Namaku Angel, aku mempunyai 2 sahabat yang sangat baik, namanya Nabila dan Vini. Kami bersahabat sejak kecil, Persahabatan kami terbentuk karena kami bertetangga. Usia kami sebenarnya berbeda. Aku paling muda di antara Nabila dan Vini. Usiaku 4 tahun lebih muda dari mereka. Kali ini aku akan menceritakan kisah persahabatan kami.
Nabila adalah orang yang keinginannya selalu bisa terpenuhi, Semua barang yang ia inginkan bisa ia beli. Dia adalah anak seorang pengusaha beras, yang terkenal di desa kami. Namun, Nabila dan keluarganya sangat ramah dan tidak sombong. Sedangkan, aku dan Vini dari keluarga sederhana saja. Seringkali aku dan Vini bermain di rumah Nabila karena ia punya banyak mainan. Aku dan Vini sering diberi kue atau makanan yang tidak bisa kami beli, seperti Kentucky, burger dll. Tentu saja itu membuat aku dan Vini senang.
Pada suatu hari kami berangkat ke sekolah bersama, Jika ada salah satu dari kami ada yang belum selesai bersiap, kami akan sabar menunggu. Setelah pulang sekolah, kami selalu selalu bermain bersama. Oh iya, Nabila dan Vini sudah kelas 6 SD dan aku masih kelas 3 SD.
Waktu berlalu sangat cepat, hingga tak terasa Nabila dan Vini telah lulus SD dan masuk ke SMP kelas 1, sementar aku masih berada di bangku SD. Setelah mereka masuk bangku SMP, kami jadi jarang sekali ada waktu untuk bermain bersam. Hampir tidak pernah malah. Hal itulah yang justru memunculkan konflik di antara kami.
Pada suatu hari ada tetanggaku yang bernama Anik. Anik adalah tetangga kami. Ia berusia 30-an tahun. Ia pengangguran dan hobinya ngerumpi. Dan kali ini Anik mulai mengecohku dengan perkataannya. “Angel tumben sendirian, di mana teman-temanmu?” tanyanya tiba-tiba. “Mereka sedang sibuk dengan sekolahnya” jawabku sekenanya. “Aku kemarin melihat Nabila dan Vini main bersama teman-teman SMP-nya kelihatan sekali gembira” katanya mulai memprovokasiku. Aku tahu bahwa Anik berniat memprovokasiku. Namum, perkataannya tak urung semakin membuat panas kupingku. Lalu aku bergegas meninggalkan Anik.
Meski aku tahu sikap Anik memang suka sekali memprovokasi orang lain, Namun tetap saja hatiku sakit. Aku terpengaruh oleh kata-kata Anik bahwa Nabila dan Vini punya teman baru dan meraka mengabaikanku. Perasaan itu sungguh mengusik hati dan pikiranku.
Tanpa kusadari karena hasutan Anik, membuatku menjauh dari Vini dan Nabila. Bukan satu atau dua kali saja. Setiap kami berpapasan berangkat sekolah, aku selalu selalu mencoba menghindar. Begitu pun pulang sekolah saat berpapasan di jalan Vini dan Nabila tampak sangat gembira bersepeda dengan teman SMP mereka. Ada yang terasa sakit di dada ini melihat kegembiraan mereka.
Hari minggu pun datang, Tiba-tiba pintu rumahku ada yang mengetok sambil memanggil namaku. Lalu aku bergegas membuka pintu. “Loh kenapa kalian ke sini?” Tanyaku pada Vini dan Nabila sambil membuka pintu. “Memangnya tidak boleh kami berdua main ke rumahmu?” tanya Vini “Boleh saja silahan masuk!” ajakku.
“Angel, aku mau bertanya sesuatu tentang pertemanan kita” kata Vini. “Ya, ada apa dengan pertemanan kita?” aku menjawab pura-pura tidak tahu, padahal dalam hatiku mulai terasa deg-degan. “Kenapa sekarang kamu sering sekali menghindar dari kami? Seolah-olah kamu tidak mau lagi berteman bersama kami?” tanya Vini “Hah, bukannya kalian ya yang sudah bahagia dengan teman kalian yang baru?” jawabku jadi sinis “Lah, bukanya kamu Angel? Aku setiap pulang dan berangkat sekolah selalu menyapa kamu loh! tetapi kamu malah mengabaikan kami!” jawab Vini sedikit marah. “Masa sih! bukanya kalian yang asik sendiri sampai tidak melihatku!” imbuhku. “Ya ampun Angel! Kami tidak pernah seperti itu! Siapa yang bilang kami mengabaikanmu?” ujar Nabila. “Tuh, Anik tuh yang bilang!” jawabku semakin marah. “Angel… Angel… Anik kok di percaya! Seperti tidak kenal dia saja! Dia kan tukang ngomporin orang!” Sahut Nabila sambil tertawa
Mandengar perkataan Nabila membuatku sadar bahwa aku termakan hasutan Anik. Aku jadi malu sendiri. Aku pun meminta maaf kepada Vini dan Nabila. “Kamu benar! Aku yang terhasut perkataan Anik. Aku minta maaf ya!” kataku tersipu malu. “Iya, aku juga minta maaf sampai membuat kamu tersinggung dengan sikap kami.” kata Nabila. “Aku juga!” sahut Vini
“Jadi sekarang kita berteman lagi ya!” kata Nabila sambil memeluk pundakku. Aku pun mengangguk. Sejak saat itu persahabatan kami semakin erat. Aku percaya komunikasi yang baik adalah kunci eratnya persahabatan.
Cerpen Karangan: Angel Aprilia Sari Angel Aprilia Sari siswa SMPI Ronas