Menceritakan kisah percintaan yang susah mengungkapkan namanya “Cinta”. Masa SMP merupakan masa-masa yang terindah bagiku. Masa-masa dimana aku tertarik dengan lawan jenisku.
Oh iya, Perkenalkan namaku Handika prima saputra biasanya dipanggil Prima dan wanita idolaku bersama Cantika putri salsabila. Cantika tipikal wanita yang baik, pintar dan cantik sesuai dengan namanya. Dia juga sedikit cuek, kulitnya yang putih bersih dan perawakannya tinggi sesuai dengan ukuran seorang wanita pada umumnya. Perkataan lembut dan kalem meskipun aku tidak pernah berbicara dengannya. Aku tau perkataannya lembut dan kalem karena aku sering memperhatikannya ketika dia berbicara dengan temannya. Aku lihat para lelaki yang ingin berkenalan dengannya. Wajar saja ada wanita cantik, Para lelaki lansung berbondong-bondong minta kenalan dengannya, tapi tidak dipedulikan dengan Cantika. Aku ingin sekali berkenalan dengannya dan mengajaknya berbicara. Tapi aku takut dianya malah cuek. Bisa-bisanya aku trauma untuk berkenalan dengan cewek lagi. Tapi aku akan mencoba berkenalan dengannya tidak dengan hari ini, mungkin esok atau lusa.
Pada hari senin dengan suasana pagi hari, dimana hari itu upacara bendera berlangsung. Aku dan temanku bernama Rayan, sedang baris di barisan yang paling belakang. Dan alangkah terkejutnya ketika aku melihat Cantika yang baris di belakang juga. Dia terlihat begitu cantik hari ini. Aku pun terus memperhatikannya dari kejahuan dan kita berdua tidak sengaja bertatap mata. Dan aku langsung memutuskan tatap mata tersebut dan berpura-pura memperhatikan sekitar. Disitu aku salting brutal.
Setelah upacara selesai dan barisan dibubarkan, ada kejadian yang sangat memalukan. Kejadian dimana aku tidak sengaja menabrak Cantika. Cantika pun terjatuh dan aku segera menolongnya. “Eh, kamu gapapa? Sini aku bantu berdiri”, kataku dengan khawatir. “Gapapa kok, makasih yaa”, katanya dengan lembut. Disitu aku melihat Cantika yang terluka karena tergores. Aku pun bergegas untuk membawa ke UKS. Disitu perasaanku campur aduk. Salting, khawatir dan sedih menjadi satu.
Sesampainya di UKS, “kamu duduk dulu disini, biar aku aja yang ngobatin kaki kamu”, kataku dengan canggung. Aku segera mengambil kota P3K dan mengobati kaki Cantika. Pada saat mengobati kaki Cantika, aku langsung saja mengajaknya mengobrol dan berkenalan dengannya. Lalu aku menjelaskan namaku dan kami ngobrol banyak sekali hingga tak terasa jam udah siang dan aku pun mengantarnya ke kelas. Ngomong-ngomong kita beda kelas yaa. Sebenarnya kita berkenalan tadi aku sedikit takut jika dia akan cuek denganku akan tetapi tidak, dia sangat hangat. Dan kami pergi ke kelas masing-masing.
Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 dan waktunya istirahat. Waktu istirahat ini aku gunakan untuk memaandang wajah Cantika yang sembunyi-sembunyi. Malu juga ketahuan memperhatikannya. Bagiku dia begitu sempurna. Aku membayangkan bisa memilikinya kelak. Widdihh, aku terlalu tinggi menghayal.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan bulan berganti bulan. Aku dan Cantika sudah mulai akrab. Pada saat berangkat sekolah, ke kantin, pulang sekolah, kita selalu bersama. Aku sudah tidak merasa canggung ketika di dekatnya bahkan bercanda dengannya. Sejak awal aku sudah memendam perasaanaku padanya akan tetapi hingga saat ini aku tidak berani mengungkapkannya. Aku takut pada saat aku mengunggkapkan perasaanku dia tolak. Hingga akhirnya aku pendam rasa ini tanpa sepengetahuannya. Tersiksa memang, tapi aku tidak mempunyai kekuatan super seperti superman. Wajahku tak setampan Al-Gazali. Beda laki-laki yang menyukai Cantika. Laki-laki itu mempunyai wajah seperti model. Aku tidak mau tersiksa dengan perasaanku sendiri dan aku memutuskan untuk menjauhinya.
“PRIMA” panggil Cantika sambil berjalan ke arahku. “kamu kenapa sih?” tanyak Cantika semakin mendekat. “aku gapapa kok”. Jawabku “kamu kayaknya menjahui aku yaa?. Emang aku punya salah sama kamu, Prim?” tanya Cantika dengan heran. “Ah, enggak kok, itu mungkin cuman perasaanmu aja Can. Sudah ya aku mau pulang nih. Soalnya di rumah sibuk”. Tanpa basa basi lagi, aku pun bergegas meninggalkan Cantika disana. “tunggu Prima, kamu belum menjawab pertanyaanku… Prima… Prima”, teriak Cantika kepadaku.
Keesokan harinya aku berjanji pada diriku sendiri jika aku akan melupakan Cantika dan aku juga berjanji tidak akan pernah menceritakan bagaimana perasaanku yang sebenarnya padanya. Sulit memang melupakan orang yang sebenarnya kita cintai, tapi mau tak mau aku harus move on. Memang salahku, aku mencintainya tapi tidak berani mengungkapnya. Aku memang orang pecundang.
Waktu itu aku benci dengan diriku sendiri. Seiring berjalannya waktu hubungan Cantika dengan laki-laki itu semakin erat saja hingga kelulusan mendatang. Dan aku setelah lulus, aku tidak tau hubungan mereka aku serta tidak pernah berhubungan kontak dengan Cantika kini aku mulai belajar…
BILA MENYUKAI LAWAN JENISMU, UNGKAPKAN AJA LANGSUNG JANGAN DIPENDAM-PENDAM KARENA SELAGI ADA WAKTU YANG LUANG MENYATAKAN CINTAMU KEPADANYA
Cerpen Karangan: Kaka Brian Pratama, SMPN 1 Puri Blog / Facebook: kakabrianpratama SMPN 1 Puri