Jam 3 sore mereka memulai rapat yang akan membahas tentang masa depan Feygical. Semua duduk di bangku yang sudah disediakan. Pemimpin bagian Timur yang berperan sebagai tuan rumah pun membuka rapat itu. Dengan nada angkuh pemimpin bagian timur yang bernama Hinote mulai berunding dengan pemimpin bagian lain dari Feygical. Kecuali Ellgar, di situ Ellgar diibaratkan hanya sebagai pajangan semata yang tidak punya hak untuk berbicara.
Arkasya yang tidak terima temannya dibedakan akhirnya angkat bicara. “Mohon maaf bukan bermaksud menyinggung tetapi kita di sini berniat berunding bersama tentang Feygical bukan berunding secara kelompok, jadi dengarkan apa rencana kami. Terima kasih.” ucap Arkasya tanpa rasa takut. “Bagaimana kau bisa mengusir para death hunter yang jumlahnya bahkan melebihi rakyat Feygical?” tanya pemimpin bagian utara yang bernama Gunner. ”Dan semisal kita berhasil mengusirnya dari Feygical mereka akan menyerang bumi bagian lain.” lanjut Hinote.
Dikarenakan pemimpin bagian selatan belum kembali dari penjelajahan akhirnya Louve yang menggantikannya. Setelah para pemimpin berkata seperti itu Arkasya malah tersenyum, sementara mereka semua memikirkan cara terbaik.
“Jika anda berkata demikian, apakah anda sudah menyerah dengan keadaan dan membiarkan death hunter menguasai semua sumber daya di Feygical?” tanya Arkasya. Mereka pun terdiam. “Tenang saja, aku sudah memikirkan semuanya. Termasuk rencana yang akan kita pakai.” lanjut Arkasya. “Jadi apa rencana aslimu?” tanya Hinote. “Kita akan mengalihkan perhatian para death hunter dengan cara membuat serangan besar yang dilakukan di jarak beberapa kilometer di samping markas mereka.” jawab Arkasya. “Dengan cara begitu kita tak akan bisa menang.” ucap jelas Gunner. “Benar.” ucap Hinote. “Kau tahu siapa yang bisa membuat ledakan terbesar di Feygical?” tanya Arkasya.
Kakek Oshan mulai curiga mengapa Arkasya berbeda dengan yang ia sampaikan kemarin. Louve dan Ellgar juga menyadarinya. “Dia Tiana putriku, ia bisa mengeluarkan ledakan dengan radius sekitar 130 mil. Memangnya rencanamu ada hubungannya dengan ledakan?” jawab Hinote curiga. “Dia akan mengeluarkan 2 ledakan, untuk yang pertama ledakan kecil saja untuk menarik perhatian para death hunter. Untuk yang kedua ia harus mengeluarkan ledakan terbesarnya.” jawab Arkasya. “Kau berencana menghancurkan Feygical?” tuduh Gunner. “Ledakan yang kedua itu akan aku serap sehingga itu tidak akan membahayakan rakyat Feygical. Tidak apa-apakan kalau semua death hunter ikutku serap?” tanya Arkasya. “Aerglo Gwydion! Kau sudah gila, bagaimana kalau tubuhmu tidak kuat untuk menyerap ledakan sebesar itu. Kemungkinan terbesarnya kau bisa tewas.” jelas Kakek Oshan terbawa emosi.
Mereka yang ada di ruangan itu terkejut mendengar nama itu, marga Gwydion merupakan marga terkuat pada masanya. Sekaligus marga Gwydion yang memberi nama dunia ini Feygical. Bisa disimpulkan bahwa penemu Feygical adalah seorang Gwydion. Mereka bertanya-tanya apakah ini Gwydion terakhir di Feygical.
“Kasya apa maksudmu? Kau berniat bunuh diri?” tanya Louve dangan nada tak mengenakan. Louve sudah tahu nama asli Arkasya. Dan sebenarnya ia sudah tau apa akhir dari peristiwa ini. “Apa Gwydion? Masih ada seorang Gwydion di Feygical? tanya Gunner. “Apakah kau benar-benar seorang Gwydion?” tanya Hinote dengan nada sarkas. “Ada apa dengan Gwydion? Kenapa semua begitu terkejut?” tanya Arkasya dengan bodohnya. “Aku tidak yakin.” ucap Hinote. “Aku juga.” lanjut Gunner. “Nama asli Arkasya adalah Aerglo Gwydion yang merupakan anak dari Calithea dan Donovan. Ia dititipkan di bumi selama 16 tahun.” jelas Kakek Oshan. “Dengan kata lain Arkasya ini cucu dari Vaden sang legendaris?” tanya Ellgar. “Iya.” Jawab singkat Kakek Oshan.
Sementara yang lain sibuk menanyakan asal-usul Arkasya, Louve sempat berpikir bahwa kemampuannya saat ini adalah salah. Tetapi tidak, padahal ia baru kenal beberapa hari dengan Arkasya kenapa ia tidak rela. Semenjak itu Louve jarang melakukan tingkah laku konyol lagi. Pertempuran ini akan dilaksanakan 3 hari kedepan dengan rencana yang benar-benar matang.
“Hai, kau putri dari Hinote kan?” tanya Arkasya kepada seorang gadis. “Iya, aku Tiana salam kenal.” jawab Tiana sambil mengulurkan tangan. “Aku Arkasya, ini Ellgar, dan ini Louve.” ucap Arkasya sambil mengenalkan teman-temannya juga. “Jadi bagaimana rencana jelasnya?” tanya Tiana. “Jadi kau harus mengeluarkan 2 ledakan, yang pertama sebagai umpan dan yang kedua untuk menghancurkan death hunter.” jelas Arkasya. “Bagaimana kalau rencanamu tak berjalan dengan lancar? Misalnya kau tiba-tiba tidak bisa menghilangkan atau menyerap mereka?” tanya Tiana. “Tenang saja, kau tak usah khawatir aku akan menggunakan kekuatanku yang lain yaitu pelindung angin yang akan melindungi seluruh bagian di Feygical kecuali daerah ledakan itu.” jawab Arkasya tenang.
Sehari sebelum perang akan dimulai Arkasya memberikan sebuah buku bersampul abu-abu kepada Ellgar dan menitipkan sebuah kotak juga, yang hanya boleh ia buka seusai perang. Ellgar yang mempunyai sifat malas berbicara hanya menerimanya. Sejak rapat itu Louve mulai menjauh dari Arkasya. Arkasya yang sudah terbiasa dengan keanehan Louve mulai merasa kehilangan. “Mengapa beberapa hari terakhir ini Louve menjauhiku.” Batin Arkasya.
Hari peperangan telah tiba, semua prajurit tingkat atas sudah siap tak lupa dengan rencana Arkasya. Ia sedang menyiapkan rencana-rencana tambahan yang hanya ia ketahui sendiri. Arkasya menarik napas lega, hari yang telah ia tunggu-tunggu telah tiba. Sebernarnya Hinote keberatan karena putrinya mengikuti perang ini, perang terbesar kedua setelah kejadian 16 tahun lalu. Apalagi dengan rencana yang sederhana.
“Sudah siap semua?” Tanya tegas dari Hinote. “SIAP!” jawab seluruh prajurit. “MARI KITA HANCURKAN ORGANISASI YANG TELAH MEREBUT RIBUAN NYAWA PADA PERANG 16 TAHUN LALU!” teriak Hinote. “HANCURKAN!” teriak seluruh prajurit.
Arkasya hanya bisa berharap semoga perang ini berhasil walaupun ia harus merenggang nyawa. Sama dengan halnya Louve ia berharap semoga penglihatannya salah. Kakek Oshan tidak ikut, ia tidak diperbolehkan ikut oleh para petinggi dan Arkasya.
Sesampainya di beberapa kilometer dari markas besar death hunter, Tiana mulai mengeluarkan ledakan ledakan seperti bom secara berurutan dari tangannya. Para death hunter yang merasa terancam akhirnya menyerang prajurit dari Feygical. Death hunter tersadar bahwa mereka kalah telak dan memutuskan memanggil seluruh death hunter yang tersebar di daerah-daerah di Feygical. Ini yang diharapkan Arkasya, mereka semua berkumpul lalu diledakkannya dengan ledakan yang sangat besar.
Tak sadar bahwa ada seseorang yang berpakaian aneh sudah di depan prajurit Feygical. Dia adalah Drystain ketua dari death hunter. Tak tunggu lama setelah mendapat kode dari Arkasya, Tiana mengeluarkan ledakkan yang sangat besar yang hampir setara dengan tsar bomba. Dan semua ledakan beserta para death hunter diserap oleh lubang berwarna hitam lalu dihilangkan oleh Arkasya dengan kekuatan matanya. 1, 2, 3, 4, 5 DUAAAAR! Suara dentuman yang begitu keras seolah-olah ingin menghancurkan tubuh Arkasya.
Tubuh Arkasya tak sadarkan diri, semua khawatir walau sudah tahu resikonya. Louve langsung mendekap tubuh lelaki itu. Lalu berbisik “Perang ini belum selesai Aerglo Gwydion.” 3 menit berlalu muncul seperti awan hitam yang memenuhi seluruh Feygical. Drystain, ia belum mati. “HAHAHAHA, KAU PIKIR BISA MENGALAHKANKU!” tawa Drystain. Semuanya panik, tapi dengan santainya Louve menantang Drystain. “Kalau begitu lawan aku.” tantang Louve tenang. “HAHAHA, BOCAH SEPERTIMU. MANA BISA MENGALAHKANKU.” ucap Drystain meremehkan. “Coba saja dulu.” ucap Louve tak mau kalah.
Tiba-tiba Louve terkena serangan Drystain. “HAHAHA, dasar pengecut.” rjek Louve. Louve bisa menghindari semua serangan Drystain. Sampai akhirnya Drystain menggunakan samurai yang memiliki kelebihan bisa melemahkan tubuh lawan tanpa harus menyentuhnya. Tubuh Louve tak sadarkan diri. Saat Drystain ingin meratakan seluruh Feygical dengan kekuatannya, Arkasya mulai sadarkan diri.
3 detik sebelum Drystain menggunakan kekuatannya, Arkasya mengeluarkan kekuatan matanya sekali lagi, kali ini ia tak akan menyerap melainkan melindungi seluruh Feygical. JDUAAAAAAARRR! Bunyi kekuatan dua lelaki itu bertubrukan.
Seluruh Feygical seperti dilapisi angin biru yang sangat tebal. Hampir 9 menit angin biru itu mulai pudar dan menampakkan seorang lelaki yang terbungkus angin biru yang sama. Ia adalah Arkasya. Saat Ellgar mengecek nadinya, ia masih hidup. Tim medis sedang mempertahankan agar Arkasya tetap bernapas. Saat Louve bangun ia mulai mencari keberadaan Arkasya, ia berharap agar takdir itu salah.
Saat ia berada di ruangan di sana terdapat Kakek Oshan yang sedang menangis. “Kesadaran di tubuh Arkasya mulai menurun drastis, sebenarnya ia bisa melindungi tubuhnya dengan pelindung itu lebih tebal lagi. Tetapi ia lebih memilih melindungi Feygical.” jelas Kakek Oshan kepada Louve. Louve yang tak tahan, ia memutuskan untuk keluar dari kamar itu namun ada tangan yang menggenggamnya. Pemilik tangan itu adalah Arkasya. “Jangan pergi, kau seharusnya sudah tahu kan apa akhir dari hidupku. Maka temanilah akhir dari hidupku my first love.” Ucap Arkasya.
Setelah mengatakan itu jantung Arkasya mulai beristirahat. Louve pun mendapatkan pelajaran dari peristiwa ini bahwa kita tidak akan bisa melawan takdir. Sekuat apapun dirimu untuk bertahan pasti angin takdir langsung menghalaumu.
Cerpen Karangan: Intania Aziza Blog / Facebook: Intania Azizaf