Tidak seperti biasanya, hari ini aku berangkat sekolah lebih awal. Dari kemarin sudah terbayangkan, duduk bersanding dengan pasanganku nomor urut 2 sebagai calon ketua dan wakil ketua OSIS SMP Tunas Negara periode tahun 2022-2023. Ada tiga pasangan calon (paslon) yang berlaga di arena Pilketos saat itu demikian istilah untuk kegiatan pemilihan ketua dan wakil ketua OSIS, yang terdiri dari empat perempuan dan tiga laki-laki. Semua kandidat berasal dari paralel kelas yang sama yaitu kelas VIII karena itu yang dipersyaratkan oleh panitia.
Dari kemarin ibuku sudah menyewakan setelan jas hitam celana hitam lengkap dengan dasi dan sepatu, di tempat rias pengantin sebelah rumah. Agak sedikit kedodoran sih tapi tak mengapa, sedangkan sepatunya cukup aku ganjal dengan kaos kaki jadi lumayanlah dipakai, toh juga di Pilketos tidak banyak aktifitas berjalan, bukankah aku yang dipajang di depan seperti barang dagangan berjejer dengan barang lain untuk dilihat-lihat kemudian dipilih oleh teman-teman. Sesampai di pintu gerbang sekolah sambil turun dari sepeda federal, aku lirik jam tanganku hemm… baru pukul 06.30 WIB masih cukup waktu untuk kembali mempersiapkan diri termasuk merapikan penampilan. Aku nggak mau dong nampak kucel calon ketua OSIS lo, pikirku.
“Assalamualaikum mas Ammar, sehat hari ini?” demikian sapaan dari guru piket sekolah kami setiap pagi sejak masa pandemi covid-19 melanda. “Waalaikumsalam, iya Alhamdulillah sehat bu” “Sudah siap hari ini ya, Pilketos semoga bisa terpilih oleh teman-teman menjadi Ketua OSIS” “Ya bu semoga terimakasih doanya nggih.”
Kutuntun sepeda menuju parkiran, sengaja kuletakkan agak ke dalam toh pulangnya mesti terakhiran. Kulangkahkan kaki masuk ke kelas, beberapa teman yang jadwal piket sedang melaksanakan tugasnya, ada yang menyapu, membersihkan kaca, menulis jadwal di buku kemajuan kelas tetapi ada juga yang belum datang. Kelasku memang dikenal sebagai kelas yang warganya rajin, karena cowok atau cewek melaksanakan tugas piket semua, ini juga berkat bimbingan walikelas yang super disiplin yaitu pak Budi.
Setelah berganti pakaian jas yang kubawa, menyisir rambut, merapikan sepatu, di depan cermin sengaja nebeng di perpustakaan aku tersenyum, … ganteng juga… cocok ketua OSIS, pujiku pada diri sendiri. Berikutnya segera bergegas menuju gelanggang lokasi pengambilan suara Pilketos, bergabung dengan kawan-kawan panitia aku membantu mengatur letak kursi pemilih, tetapi oleh Adi kakak kelas yang menjadi koordinator kegiatan tidak diijinkan.
Kemudian kak Adi memberikan pengumuman lewat pengeras suara, “Diinformasikan, kepada semua kandidat ketua diminta untuk segera menempatkan diri di kursi yang ada di panggung bersama dengan wakilnya karena kegiatan Pemilihan Ketua dan Wakil ketua OSIS akan segera dimulai. Demi mendengar pengumuman itu, bersegeralah aku.
“Fa…Rafa cepetan dikit dong ke gelanggang sudah hampir mulai nih,” seruku pada Rafa, cewek calon wakilku yang kelihatan masih mondar-mandir di teras kelas yang kebetulan letak kelasnya berdekatan jadi aktifitas di kelasnya terlihat jelas dari gelanggang primadona sekolahku ini.
“Iya dikit lagi, nanggung lagi nyari jajan ada yang kurang,” sahutnya sambal menenteng sekresek jajan. Rafa adalah siswi kelas 8C kemampuan otaknya lumayan tokcer di kelas peringkat 1, tubuhnya juga lumayan subur seneng banget dengan ngemil. Sebenarnya Rafa kurang pede saat mengikuti seleksi untuk kandidat Pilketos karena badannya yang subur sehingga sering dibully teman-teman… tetapi entah mendapat power darimana dia nekat.
Saat hasil seleksi diumumkan oleh panitia dilanjutkan dengan pengundian pasangan calon ternyata aku harus berpaslon dengan dia. Rafa berwajah oval, kulit agak hitam tapi manis hanya badannya yang bulat, kadang ceplas ceplos, gampang banget ngambek tapi juga cepet baikan lagi. Seperti kemarin saat menyusun visi misi paslon hingga detik ini aku sebenarnya masih sebel karena dia ngotot pendapatnya harus dipakai padahal jelas panitia menyarankan agar visi misi paslon isinya murni pendapat calon ketua dan wakil bukan salah satu saja. Huhh… belum-belum sudah begitu besok kalau terpilih sungguhan bisa-bisa aku yang jadi ketua OSIS tapi Rafa yang ngomando… byehh… panas hatiku jika mengingat hal itu. Namun setelah kupahami dan kupikir-pikir visi misi usulan dari Rafa oke juga, mungkin aku saja yang kurang terbuka wawasannya waktu itu.
“Hei… ngalamun nih ku dah dateng,” “Ya,” jawabku tanpa melihatnya.
Para paslon sudah duduk di kursi panggung yang sudah disediakan menghadap ke timur berderet dari selatan ada paslon nomer 1, Deo berpaslon dengan Adinda, kemudian nomer 2 aku dengan Rafa dan paling utara paslon nomer 3 Niina didampingi Agil. Semua kandidat cowok mengenakan setelan jas hitam sedangkan yang cewek berpakaian adat nyamping modern. Kalau boleh jujur saat itu kandidat cewek bewajah paling kece ya Rafa cuma… ya ampun nilai plus di wajah ketutup tuh body yang bulat amat mana masih ditambah bolak-balik makan, snack dari panitia sudah habis jatahku tadi juga dicicipi separo. Aku makin merengut, harapanku biarlah tidak kebagian snack asal terpilih menjadi ketua OSIS… ikhlas deh!
Pemilihan segera dimulai, teman panitia menjelaskan alur teknis pemilihan pada gelombang pertama 3 kelas dari kelas IX. Siswa kelas IX banyak yang sudah mengenal masing-masing kandidat paslon, mereka antusias dan sesekali melempar senyum ke panggung sambil mengucapkan harapan semoga paslon yang dipilihnya dapat terpilih menjadi Ketos. Satu persatu pemilih dipanggil sambil menyerahkan nomer antrian ke panitia ditukar dengan kartu suara yang kemudian dibawa ke bilik pengambilan suara. Ada 3 bilik yang digunakan, dengan meminjam meja perpustakaan yang bertutup kayu sisi kiri kanan. Setelah memberikan suara dengan dicontreng di nomor urut atau gambar paslon pilihan, mereka melipatnya dan keluar bilik untuk memasukkan surat suara di kotak suara yang terbuat dari kardus. Sebelum keluar sebagai tanda jika sudah memberikan suaranya, ujung jari dicelupkan ke tinta, baru setelah itu diijinkan masuk kembali ke kelas.
“Nomer 1 paslonku oke…!” “Hidup pilihanku nomer 2!” “Nomer 3 dong yang menang,” sahut siswa lain sebelum meninggalkan gelanggang.
Gelombang pemilih dari kelas IX sudah selesai berikutnya dilanjutkan pemilih kelas VIII, adapun kelas VII memang sengaja di gelombang terakhir karena ada kegiatan liputan yang harus dilakukan berkaitan dengan tugas mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Bahasa Indonesia. Teman-teman kelas VIII semangat sekali dalam memberikan hak suaranya. Beberapa teman ada yang meminta waktu untuk berfotoria dengan paslon terutama yang berasal dari kelasnya atau yang diidolakan.
Tiba-tiba punggung dan kakiku terasa sudah pegal lelah, kucoba ngobrol dengan Deo, Niina dan semuanya, untuk mengalihkan rasa itu. Akhirnya tepat jam 11.30 WIB pemungutan suara sudah selesai, tinggal penghitungan tetapi dilaksanakan setelah sholat dhuhur. Aku agak lega karena bisa istirahat dan membeli jajan sebentar. Situasi seperti ini sudah tidak resmi sehingga paslon bebas tidak harus duduk di kursi panggung. Yey… aku gembira kembali ke kelas, tapi dalam hatiku agak kuatir juga sebentar lagi penghitungan suara, menjadi ketua OSIS sudah lama aku inginkan. Visi misi kemarin yang kusampaikan saat kampanye kurang memuaskan tetapi bisa disempurnakan Rafa meskipun seolah-olah itu kalimatnya dia semua. Tadi sewaktu duduk di kursi panggung aku lebih banyak diam karena memang masih agak sebel dan alasan lain, dalam hati berdoa terus agar terpilih di ajang Pilketos ini.
Setelah sholat dhuhur dan makan bekal yang disiapkan ibu dari rumah, untuk menghibur diri aku mencoba membuka HP yang dari tadi di tas, baca-baca pesan whatshapp tidak ada yang menarik. Penghitungan surat suara sudah dimulai panitia dari pukul 12.30 WIB, aku gundah akan hasilnya untuk membuang rasa itu kudengarkan musik saja dari HP sambil mencuri dengar teman-teman ramai membahas hasil penghitungan yang masih berlangsung. Aku sendiri belum berani menyaksikan sendiri ke gelanggang.
“Deo Adinda kayaknya unggul deh…” celetuk Daffa “Aku sih yakin aja dengan paslon dari kelas kita yang menang, kelihatan banget tuh perolehan suara kejar-kejaran terus paslon 2 dengan 1,” Ovi menimpali Aku tersenyum mendengar hasil penghitungan yang belum selesai itu, dalam hati kemungkinan besar paslonku nomer 2 yang lolos.
Aku ke gelanggang karena dipanggil Rafa, semua paslon untuk menyaksikan berakhirnya penghitungan suara. Dan berdasarkan rekap suara terakhir Pilketos memberikan hasil, terpilih adalah paslon 1 Deo Adinda sebagai Ketua dan wakil ketua OSIS periode tahun 2022-2023. Aku seakan tidak percaya karena selisih suara hanya 2, paslon 1 sebanyak 232 sedangkan paslonku 230. Rafa menyalamiku dan mengucapkan maaf karena tidak bisa memenangkan Pilketos. Aku jawab terimakasih dan tidak apa-apa. Kami dan paslon lain saling bersalaman dan mengucapkan selamat kepada paslon terpilih, Deo Adinda. Sebelum usai jam sekolah aku masih berlapang dada dan tertawa bersama panitia membantu beres-beres peralatan yang tadi untuk kegiatan.
Cerpen Karangan: Munkhayati Blog / Facebook: Munkhayati