Pada zaman dahulu, hiduplah sebuah keluarga serigala. Mereka tinggal di sebuah rumah sederhana. Beranggotakan ayah, ibu, dan anak. Mereka hidup damai. Setiap malam mereka selalu bernyanyi bersama. Itu sudah menjadi kebiasaan para serigala sejak lama. Karena dengan menyanyi mereka dapat menjadi bahagia.
Suatu malam saat mereka sedang asyik bernyanyi, datanglah paman harimau. “Hei buka pintunya!” teriak paman harimau. “Iya ada apa?” Tanya ayah serigala sambil membuka pintu. “Hentikan suara berisik ini! Sudah sejak lama aku ingin bicara pada kalian. Aku tidak bisa tidur jika kalian selalu bernyanyi setiap malam.” Kata paman harimau.
Belum selesai ayah serigala menjelaskan, tiba-tiba paman harimau menyerangnya. Dengan ganasnya mereka berkelahi. Ibu serigala yang mengetahui hal itu, langsung menyuruh si anak serigala berlari sejauh-jauhnya lewat pintu belakang. Ibu serigala pun ikut membantu melawan paman harimau, karena tak mungkin dapat mengalahkan paman harimau dengan mudah.
Si anak serigala berlari sekuat tenaga, entah berapa jauh ia sudah berlari. Ia sudah tidak kuat lagi dan akhirnya ia pingsan. Kabarnya ayah dan ibu serigala sudah tewas, sedangkan paman harimau menderita luka berat, sehingga anak serigala itu menjadi yatim piatu.
“Di mana aku?” kata anak serigala setelah ia siuman dari pingsan. Ia melihat sekeliling, Nampak ia berada di kamar tidur, di sebuah rumah kayu yang sederhana. “Eh kamu sudah sadar. Pak dia sudah sadar pak.” “Oh iya kah? Sebentar bapak ke situ.”
Ternyata si anak serigala itu ditolong oleh sepasang rusa. Si anak serigala berterimakasih, dan ia diangkat menjadi anak angkat rusa tersebut. Ia diberi nama baru, yaitu Beni.
Bertahun-tahun telah berlalu. Beni selalu dirawat, dididik, dan dikasihi oleh bapak dan ibu rusa. Kini ia tumbuh menjadi remaja. Ia sering membantu pak rusa berladang dan bertukang. Kadang juga ia membantu ibu rusa memasak. Ia selalu berbakti pada mereka berdua.
Suatu hari, ibu rusa melahirkan seekor bayi. Bayi rusa yang sehat dan lucu. Beni senang sekali karena ia punya adik. Ia selalu menjaganya, mengajaknya bernyanyi dan bicara, meski adiknya sekarang masih berumur satu bulan.
Hingga suatu ketika tibalah musim panen. Pak rusa dan bu rusa akan pergi ke ladang untuk memanenhasil ladangnya. Mereka menyuruh Beni menjaga adiknya. “Ben, jaga adikmu! Bapak sama ibuk mau ke ladang.” “Iya pak, siap.”
Beni menjaga adiknya sepenuh hati. Ia tidak membiarkan apapun mengganggunya, bahkan seekor nyamuk pun ia usir. Sementara di ladang pak rusa dan istrinya bercakap-cakap. “Pak apakah kita bisa mempercayakan anak kita pada Beni?” Kata bu rusa. “Pasti lah buk. Jangan khawatir.” “Aku takut pak. Kalau Beni…” “Sudah buk jangan suuzon!” “Iya pak, maaf.”
Tiba-tiba Beni berteriak dari kejauhan memanggil bapak ibunya. Sambil berlari menuju ke arah mereka. “Pak, buk!” “Ada apa? Kenapa kau di sini? Kenapa kau tak jaga adikmu?” kata pak rusa. “Anu pak…” “Astaga lihat itu! Mulut dan tangannya dipenuhi darah. Lihat pak!” kata bu rusa. “Apa yang terjadi? Apa kau memakan adikmu sendiri? Kau tak tahu balas budi ya? Dasar serigala durhaka!” teriak pak rusa dengan amarahnya. “Tidak pak, bukan seperti itu.” “Sudah jangan alasan kau!” Tanpa mendengar penjelasan Beni, dan juga tanpa pikir panjang, pak rusa mengambil sebongkah kayu. Kemudian memukulkannya ke kepala Beni, sehingga ia tersungkur tak sadarkan diri.
Kemudian pak rusa membuangnya ke sungai. “Rasakan itu serigala jahat!” “LIhat kan pak, apa yang ibu pikir benar terjadi.” “Iya buk, bapak tak menyangka hal itu.” “Ayo kita ke rumah pak, cepat!” Mereka pun berlari menuju ke rumah.
Sampai di sana mereka terkejut. Ternyata anak mereka baik-baik saja. Dan juga ternyata ada seekor ular yang mati dengan kepala yang terputus, dan sebuah golok yang berlumuran darah yang tergeletak di samping tempat tidur bayi rusa itu. “Astaga ternyata Beni melindungi adiknya dari ular ini,” “Ternyata kita telah salah sangka pak pada Beni.” “Iya buk, bodohnya aku sampai tega berbuat seperti itu.”
Kemudian pak rusa dan bu rusa pergi ke tempat dimana Beni dibuang tadi. Dengan penuh penyesalan dan air mata. Mereka hanya memandangi sungai yang mengalir deras itu. Pasti Beni sudah tewas, entah karena tenggelam atau dimakan buaya.