Pada waktu yang tidak sengaja, masa kelas 8 semester terakhir, saya menemukan seorang laki laki yang tidak pernah saya duga. Diwaktu itu bertepatan hari Sabtu anak kelas 8 seperti biasa mengikuti kegiatan ekstra wajib pramuka, dan saya menjadi anggota dewan penggalang bersama seorang laki laki itu, sebut saja laki laki itu Rehan.
Selang waktu berjalan terdengar bunyi semprit bahwa menandakan semua harus berkumpul, ketika semprit itu dibunyikan saya lari dan terjatuh hingga terpeleset, dan tanpa disengaja semua orng menertawakan hal tersebut dan itu akan menjadikan hal termalu yang saya alami.
Selang beberapa hari anggota dewan penggalang berkumpul di ruang pramuka. Tanpa disegaja ketika selesai dan pulang, seorang laki laki itu berkata kepadaku “Awas nanti terpleset!” kata laki laki itu. “Hah siapa coba?” jawabku dengan tertawa dan aku pun berjalan pulang lalu berfikir siapa laki laki tersebut.
Kejadian itu terjadi ketika selesai ujian PAS. Selang waktu berjalan kami pun saling kenal karna kejadian yang tak pernah terduga. Dan entah kenapa aku pun mempunyai rasa suka kepada laki laki tersebut. Dan secara tidak sengaja kami pun dekat. Tetapi kami merahasiakan semua dari teman teman kami. Hingga pada akhirnya aku pun berinisiatif untuk mempublish hubungan kami tersebut. Seiring berjalanya waktu hubungan kami pun berjalan 3 bulan lebih.
Diwaktu yang berjalan suasana pun menjadi sangat beda, kita berdua semakin banyak masalah, banyak fitnah yang datang. Dan membuat hubungan kami berdua menjadi renggang hingga pada akhirnya saya memutuskan untuk menyelesaikan dengan bertemu kepadanya.
Pada saat 17 Agustus semua guru mengadakan lomba dan pada saat itu pun kami berdua bertemu, saat itu Rehan sedang bermain bersama temannya dan aku pun memberhentikannya. “Aku mau ngomong sesuatu sebentar,” ucapku. “Bentar, nanti saja” jawabnya dengan kesal sembari melihatku dengan wajah yang sedang kesal dikarenakan ia sibuk mencari sesuatu. Aku pun terdiam dan pergi dengan sangat kesal. Setelah itu Rehan pun menghampiriku yang sedang berjalan dengan teman-temanku. “Ayo ikut aku, selesaikan masalah ini dengan baik,” katanya sambil menarik tanganku. Kita berdua pun berjalan mencari tempat untuk menyelesaikan masalah. Disitu pun aku terdiam karena aku bingung ingin berkata apa.
“Gimana? kemaren kan sudah jelas, aku gak akan ngelarang kamu mau ngelakuin apapun,” Ucapnya sambil menatapku. Aku pun meneteskan air mata, entah kenapa air mataku tiba tiba keluar. “Aku gak mau,” kataku sambil menangis. “Kenapa gak mau? kan kemaren juga sudah jelas juga, jadi harus mau lah” Aku pun terdiam gak tau mau jawab apa. “Yudalah ayo ke kantin, kita ke kantin” ucapnya. Aku pun menggelengkan kepalaku. Dan secara tiba tiba Rehan pun membujuk aku dan menarik tanganku dan mengajakku ke kantin.
Kita pun sampai di kantin, kemudian Rehan mengeluarkan uang di sakunya dan aku pun bertanya, “Buat apa?” tanyaku. “Ambillah, buat beli makanan,” jawabnya. “Aku gak mau, aku juga bingung mau beli apa disini,” Rehan pun memaksaku untuk menerima uangnya, aku pun menerimanya dan membeli makanan di kantin.
Setelah membeli makanan kita pun berjalan menuju kelas, karena ingin menonton perlombaan semua guru. Kita berdua pun berbincang bincang tentang perlombaan semua guru. “Itu apa? belut ya?” tanyaku pada rehan. “Iya itu belut, kamu berani megang emang?” jawabnya sambil tersenyum kepadaku. “Gak mau ah, licin soalnya,” jawabku sambil ketawa. “Aku ambilkan belut terus nanti kamu pegang, gimana?” katanya sambil ketawa. “Bener ya? awas kalau enggak,” jawabku Akhirnya kita berdua pun baikan.
Setelah perlombaan semua guru selesai. Rehan pun mengajakku untuk ke kelasnya, sebelum ke kelasnya, Nita teman Rehan menghampiri kita berdua yang ingin beranjak untuk pergi. “Han, buku cerita yang lo pinjam udah lo balikin?” Tanya nita. “Belum, gue lupa” jawab rehan “Yaudah balikin sekarang aja” jawab nita. Akhirnya kita pun berjalan menuju ke kelas Rehan.
Sesampainya di kelas Rehan, “Tunggu bentar disini, aku mau ngambil buku cerita” katanya sambil menatapku. “Oke jangan lama lama” jawabku. Aku pun menunggu rehan yang sedang mengambil buku di kelasnya. Setelah Rehan mmengambil buku di kelasnya, kita berdua berjalan menuju ke perpustakaan. “Buku apa itu, coba lihat” tanyaku. Rehan pun memperlihatkan buku tersebut kepadaku.
Dan kita pun sampai di ruang perpustakaan, aku pun menunggu rehan yang sedang mengembalikan buku di luar. Selang waktu pun Rehan selesai mengembalikan buku. Dan Rehan memperlihatkan buku yang telah dia pinjam. “Wih dilan” kataku. “Iya, aku mencari cari ternyata dapat buku ini” kata Rehan. Bel pulang berbunyi, aku pun pulang, dan menunggu Rehan disamping kelasnya, dan Rehan pun keluar, dan mengajakku pulang.
Waktu pun berjalan, kesalah fahaman pun datang lagi, dan membuat hubungan kita berdua menjadi sangat renggang. Aku berusaha mengalah dalam masalah tersebut. Kita berdua pun menjadi asing, dan bertemu pun hanya sekedar merundukkan kepala.
Seminggu kemudian kami pun tidak memberi kabar dan sangat sangat asing, seperti orang yang tidak kenal. Waktupun berlalu.
Pada hari sabtu ada kegitan latihan rutin dan melatih calon dewan penggalang, aku memberanikan diri untuk menyapa dan mengajak ngobrol Rehan. “Rehann” panggilku pada Rehan. “Kenapa?” jawab Rehan. “Gapapa, aku hanya ingin berbicara sesuatu kepadamu, aku ingin membahas masalah kita yang kemarin, kenapa sih kamu?” jawabku. “Gapapa kalau mau bahas itu nanti saja, aku sedang malas” jawab Rehan dengan muka malas untuk bahas masalah kemarin. “Aku hanya ingin menyelesaikan masalah kemarin dengan baik baik, maaf kalau semisal aku yang salah” kataku. “Sudahlah, ga usah dibahas disini” jawab Rehan. Rehan pun meninggalkan ku, dan pergi menghampiri Ardi yang sedang bermain, aku pun ikut pergi dan menghampiri Putri.
“Kenapa lagi? ada masalah lagi?” tanya Putri. “Gapapa kok cuman masalah kecil, nanti saja aku critain di WhatsApp,” jawabku. “Yasudah lah terserah deh, yang penting ga ada kata udahan diantara kalian berdua,” jawab Putri. “Haha… Tenang saja aku gabakal minta udahan kok, tapi ga tau kalau Rehan, haha… udahlah ngapain jadi curhat gini sih,” jawabku sambil tertawa sedikit. “Yasudah lebih baik kita beres beres ruang Pramuka saja,” jawab Putri. “Iya… ayo,” jawabku.
Setelah itu semua Dewan Penggalang pun pulang, dan aku pun menunggu Putra di depan gerbang, tanpa disengaja disitupun ada Rehan yang sedang menunggu jemputan, aku ingin menyapa tapi sepertinya Rehan tidak akan menyapaku balik, aku bersikeras ingin menyapa. “Rehan…” sapaku. “Ya… ada apa tayo?” jawab Rehan. Entah kenapa Rehan menjawab sapaanku dengan nama “tayo” disitu pun aku sangat senang, tapi aku hanya tersenyum dan menepuk pundak Rehan.
“Aku ingin masalah kita selesai Han, aku gak mau kalau seperti ini terus,” jawabku. “Aku kan sudah bilang, jangan membahas masalah itu, aku malas.” “Yaudahlah terseramu,” jawabku dan pergi meninggalkan Rehan.
Aku pun menghampiri Putra dan Okta yang sedang berjalan menuju kearah parkiran untuk mengambil motor dengan mukaku yang sangat sedih karena tanggapan Rehan tadi.
“Kenapa kamu? kok nangis sih? diapain kamu sama Rehan?” Tanya Okta dengan khawatir. “Gapapa kok, udahlah ayok pulang aku sangat malas,” jawabku dengan wajah sedih.
Sesampainya di rumah aku pun mengambil hp untuk menghubungi Okta dan meminta Okta untuk mencari jalan keluar dalam masalah ini, tanggapan Okta pun sangat membuat aku menjadi bingung untuk mengambil keputusan, tetapi ternyata Rehan menghubungiku dan ingin mengakhiri hubungan kami tersebut. Aku bersikeras untuk tidak mengakhiri hubungan kami berdua. Tapi Rehan tidak mau. Dan pada akhirnya kita berdua menjadi asing. Ketika bertemu di sekolah pun aku merasa malu dan menundukkan kepala.
Cerpen Karangan: Yuliana Agustin, SMPN 1 Puri Blog / Facebook: Yuliana Agustin