“Nay, cepet dong!” keluh Shina, sahabatku. “Iya Shina cerewet!!” ucapku sambil menekankan nada bicaraku. “Yuk Shin!” ajakku. Kami segera naik Taksi yang sudah di pesan Shina. Rencananya, hari ini kami akan hang out bareng.
Dua jam kemudian… “Shin, capek nih!, dari tadi muter-muter terus!” protesku. “Iya iya, sekarang ke cafe aja yuk!” ajak Shina dengan nada santai. Aku menurut saja. “Kamu yang traktir yah” pintaku dengan memasang mimik muka melas. “Iya deh Nayya sayang!” ucap Shina sambil mencubit kedua pipiku. “Aww.. sakit tau!” ucapku. Shina tertawa kecil.
“Hai, boleh gabung gak?” tanya seseorang. Aku menatap wajahnya. ‘Deg’. Seketika Aku terkejut. Itu adalah Yusuf!. Cowok yang selama ini Aku kagumi diam-diam. Dia teman sekelasku. “Boleh” jawab Shina. Aku pura-pura membaca novel yang kubawa dari rumah. “Eh Shin, minta nooernya dia dong” Sekilas Aku mendengar Yusuf berkata begitu. “Dia siapa?” tanya Shina. “Itu, si Nayya. Pleasee…” pinta Yusuf setengah berbisik. “Iya boleh. Lo naksir sama si Nayya?” tebak Shina. “Ng.. nggak kok, gue cuma mau nambah daftar kontak aja” jawab Yusuf datar. “Ya udah, ni catet!, 085xxxxxxxxx,” Shina mendikte nomorku. “Nay, ada yang naksir nih sama kamu!” goda Shina. “Ih, apaan sih Shin!” ucapku kesal. Yusuf hanya senyam-senyum gak jelas.
“Nay, kamu udah jadian sama Yusuf?” tanya Inez. “Ih, kata siapa kamu nez?, Aku nggak pernah deket sama Yusuf. Apalagi jadian” jelasku tegas. “Enggak, cuma mastiin doang” ujar Inez lalu berlalu. Aku hanya menganggap itu sebagai angin lalu saja.
“Nayya!!!, mana sih ni anak?” teriak Shina. “Nayya!!” teriaknya lagi. “Apaan sih Shin?, lagi serius baca buku nih” omelku. “Nih” ucapnya sambil menyerahkan secarik kertas warna ungu. “Apa ini?” tanyaku. “Dari Yusuf, nggak tau apaan isinya” jelas Shina. “Ngapain dia ngirimin surat buat Aku?” Tanyaku lagi. “Mungkin surat cinta Nay, he he.. Bye!” Shina berlari entah ke mana. Apakah… Ah mungkin hanya khayalanku saja. Dengan hati-hati, Aku membuka kertas itu.
Nay, kutunggu kau di lorong paling belakang sekolah. Maksudku, di belakang ruang gudang. Aku tidak bermaksud apa-apa kok. Please, datang ya!. Yusuf
Hah?, mimpi apa Aku semalam. Yusuf mengajakku ketemuan. Di tempat sepi lagi. Ada apa ini?. Aku segera menuju lorong paling belakang sekolah. Ya, di sana sudah ada Yusuf. Hatiku berdegup kencang. “A.. ada apa suf?” tanyaku gugup. “S.. sebenarnya…” ucap Yusuf tersendat-sendat. “S.. sebenarnya a.. apa?” tanyaku lagi. Aku lebih gugup dari sebelumnya. “S.. sebenarnya sejak dua bulan lalu, Aku menyukaimu. Karena kamu cewek yang baik, pandai, sederhana dan pengertian. Aku jadi suka sama kamu” jelas Yusuf. Seketika Aku nervous. Jawaban apa yang kuberikan. Sebenarnya, Aku juga suka sama Yusuf, tapi… “Mm… beri Aku waktu!” jawabku tegas. “Oke, gak papa kok. Aku akan tunggu jawabanmu” ucap Yusuf dengan senyum manisnya.
“Shin, temenin Aku ke perpus dong!” pintaku. “Iya Nay, yuk!” balas Shina. Setelah mengisi daftar hadir, Aku dan Shina segera memilih-milih buku. Aku mendengar Inez berbicara pada sahabatnya, Cahya. “Cahya, aku mau curhat ke kamu boleh nggak?”. “Iya boleh Nez”. “Aku tuh sebenarnya suka sama Yusuf. Tapi, Yusuf nggak suka sama Aku. Dia sukanya sama Nayya. Mungkin nasibku seperti ini ya”. “Kamu yang sabar aja Nez, suatu waktu kamu pasti bisa dapetin Yusuf”. Ya Allah… ternyata Inez suka Yusuf. Aku akan bicara pada Yusuf.
“Suf, aku mau bicara empat mata sama kamu” ucapku. “Iya, boleh kok!” jawab Yusuf. “Tolong Aku ya” pintaku. “Tolong apa?” tanya Yusuf. “Tolong kamu jangan sukai Aku dan lupakan Aku” ucapku tegas. “Kenapa?, apa kamu tidak suka Aku?, apa kamu..” ucapan Yusuf terpotong. “Ssstt…” Aku menempelkan jari telunjukku pada bibir pink Yusuf. “Tidak ada pertanyaan. Pokoknya kamu harus lupain Aku. Move On dari Aku!” jelasku lalu berlalu.
Walau rasanya sakit, tapi Aku tetap menahannya. Mungkin lebih sakit hati Inez. Bulir-bulir halus mengalir indah di pipiku. Aku tak kuasa menahan tangis. Ada yang menepuk pundakku dari belakang. “Hai, kenapa nangis?” tanya Yusuf. “Pergi Suf, jangan ke sini!, tinggalin Aku!” teriakku terisak-isak. “Nay, kenapa kamu begini?” tanya Yusuf lagi. “Hiks.. hiks… hiks… pergi Suf!, pergi!!” teriakku. “Nay!” bentak Yusuf. “Apa?!” Aku balas membentaknya. “Kenapa kamu begini?” tanyanya lagi. Aku tak menjawabnya. Aku berlari tak tentu arah.
Ting tong… Ting tong… Bel rumahku berbunyi. Kakakku, Kak Nasya yang membukakan pintu. Aku harap, itu bukan Yusuf. Ah, ternyata Pak Pos. “Nay, ada paket buat kamu nih!” panggil Kak Nasya. “Iya Kak” balasku.
“Wow, paket ini sangat berat!” Aku terkagum-kagum. “Pasti isinya bagus” gumamku. Siapa pengirimnya ya?, Ah, nanti saja deh. Laper nih.
Malam harinya… “Uh… banyak banget sih PR ini” gerutuku kesal. Oh ya, Aku teringat paket tadi. “Dari siapa ya?” tanyaku sambil mengelus-elus paket tadi. Aku menyobek kertas cokelat yang membungkus paket itu. “Wow, alat lukis dan buku novel best seller, dari siapa ya?” tanyaku. Ada suratnya!, isinya…
Hai Nayya!, bagaimana kabarmu?, semoga baik-baik saja. Aku Yusuf. Maafkan Aku Nay. Kenapa kamu menolak menjadi pacarku?, ada masalah?, kamu bisa bilang sama Aku. Aku nggak mengharapkan apapun dari kamu. Cuma satu. Apa alasan kamu nolak Aku?, Apakah kamu nggak suka sama Aku?. Please… jawab pertanyaanku Nay!, Yusufa A.
“Bagaimana Aku bilang ke Yusuf?” tanyaku. Aha!, lebih baik Aku kirimi dia surat aja. Segera Aku mengambil kertas dan pena untuk menulis surat.
Maafkan Aku Yusuf. Aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku punya alasan tersendiri. Apakah Kamu tau?, Inez begitu mencintaimu. Aku kasihan padanya. Tolong jangan marah!. Satu permintaanku, tolong kamu nyatakan cintamu pada Inez. Aku tau, ini sakit bagiku dan juga bagimu. Tapi, inilah yang membuatku bahagia. Terima kasih Yusuf… Usai menulis surat tersebut, Aku langsung terlelap dalam mimpi alias tidur.
Kringg… Kringg… Kriiingg… Bel pulang sekolah berbunyi, Aku segera mengemasi peralatan sekolahku. “Nay, maaf ya. Aku gak bisa bareng sama kamu, ada urusan!” ucap Shina. “Iya, gak papa kok” balasku. “Duluan ya, semua!” ucapku pada yang piket. “Iya Nay!..” balas semuanya ceria “Aaaaaa!” Aku berteriak kencang.
“Ssssttt… diam!, ini Aku, Yusuf!” ucap Yusuf. “ih, apaan sih!” ucapku kesal. “Tenang dulu Nay, aku.. a.. aku mau bicara bentar.. aja sama kamu” jelas Yusuf gelagapan. “Cepetan!” ucapku ketus. “Ok, aku akan turutin semua permintaan kamu. Walaupun terpaksa. Ini semua demi rasa sayangku padamu Nay” ucap Yusuf. “Masih kurang satu lagi!” ucapku tegas. “Apalagi?” tanya Yusuf. “Kamu harus mencintai Inez apa adanya. Tanpa paksaan dan dengan ketulusan. Mengerti?”. “Ok, Aku janji padamu. Besok akan kulakukan” janji Yusuf.
“Nayya, kamu tau berita terbaru hari ini gak?” tanya Shina. “Nggak, ada apa?” Aku balik bertanya. “Inez sama Yusuf jadian” ujar Shina antusias. Aku tersenyum. Yusuf benar-benar laki-laki yang dapat di percaya. “Kamu nggak cemburu Nay?” tanya Shina membuyarkan lamunanku. “Ih, kamu goda-goda Aku terus. Ya enggak lah…” sahutku sekenanya. Shina tertawa lepas.
“Nay, Aku sudah menepati janjiku, ini demi Kamu!” ucap Yusuf. “Ya Yusuf, terima kasih” balasku. “Kuharap, kau bisa mencintai Inez dengan tulus!” sambungku. Secara refleks, Yusuf memelukku. Rasanya hangat sekali. “Yusuf, jangan seperti ini!, lepaskan!” teriakku. “M.. Maaf” ucap Yusuf sembari melepaskan pelukannya. “Oya, Aku mau bilang satu lagi. Kita hanya sebagai sahabat saja ya, dengan begitu kita tetap bisa bersama. Lama-lama, Kamu juga bisa move on dari Aku” jelasku. “Ok, Aku terima ini Tos persahabatan!” ujar Yusuf. “Tos!” ucap kami bebarengan.
Suatu hari.. “Drrt. Drttt. Drrrtt.” Hp-ku bergetar. Ada satu pesan masuk. “Nay cepet datang ya”. Dari Yusuf, ada apa?. Aku segera menyiapkan diriku. Ternyata, di ruang tamu ada Yusuf. “Ada apa suf?”. “Inez selingkuh Nay”. “Apa?!”. “Lebih baik, Aku sama kamu aja Nay, apakah kamu mau menjadi pacarku?”. “Iya Yusuf”.
Sejak saat itu, kami berpacaran. Setelah lulus SMA, Aku melanjutkan kuliah di Universitas yang sama dengan Yusuf.
Beberapa tahun kemudian, Kami lulus kuliah. Yusuf bekerja sebagai Montir dan mempunyai bengkel sendiri. Setelah itu, Kami menikah dan hidup bahagia selamanya.
E N D
Cerpen Karangan: Chelzi Yuri R. Namaku Chelzi Yuri Rahmawati (Yuri). Sekian Terima kasih… ^_^