Bagaimana respon anda ketika melihat sandal ini?
Mungkin akan terkesan biasa saja, cuma sandal. Tapi saya punya pengalaman menyeramkan karena hal ini.
Peristiwa ini saya alami ketika duduk di bangku SD kelas 3. Dalam keluarga besar saya ada tradisi di mana setiap tahun sewaktu lebaran akan pulang ke kampung nenek.
Kampung nenek saya berada di daerah perbatasan Nganjuk.
Keadaan lingkungan masih asri. Sepanjang tepi jalan banyak di tumbuhi pepohonan mangga.
Ciri khas rumah di desa nenek saya punya akses ruangan yang besar dan pekarangannya yang cukup luas. Karena anak-anak dari nenek saya berjumlah 12 orang(belum terhitung cucu dan menantu). Setiap lebaran rumah nenek saya akan terasa sangat ramai dan sesak. Sehingga setiap malam kami yang muda muda akan memboyong kasur-kasur yang tersedia dan meletakkannya berderet rapi dari depan ruang tamu sampai ruang untuk menonton televisi. Sedangkan para orangtua akan tidur di dalam kamar.
Seperti ini lah gambarannya,
Saya ingat, waktu itu saya kebagian kasur paling pojok dekat lemari yang usianya lebih tua dari saya. kakak perempuan saya bernama Ayu tidur di sisi saya.
Sebagai tambahan, dulu sewaktu saya kecil, sepeninggal kakek, saya sering dititipkan ke nenek dan tidur bersama nenek. Setiap malam pukul 12 ke atas saya selalu mendengar suara gamelan dari arah belakang rumah. Padahal di belakang rumah masih hutan belantara.
Setiap kali saya bertanya itu suara darimana? Nenek saya balik bertanya memang nya suara apa yang saya dengar? Saya yang masih kecil terbiasa diajak menonton wayang oleh almarhum kakek saya tahu betul itu suara gamelan. Saya merengek minta diantarkan ke sumber suara, karena saya yang waktu itu masih kecil berpikir kalau ada gamelan pasti ada wayang, kalau ada wayang berarti ada yang banyak jualan mainan. Tapi apa yang terjadi? Nenek saya menyuruh saya diam, dan menutup mulut saya rapat-rapat menggunakan telapak tangannya. Sambil berbisik nenek saya berkata:
''Jangan bilang 'itu' lagi cepat tidur, nduk!"
Dan saya terlelap bersamaan dengan telapak tangan nenek saya masih menutup mulut saya rapat-rapat.