Tersebutlah seorang pemuda gagah serta pemberani yang tinggal di daerah Rawa Belong pada zaman dahulu. Pitung nama pemuda gagah itu. Sejak kecil si Pitung telah belajar agama dan juga belajar silat dari Haji Naipin. Semakin bertambah usianya, kemampuan dalam soal agama dan kepiawaiannya bermain silat semakin tinggi. Pada zaman itu sulit dicari orang yang dapat menandingi kemampuan si Pitung dalam ilmu beladiri. Selain mengaji dan beladiri, si Pitung pun dibekali dengan berbagai kesaktian. Salah satu kehebatan yang membuat lawan tarungnya bertekuk lutut adalah tubuh si Pitung kebal terhadap senjata apapun. Bukan hanya senjata tajam yang tidak dapat melukai tubuhnya, pelurupun mental tidak mempan jiga bersentuhan dengan tubuhnya. Si Pitung menjadi pendekar yang disegani kawan dan ditakuti lawan.
Selain dikenal sebagai orang ahli mengaji dan pandai bermain silat, si Pitung juga dikenal sebagai orang berakhlak baik, pemberani dan selalu membela yang lemah teraniaya. Maka, betapa marah dan gusarnya dia ketika melihat kesewenang-wenangan Kompeni Belanda memperlakukan rakyat Betawi. Begitu juga dia marah terhadap para tauke (Majikan) dan juga tuan-tuan tanah yang hidup senang karena memeras rakyat. Rakyat Betawi yang miskin tambah miskin dan menderita.
Si Pitung tidak bisa membiarkan kejadian menyedihkan itu kian berlarut-larut. Dia merasa harus melakukan sesuatu demi memperbaiki rakyat disekitarnya. Dia juga ingin meberi pelajaran keras terhadap kompeni, Para takue dan para tuan tanah. Langkah pertama yang dia lakukan adalah mencari orang-orang yang sependirian dengannya. Dua orang sahabatnya Rais dan Ji’i, ternyata juga sepaham dengannya. Mereka pun menggagas tindakan untuk menolong rakyat miskin.
Si Pitung, Rais dan Ji’i melakukan perampokan terhadap tauke dan tuan-tuan tanah kaya yang berpihak pada kompen Belanda. Hasil rampokannya itu lalu dibagikan kepada rakyat miskin. Rakyat miskin dan mereka yang tertindas serta teraniaya amat berterima kasih mendapat bantuan dari Pitung dan teman-temannya. Namun demikian, sepak terjang si Pitung sangat meresahkan para Tauke dan Para tuan tanah.
Untuk menghadapi aksi perampokan Si Pitung, Para tauke dan tuan-tuan tanah lantas menyewa centeng-centeng atau tukang pukul bayaran. Mereka mencari para centeng yang dikenal mempunyai kemampuan silat tingkat tinggi dan bersedia membayar tinggi jika para centeng itu mampu menjaga harta benda mereka agar tidak dirampok. Mereka mencari hingga kedaerah-daerah yang jauh. Meski demikian, para centeng yang terkenal mempunyai kemampuan silat tinggi itu tidak berdaya juga menghadapi si Pitung dan kawan-kawannya. Harta kekayan para tauike dan Para tuan tanah jahat itu tidak mampu mereka jaga.
Para tauke dan tuan tanah akhirnya melaporkan kejadian yang mereka alami itu kepada pemerintaha Kompeni Belanda. Pemerintah Kompeni Belanda lantas mengirimkan pasukan bersenjata untuk memburu si Pitung. Akan tetapi menangkap si Pitung dan kawan-kawannya bukanlah perkara mudah. Selain serangan-serangan mendadaknya sangat merugikan pasukan Belanda, rakyat pun membantu perlindungan bagi pitung dan kawan-kawan sehingga sulit ditemukan.
Pemerintah Kompeni Belanda lalu menerapkan siasat lain. Mereka menyatakan.” Siapa saja yang bersedia memberikan keterangan perihal dimana keberadaan si Pitung akan diberikan hadiah yang sangat besar.”
Iming-iming hadiah besar itu tidak menarik minat rakyat Betawi, terutama mereka yang miskin, menderita dan teraniaya. Selama itu mereka telah mendapatkan berbagai bantuan dari si Pitung dan kawan-kawan, tentui saja mereka tidak bersedia membantu pemerintahan Kompeni belanda. Si Pitung dan kawan-kawannya merupakan pahlawan bagi rakyat miskin dan tertindas. Bagaimana mungkin mereka bersedia membantu pemerintah kompeni Belanda yang menjajah dan membuat kehidupan mereka menjadi menderita. Meskipun sebagian dari mereka disiksa pemerintah kompeni Belanda untuk menunjukan keberadaan si Pitung, tetap saja mereka enggan menyebutkannya.
Sementara Pemerintah Kompeni Belanda tersu disibukan mencari keberadaan si Pitung. Si Pitung dan kawan-kawan terus melakukan aksi mereka. Mereka melakukan perampokan dengan target Para Tauke dan Para Tuan tanah kejam dan jahat. Hasil rampokannya tetap mereka bagikan kepada rakyat miskin yang mebutuhkan.
Apa yang harus dilakukan pemerintah belanda?
Seperti yang dilakukan di daerah-daerah lain di Indonesia, pemerintah Kompeni Belanda melakukan siasat licik. Mereka menangkap orang tua si Pitung dan memenjarakannya. Selain itu mereka menangkap Haji Naipin dan memenjarakannya. Mereka menyiksa orang tua si Pitung dan Haji Naipin agar bersedia memberitahu keberadaan si Pitung dan rahasia kesaktian terutama ilmu kebalnya.
Si Pitung dan Kawan-Kawan di serang pasukan kompeni belanda
Si Pitung dan Kawan-Kawan di serang pasukan kompeni belanda
Betapa kejinya mereka menyiksa kedua orang tua si Pitung dan juga Haji Naipin dengan siksaan yang melewati batas-batas kemanusiaan. Tidak tahan dengan siksaan yang sangat pedih itu, orang tua si Pitung akhirnya memberitahu dimana si Pitung dan kawan-kawannya bersembunyi. Haji Naipin yang sangat menderita karena siksaan yang dialaminya akhirnya juga memberitahu rahasia kesaktian si Pitung.” Jika tubuh si Pitung terkena telur busuk, maka kekebalan tubuhnya akan menghilang.”
Pemerintah Kompeni Belanda lantas mengirimkan pasukan bersenjata yang lebih besar jumlahnya untuk menangkap si Pitung dan kawan-kawan di tempat persembunyian mereka. Pasukan yang lengkap bersenjata itu juga membawa banyak telur busuk untuk menghilangkan kekebalan tubuh si Pitung.
Pertarungan yang sengit terjadi di daerah yang menjadi tempat persembunyian si Pitung. Semula si Pitung dan kawan-kawannya masih mampu merepotkan pasukan bersenjata Kompeni Belanda itu. Amukan mereka mampu menimbulkan banyak korban di pihak pasukan bersenjata. Hingga pasukan bersenjata itu melempari tubuh si Pitung dengan telur-telur busuk sebelum menghujaninya dengan tembakan.
Si Pitung, pahlawan besar Betawi pembela kebenaran itu, akhirnya menghembuskan napas terakhirnya terkena tembakan-tembakan. Si Pitung meninggal dunia sebagai pembela rakyat miskin dan tertindas akibat kekejaman dan kesewenang-wenangan penjajah.
Pesan Moral dari Kisah Rakyat Nusantara : Si Pitung dari Betawi adalah kita seyogyanya menghargai jerih payah para pahlawan karena pahlawan itu telah rela berkorban jiwa dan raga demi menegakan keadilan dan kebenaran yang telah dirusak oleh para penjajah.