Semilir riuh angin menjatuhkan angin, yang harus jatuh sebelum ia harus jatuh. Pagi itu di balik menawan gagahnya gunung Ciremai, bukit bukit & yang lain disekitarnya bercakapan dengan sopan. Memberikan kehormatan pada kami yang sedang berjalan, mendaki untuk mendekatinya lebih dekat lagi. Aku rasa kegiatan tahun sekarang lebih seru lagi, kini lebih dekat dengan alam.
Aku Difta, lelaki yang sedang menempuh semester akhir di kampus yang berada di Jakarta. Pembimbing mengadakan kegiatan konservasi yang berada di daerah gunung Ciremai Jawa Barat. Perjalanan yang cukup jauh juga, yang kami tempuh sepanjang perjalanan menuju tempat tujuan. Kebetulan cuaca hari ini mengundang kantuk, rasanya ingin cepat mendirikan tenda & rebahan. Dingin, sangatlah dingin.
Elok pagi membangunkan semua penduduk disini, termasuk aku yang terbangun pada tidur yang tak karuan nyenyak. Benar benar sangat dingin, tapi Tuhan maha adil dengan membuat sekitar lereng penuh dengan pesona & menghangatkan jiwa.
“Dif, kamu udah bangun?” Tanya Gina “Eh iya nih Gin” jawabku “Gimana tidurnya semalam?” Sambung Gina “Kurang nyenyak, gara gara dingin. Kamu bagaimana?” Tanya ku Sepenggal percakapan menjadi obrolan hangat di pagi ini, setelah seharian menuju puncaknya. Mentari kurang timbul, dikalahkan oleh embun & gerimis yang meringis namun bukan hujan.
Gina, seseorang yang selalu aku tulis namanya dalam buku catatanku. Ia adalah teman kampus, yang mungkin cukup lebih lama aku mengenalnya. Bagaimana bisa ia masuk & menyelinap pada hatiku? Sebenarnya hanya kedekatan yang mengawali semua perasaan ini. Aku selalu menyembunyikan meronanya hatiku, slalu aku simpan perasaan ini, semakin aku tumpuk & belum bisa aku utarakan.
Dari percakapan singkat tadi, tak terasa mentari mulai timbul namun suhu pada rasa dingin tetap muncul. Pagi menuju siang berasa masih shubuh, kegiatan mulai padat. Edelwies menambah lukisan indah saat aku & yang lainnya mulai melakukan kegiatan. Sejajaran tumbuhan tumbuhan lainnya yang belum aku ketahui mulai terlihat, sahabat sahabat dari gunung Ciremai sudah menampakan puncaknya.
Sekilas terbesit dari pikiranku, apa iya ini waktu yang tepat untuk mengutarakan perasaanku pada Gina? Gumamku
Setelah cukup lama kegiatan berlangsung, mentari mulai menurun. Awan awan biru muda mulai menutup cahayanya, berganti oleh kabut malam yang menandakan malam telah tiba.
“Dif, gua pinjem gitar dong” sapa Dion temanku “Oke, ada di belakang” balasku
Kedekatanku dengan Dion lebih lama dibanding Gina. Sudah aku anggap lebih dari teman, kepedulian & keep solidnya yang aku kagumi.
Aku yang sedang berada dalam tenda, mendengar Dion sedang memainkan gitarku di luaran sana. Mungkin saatnya aku menghampiri Gina, ini saatnya. Ayolah Dif, masa harus terus ditumpuk? Ga baik juga gumamku dalam hati
Tidak lama aku melihat Gina sedang berpapasan bersama Dion. Lagunya seperti menyayat, penuh perasaan yang tak ku habis fikir. Niat ingin menghampiri Gina aku kurungkan, mungkin lebih baik esok saja.
Pagi kedua berada disini, aku menghampiri Gina kebetulan aku pun ingin menanyakan tentang kedekatannya dengan teman ku Dion.
“Hai Gin, selamat pagi” sapaku “Eh hai, selamat pagi kembali Dion” balas Gina “Tumben udah bangun nih hhe?” Tanyaku “Iyah nih, sengaja aja pengen nikmatin keindahan puncak lebih pagi” jawabnya
Sudah aku bilang dalam hati, harus siap. Tapi bibir ini slalu gugup. Bagaimana jika jawaban dari pertanyaanku tak sesuai dari harapanku?
“Gin, aku mau nanya sesuatu” ungkapku “Boleh, mau nanya apa Dif?” Balasnya “Kamu udah dekat lama sama Dion?” Tanyaku “Lumayan lama sih, dari awal aku masuk kampus ini aja” jawab Gina
Ternyata ada seseorang yang lebih mengawali kedekatanku, yang tak kusangka adalah teman dekatku sendiri. Padahal yang aku tau Dion & Gina tidak pernah mengutarakan kedekatannya masing masing. Ternyata aku harus segera mundur, mundur perlahan.
“Emang kenapa gitu Dif?” Tanya Gina “Emm, ngga ko ngga” balasku dengan sedikit gugup
Aku mungkin tidak perlu lagi jawaban, karena dari puncak ini aku menjadi tau. Bahwa perasaan tak harus diungkap, biarlah.. biarlah tetap bisa kunikmati walau rasa kecewa ada, namun kebencian tak harus aku tanamkan. Mungkin iya juga aku yang salah, mengapa aku terlalu egois & tidak memahami sekitarnya?
Dari obrolan gugup tadi, aku menyempatkan sarapan menuju tenda. & tidak sengaja ada sebuah buku kecil, yang kemungkinan ini adalah sebuah diary entah punya siapa. Terlihat jelas & aku ambil, rasa penasaran mulai muncul saat aku sedikit membukanya ternyata itu milih Gina, yang kemungkinan jatuh.
Dari isi yang kubaca sedikit, nama Dion banyak tertulis. Lalu bingkai berukuran foto kecil yang didalamnya adalah Gina & Dion. Lebih awal lebih banyak. Sudah tidak ingin aku melihatnya lebih jauh lagi, yang ada hanyalah kekecewaan terhadap diri ini.
“Gin, ini diary punya kamu?” Tanya ku “Ya ampun, makasih yah Dif. Kamu nemu dimana?” Balasnya “Hhee iya, tadi aku nemu di bawah dekat tenda sekretariat” sambungku sembari tersenyum kecil Terlihat pancaran ketakutan tentang hilangnya diary itu, lantas bagaimana jika ia kehilangan Dion seseorang yang menjadi kekasihnya yang ada dalam diary itu. Lebih sedih & takut mungkin? Gumamku
Dari Ciremai ini aku menjadi tau, bagaimana caranya menikmati keindahan walau pada suhu yang dingin sekalipun. Atau pada keadaan cuaca tak mendung sekalipun. Cukup sabar, pejamkan mata & berdoa yang terbaik untuk seseorang yang masih Tuhan rahasiakan. Aku yakin, Tuhan akan memberikan pengganti Gina.
Tumpukan tumpukan perasaan aku tidak akan aku buang, akan aku simpan & perlahan aku ganti dengan kisah yang baru yang belum aku tau kapan datangnya. Tentang persahabatan & cinta aku pilih keduanya, karena apa? Sahabat lebih dekat namun cinta pun menanamkan rasa kesabaran walau pada seseorang yang sulit kudapatkan. Selamat Difta, ini jawabannya yang bertahun tahun tertumpuk.
Cerpen Karangan: Asep Mugni Munggaran Blog / Facebook: Deas Mugni Note: Terima untuk yang sudah membaca karya saya, mohon maaf apabila jika ada kata/kalimat yang kurang baik. Maklum masih tahap pembelajaran. FB: Deas Mugni IG: @Deasmugni
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 23 Agustus 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com