Oh.. kepada siapa aku harus meminta tolong? Mama! Aku ingat mama, kenapa tiba-tiba aku mengingat mama? Tidak hanya mama, tapi juga papa, dan orang tua yang lain. Tunggu dulu, ingat? Aku bahkan tak pernah bertemu dengan orangtua teman-temanku, tapi aku seprti melihat film yang sedang diputar. Sepasang suami istri dengan warna rambut mirip Ghen, sang istri tengan menggendong bayi muni dengan ciri fisik seperti pasangan itu, sebuah keluarga? Mereka tampak bahagia, di tempat tak jauh dari mereka kulihat keluarga lain dengan satu anak berciri-ciri mirip Frost sedang menhampiri keluarga pertama. Dan, di antara tanaman rambat terlihat keluarga dengan dua bayi, hm.. kembar? tapi warna rambut mereka tak sama, bayi dengan warna rambut sama seperti sang bunda, biru muda, tengah digendong oleh sang ayah, sedangkan bayi berambut hitam digendong oleh sang bunda, namun.. ada yang beda, salah satu mata dari bayi berambut hitam berwana biru sama seperti saudara kembarnya, sedang satunya berwarna hitam.
Ketiga keluarga tersebut bertemu lalu duduk di antara suasana bahagia, mereka terlihat akrab. “Aku ingin mereka menjadi seperti bunga edelwis yang tetap bertahan dalam waktu lama dan kondisi apa pun, edelwis yang sulit ditemukan namun banyak dikagumi orang karena pesonanya” ujar pria berambut hitam di tengah obrolan mereka “Kau benar, aku yakin mereka akan seperti itu jika sudah besar kelak” balas pria berambut jingga “Semoga mereka dapat berguna bagi yang lain dengan kekuatan mereka masing-masing” pria berambut silver menimpali, para istri hanya tersenyum dan mengiyakan seraya menatap buah hati mereka.
“Nero, bangunlah!” samar-samar kudengar suara memanggilku bersamaan dengan tubuhku yang diguncang, hm..de javu? Perlahan aku membuka mataku, sesosok wajah kalem yang tak asing tampak terlihat cemas. “Mao? Di mana poni panjangmu?” aku tersentak saat kulihat wajah Mao dengan jelas tanpa terhalangi poni panjang yang menutupi mata kanannya. “Em..entahlah, ketika aku terbangun aku sudah seperti ini, maksudku kita semua banyak berubah ”jelasnya memperlihatkan telapak tangan dan pedangnya, telapak tangannya dapat mengalirkan air ke pedangnya sehingga pedang itu bercahaya “Wow.. itu hebat! apa fungsinya?” tanyaku “Aku belum tau, mungkin untuk menyerang?” jawab Mao yang juga tak tau “Hei, pedang sudah pasti untuk menyerang, memangnya untuk apa lagi?” timpalku dengan raut muka kesal, “Hehe.. aku juga tak tau” jawabnya dengan tawa tanpa dosa. Lalu, apa yang berubah padaku?” tanyaku mengalihkan pembicaraan “Lihat rambutmu” tunjuk Mao pada rambutku yang kini terdapat warna hitam di beberapa tempat “Kau benar! Umm.. apa ini tak masalah?” gumamku “Kau tau? dengan begini kita menjadi saling melengkapi, mataku punya dua warna, dan rambutmu punya dua warna. Mungkin kita saudara” ucap Mao, mengingatkanku pada mimpiku tadi.
Kami semua memang banyak berubah. Frost sekarang bisa menghilangkan hawa dingin di sekitarnya, begitu pun dengan Ghen yang kini bisa memadamkan rambut apinya tanpa harus mematikan kekuatannya, jika seperti itu artinya kekuatan kami bertambah. Semua perubahan itu kami dapatkan saat terbangun dari pingsan karena udara dingin tadi malam.
“Selamat datng wahai putra-putri kepala kaum” sebuah suara mengejutkan kami disaat kami sedang membicarakan perubahan kami. “Siapa kau?” teriak Ghen “Tenanglah wahai putra kepala kaum Ghen Iphnaz, aku tak akan menyakiti kalian. Ikutilah orb itu” jawab suara itu disusul munculnya orb keunguan yang kami lihat sebelumnya. “Aku tak akan mengikuti perintah seseorang yang tak kukenal dan bahkan tak kulihat wujudnya” ucap Frost, “Haha.. kau mirip sekali dengan ibumu wahai putri kepala kaum Frostzeoin, kalian dingin dan penuh curiga” sahut suara tanpa wujud, “Hm.. aku hanyalah seseorang yang diberi kepercayaan oleh orangtua kalian” lanjut suara itu “Jadi?” tanyaku “Kalian cukup ikuti orb itu saja, sesuatu yang kalian cari akan segera kalian dapatkan” ucap suara itu. Aku menatap Frost, sepertinya ia maih enggan untuk percaya pada suara itu “Ayo kita ikuti saja perintahnya, aku pikir ini hal baik” ucapku “Benar, kita ikuti saja dulu” sambung Mao menyetujui “Jika nanti ternyata kita dijebak, ayo kita hajar habis-habisan!” lanjut Ghen membujuk Frost, Frost pun akhirnya setuju.
Kami hanya diam dan mengikuti orb. Kami berjalan menuju sebuah hamparan bunga yang sangat luas. “Di mana ini?” tanya Frost. Tunggu, tempat ini sama seperti yang muncul di mimpiku saat di pohon besar tadi malam. Di hamparan bunga ini ada sebuah meja putih dan dua kursi panjang berwarna putih, orb berhenti, lalu lenyap.
“Duduklah wahai putra-putri kepala kaum” perintah suara misterius, “Sebenarnya siapa yang kau maksud dengan putra-putri kepala kaum?” tanya Mao “Hahaha.. itu kalian semua sayang” jawab suara misterius diikuti tawanya “Kami?” balas kami hampir bersamaan “Sudahlah, sebaiknya kalian duduk di kursi putih itu, aku akan member tau sesuatu” ucapnya, kami hanya mengikuti perintahnya.
“Nero Puraluz, Hayama Otoyashi, kalian adalah saudara kembar anak dari Zract Otoyashi manusia ahli pedang yang selalu siap mati demi sesuatu yang benar dan Voima Milumanero seorang blester manusia dan kaum Neroanmore, orangtua kalian adalah teman setim ditambah dengan ibunda Frostandtro, Hiwaru Frostakia. Mereka bertiga menegakkan kebenaran di kaum Neroanmore dan kaum Ghen Iphnaz yang saat itu bermusuhan. Mama si kembar adalah wanita yang kuat, percaya diri dan cantik, itu karena dia memiliki darah manusia yang lebih percaya diri, tak seperti kaum murni yang terlalu lembut. Mama Frost, seperti yang kukatakan saat tadi sebelum kalian ke sini, dia wanita yang dingin dan tegas. Saat mereka memulai perjalanan, Mama si kembar selalu menulis apa saja yang ia lewati dalam buku diary yang ditemukan si kembar, sebenarnya itu memang untuk kalian semua”
“Lalu, bagaimana dengan kaum kami?” tanya Ghen “Papa kamu seorang tangan kanan kepala kaum Ghen Iphnaz, Papamu juga ikut berperan dalam perdamaian kaum Neroanmore dan kaum kalian karena ia berteman dengan tiga orang tadi. Setelah kedua kaum itu berdamai, papa Ghen, Mama Frost, dan Mama si kembar diangkat menjadi kepala kaum sebagai penghargaan untuk mereka, kecuali papa si kembar karena dia manusia murni, namun ia dijadikan sebagai penasihat tiga kaum sekaligus. Tanpa disangka-sangka, papa dan mama si kembar pun menikah, begitu pula dengan mama Frost yang dinikahi sesame kaumnya dan papa Ghen pun demikian. Hingga kalian pun lahir. Tapi..” suara itu berhenti “Tapi kenapa?” tanyaku penasaran
“Tapi, tak seharusnya orang-orang dari masing-masing kaum menikah karena mereka diciptakan dari Hojalium, sebuah daun berbentuk mirip kantong semar yang pada waktu tertentu terdapat bayi-bayi mungil yang siap dibesarkan. Sehingga keadaan fisik mereka mulai melemah, Mama si kembar masih bisa bertahan karena darah manusianya, begitu pula papa si kembar yang paling lama bertahan karena ia manusia murni, namun usia manusia pendek, belum sampai kalian dewasa ia telah tiada. Kalian pun dibesarkan oleh alam, takdir mempertemukan kalian untuk melanjutkan tugas orangtua kalian kalian” suara itu berhenti, disusul dengan samar-samar kami melihat tiga pasang suami istri. “Itu… MAMA! PAPA!” teriakku menarik tangan Mao, mereka tersenyum pada kami berdua. Begitu pula dengan orangtua Ghen dan Frost “Oh.. kembarku sayang, maafkan mama yang tak bisa membesarkan kalian dengan semestinya, kalian pasti telah lupa dengan mama, tak apa, walau begitu sebenarnya papa dan mama selalu ada di sekitar kalian, hanya kalian saja yang tak melihatnya. Berterima kasihlah pada papa yang sudah sabar membesarkan kalian walau tak lama. Maafkan kami telah menelantarkan kalian, tapi percayalah, kami menyayangi kalian” ucap mama dengan senyum sendunya, papa tersenyum di samping mama.
“Nero sayang, kau sebenarnya lebih dari hanya bisa mengobati, kau pun bisa membuat senjata atau apa pun dari kekuatan airmu, kau punya punya darah manusia, jangan berkecil hati, jadilah lebih hebat dari mama” nasihat mama, aku hanya bisa mengangguk menahan tangis “Dan Mao sayang, bakat pedangmu sudah mulai terlihat, saat mama melihatmu bertarung, mama ingat papa, kalian mempunyai teknik pedang yang mirip. Tapi Mao, sebenarnya kau bisa melakukan lebih dari itu karena kau memiliki darah Neroanmore juga, matamu yang berbeda warna, darahmu yang berwarna biru gelap hampir ke merah, dan air yang dialirkan dari telapak tangan ke pedang. Kalian berdua unik dan spesial” lanjut mama
“Dengan menyatukan kekuatan kalian, pimpinlah kaum Neroanmore yang telah lama kosong kepala kaum” jelas papa “Tetap berhubungan baik dengan kaum Frostzeoin dan kaum Ghen Iphnaz, mereka saudara kalian” lanjut papa “Uh.. mama, papa, tetaplah dengan kami” ucapku tak dapat menahan tangis, Mao menenangkanku “Kembar sayang, kami harus pergi, kami percaya kalian kuat. Pimpin kaum kita nak, jawab mereka saat bertanya, temani mereka saat kesepian, hibur mereka saat sedih, dan selalu percaya pada mereka” kata-ata mama disambut dengan tetes air dari matanya. Tak sadar pipiku pun telah basah, dadaku sesak saat tadi menahan tangis, Mao yang kukenal tegar pun matanya telah berkaca-kaca. Perlahan, orang tua kami mulai menghilang, tinggalah kami yang masih menangis pilu.
“Untuk apa kita terus menangis, ayo kita jalankan pesan orangtua kita!” ucap Ghen penuh tekad. Benar, menjadi kuat dan tahan seperti bunga edelweis yang diinginkan. Kini di depan kami telah melambai-lambai sebuah tanggung jawab untuk memimpin kaum yang hebat. Because.. we are edelweiss!
Cerpen Karangan: Neroyuant Blog: Neroyuant.blogspot.com Halo saya neroyuant, saya pemula dalam menulis tapi saya harap semoga saya bisa bisa konsisten dalam menulis. Terima kasih sudah membaca karya saya
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 25 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com