Cerita rakyat ini berasal dari Jawa Barat dan mengisahkan tentang seorang anak yang suka atau cinta terhadap ibu kandungnya sendiri. Seperti apa kisahnya?
Legenda Sangkuriang
Hidup seorang wanita cantik jelita bernama Dayang Sumbi. Ia menikah dengan anjing yang sebenarnya merupakan jelmaan raja. Anjing tersebut diberi nama Tumang.
Mereka memiliki seorang anak yang diberi nama Sangkuriang. Sangkuriang sangat tidak suka dengan Tumang. Namun Dayang Sumbi selalu menyuruh Tumang ikut kemanapun Sangkuriang pergi, termasuk ketika Sangkuriang pergi ke hutan.
Karena memang Sangkuriang merasa tidak suka dengan Tumang, ketika ada kesempatan ia malah membunuh Tumang. Sangkuriang yang pulang kerumah dengan berlumuran darah tentu ditanya Dayang Sumbi apa yang terjadi.
Ketika Sangkuriang sudah menjelaskan semua yang terjadi, Dayang Sumbi tentu sangat marah. Dayang Sumbi menggetok kepala Sangkuriang dengan entong nasi dan mengusir Sangkuriang. Sangkuriang pun pergi. Namun sebenarnya jauh di lubuk hati Dayang Sumbi, ia sangat menyesal dengan apa yang terjadi saat ini apalagi sampai membuatnya mengusir sang putra.
Waktu pun berlalu. Bertahun – tahun kemudian, Sangkuriang pergi kembali ke desa. Sangkuriang berharap bisa bertemu sang ibu. Namun di desa, ia malah bertemu seorang wanita cantik yang parasnya mirip ibunya namun ia berpikir bahwa itu bukan ibunya karena menurut perkiraan Sangkuriang harusnya sekarang ibunya sudah tua.
Terus menerus bertemu, Sangkuriang menyukai Dayang Sumbi. Ia pun melamar Dayang Sumbi. Namun ketika Sangkuriang melamar Dayang Sumbi, saat itu juga ia sadar bahwa pria yang ada di hadapannya itu adalah sang putra. Ia menyadari karena saat itu pria di hadapannya tersebut melepas ikat kepalanya dan di sana tampak jelas ada bekas getokan entong yang dulu pernah ia lakukan.
Dayang Sumbi pun berusaha mencari alasan dan cara agar Sangkuriang mengurungkan niat menikahinya. Dayang Sumbi pun mengajukan sebuah syarat.
Sangkuriang harus mampu membuat bendungan dan sekaligus perahunya dalam satu malam. Sangkuriang yang sakti dan memang mencintai Dayang Sumbi menyanggupi permintaan tersebut.
Hari dimana Sangkuriang harus memenuhi syarat yang diajukan Dayang Sumbi tiba. Ia melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Ketika pekerjaan itu hampir selesai, Dayang Sumbi memerintahkan pasukannya menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur kota.
Hal tersebut membuat Sangkuriang mengira hari sudah pagi. Namun karena hal tersebut, Sangkuriang mengira bahwa ia sudah gagal memenuhi syarat Dayang Sumbi. Ia pun menendang perahu dengan kekuatannya dan perahu tersebut terbalik hingga kemudian membentuk sebuah gunung besar yang terkenal dengan nama Tangkuban Perahu.
Ada sumber yang mengatakan perahu terbalik tersebut menjadi gunung karena kekuatan Sangkuriang dibantu para jin. Namun ada sumber lain yang mengatakan perahu terbalik tersebut menjadi gunung karena peristiwa endapan. Perahu yang terbalik tersebut dibiarkan lama dan akhirnya dipenuhi tanah, pasir, lumpur dan juga lumut hingga membentuk gunung besar beberapa ratus tahun setelahnya.
Dari cerita di atas kita belajar bahwa tidak ada seorang ibu yang menginginkan hal buruk terjadi pada anaknya. Seorang ibu pasti berusaha mendidik anaknya dengan baik. Seorang anak juga harus memperlakukan orang tuanya dengan baik.
Kisah cinta ibu dan anak merupakan cinta yang di dalamnya ada tali kasih untuk saling menyayangi bukan untuk saling memiliki.