Suatu hari di Bulan Ramadan, Gus Dur menyambangi kediaman Presiden Soeharto untuk berbuka puasa bersama. Dirinya hadir ditemani Kiai Asrowi.
Usai berbuka dan salat maghrib, Gus Dur akan pergi ke tempat lain dan melewatkan waktu salat tarawih bersama. Pak Harto pun meminta kepada Gus Dur agar Kiai Asrowi tetap tinggal untuk memimpin salat tarawih bersama.
Gus Dur pun mengiyakan permintaan Pak Harto tersebut. Namun, menurut Gus Dur, sang Kiai harus diberi penjelasan dulu apakah salat tarawih akan dilaksanakan dengan cara NU Lama atau NU Baru.
Pak Harto pun bingung karena dirinya tak mengetahui perbedaan antara NU Lama dan NU Baru.
Soeharto kemudian bertanya kepada Gus Dur, "Memang kalau NU Lama gimana?" Gus Dur menjawab, "Kalau NU Lama, tarawih dan witirnya itu 23 rakaat."
Pak Harto kembali bertanya, "Kalau NU Baru?" Dengan santainya Gus Dur menjawab, "Kalau NU Baru diskon 60 persen, jadi tarawih sama witirnya cuma tinggal 11 rakaat." Gus Dur memang paling bisa deh.