“Kamu tahu kan, Bapak ngelakuin ini semua, karena sayang sama kamu.”
Aruna mengulurkan sejumlah nominal keuangan, senyumnya melebar simetris secara tulus. Anak perempuan itu baru saja mendapat uang dari penghasilannya mencuri pejalan kaki yang tak sengaja lewat. Elusan kepala didapatkan Aruna karena kerja kerasnya.
“Aruna ngerti.”
Sinar yang berkilau dari kedua mata Aruna pelan-pelan meredup. Mengamati punggung bapaknya perlahan jauh keluar rumah, meninggalkan Aruna dalam kesunyian. Aruna menekan bibir, menggaruk kulitnya tak gatal, tidak tahu harus melakukan apa lagi setelah ini.
Pada akhirnya Aruna memilih tidur. Beralas koran bekas. Aruna mencoba memejamkan mata, bersama darah mengering. Ia memeluk kurus tubuhnya sendiri, menggigil karena dinginnya udara malam. Menyudutkan diri ke arah dinding, mencari kehangatan.
Saat esok kembali tiba, Aruna akan mendapatkan perlakuan sama seperti sebelum-sebelumnya.
Pagi hari di mana korban bunuhannya telah selesai dieksekusi tanpa jejak. Sarapan daging hangat dihidangkan begitu lezat di atas piring. Aruna duduk menyantap potongan daging secara lahap dibuatkan bapaknya. Kala Aruna kembali berhasil menghasilkan uang, Aruna menerima elusan yang sama.
“Kamu tahu kan, Bapak ngelakuin ini semua, karena sayang sama kamu.” “Aruna ngerti.”
Cerpen Karangan: Nur Aeti Fadilah Blog / Facebook: Nur Aeti Fadilah