka merasa lelah dan beristirahat sejenak.
Berhari hari mereka berjalan hingga akhirnya mereka sampai di tujuan mereka yaitu gunung merapi. Akhirnya rasa lelah mereka terbayar oleh hasil. Melihat indahnya pemandangan yang berada di puncak gunung merapi. Mereka menancapkan bendera kebanggan mereka yaitu bendera Indonesia, pertanda bahwa mereka sudah sampai di tujuan mereka.
Radit dan teman-temannya memilih membangun tenda untuk melihat indahnya sunrise dari atas gunung. Setelah itu radit dan teman-temannya menikmati suasana berada di atas gunung.
Cerpen Karangan: M. Raditya Eka S