Ayah baru saja meninggal. Salah satu asistennya berkata sambil terengah-engah kepada ibuku. “M-maaf-kan saya nyo-nya.. Tuan besar… Te-lah meninggal…” Ucap asisten ayah sambil terputus-putus. Kalimat itu, membuat ibuku sangat terpukul. Salah satu orang yang dicintainya pergi meninggalkannya. Padahal saat itu, umur ayah kalau tidak salah, masih saja berumur 31 tahun. Umur yang terlalu muda untuk meninggalkan dunia yang suram ini. Aku yang saat itu masih saja berumur 4 tahun, mungkin tidak mengerti apapun yang dimaksud dengan kematian. Aku hanya mendengar, melihat, dan memahaminya secara perlahan-lahan.
Sejak malam itu, ibuku selalu mengurung diri di dalam ruangannya. Sudah berkali-kali aku mengajaknya untuk keluar, namun sayangnya, tidak ada satu pun jawaban yang keluar dari mulutnya. Alhasil, aku pun hanya ditemani oleh pelayan paling setia ibuku, yaitu Izz.
Bangsawan-bangsawan lainnya berusaha menjatuhkan reputasi keluargaku dengan rumor-rumor yang tidak benar adanya. Ada yang menyebutkan, bahwa ibuku adalah Ratu Hitam, itulah sebabnya mengapa ayahku meninggal dunia. Selain itu, sebuah rumor yang paling menggangguku adalah: Ibuku sendiri lah yang membunuh ayahku Karena rumor-rumor itulah, aku mengurung diri di dalam mansion milik ibuku. Mungkin saja, aku hanya keluar dari mansion ibuku sebanyak 2 tahun sekali. Itu pun, hanya Ketika terdapat sesuatu yang penting.
Sudah 11 tahun sejak ibu mengurung diri di dalam ruangannya. Anehnya, aku tidak merasa khawatir kepada beliau. Izz selalu mengatakan, jika ibu sedang baik-baik saja. Tetapi aku selalu membantahnya, karena ibu terlalu lama untuk mengurung dirinya.
Tak terasa, aku menginjak umur 15 tahun. Dengan bantuan Izz, aku dapat mengurus dokumen-dokumen keluarga Costea, yang biasa ayah lakukan bersama ibu. Memang sedikit sulit, namun aku dapat mengatasinya, dengan meniru dan memahami penjelasan dari Izz.
Malam itu, aku tidak tidur. Dokumen-dokumen lain masih belum terselesaikan. Mataku terasa berat. Aku memang tidak tidur selama 3 hari berturut-turut. Izz sempat memaksaku untuk berhenti, namun aku membantahnya dengan meminum ramuan sihir yang dapat menghilangkan rasa kantukku. Syukurlah, tidak sampai tengah malam, aku dapat menyelesaikan dokumen-dokumen tadi. Sekarang aku akan mandi, lalu tidur di kasur yang sangat empuk.
Aku melewati lorong yang lumayan gelap, namun 3-5 lampu yang cukup terang membantuku untuk berjalan di sini. Aku melewati ruangan ibuku, dan terkejut melihatnya. Pintu ruangan ibu terbuka setengah. Hal yang sangat aneh bagiku. Selama 11 tahun, ibuku tidak pernah membuka pintunya meski pun tidak ada satu orang yang melewati ruangannya. Karena penasaran, aku mencoba mengintip di dalam.
Lampu ruangan menyala. Namun cahayanya sedikit redup, membuatku susah untuk melihat ke dalam ruangan ibu. Aku berusaha menginjakkan kakiku ke dalam. Karpet ruangan yang terasa sama kelembutannya, bahkan harum kamar yang dipenuhi wewangian bunga lavender, bunga kesukaan ibuku. Namun, Ketika aku melangkahkan kakiku semakin dekat dengan tengah ruangan, kakiku merasa hal yang aneh. Aku menengok ke bawah. Dan mendapati sebuah cairan lengket yang berbau amis. Aku tidak menyangka hal seperti ini terdapat di dalam ruangan ibu.
Karena terlalu gelap, aku pun memakai sihir penerang yang pernah diajarkan oleh Izz beberapa tahun yang lalu. Sihir ini membantuku untuk melihat dalam keadaan gelap. Ketika sudah lumayan terang, Tiba-tiba badanku terjatuh ke bawah. Kaget melihat cairan lengket yang berupa darah segar. Apakah darah ini merupakan milik ibu? Apa yang terjadi kepada ibu selama 11 tahun mengurung diri??
“Lho, isha kok di jam sekarang belum tidur?” Suara yang serak mengagetkanku. Aku mengenali suara serak ini. Ya, betul. Suara ini merupakan milik ibuku. Syukurlah, sepertinya ibu baik-baik saja. Aku mencoba mencari tahu suara ibu berasal. Aku pun mengarahkan sihir penerang ke arah kasur yang berada di tengah ruangan. Ibuku duduk disana, tangan kanannya seperti mengelus sesuatu. Aku pun terdiam. Benda yang dielus oleh ibu bukanlah sebuah boneka maupun binatang. Namun, benda itu adalah sebuah kepala manusia yang baru saja dipotong!
“Isha kenapa kaget? Sini main sama ibu. Ada ayah sama kakak Izz di sini.” Ajak ibuku. Karena takut, aku pun berlari keluar meskipun kakiku bergemetar.
Ketika aku sudah sampai di depan pintu, tiba-tiba langkah kakiku terhenti. Tubuhku tidak dapat bergerak. Ternyata ibuku memakaikan ikatan sihir kepadaku. Ibuku turun dari kasur empuknya, lalu berjalan ke arahku sambil membawa pedang.
“Ibu sudah mengajakmu untuk bermain bersama, mengapa kamu lari dari ibu. Apakah ibu begitu menakutkannya di matamu?” Gawat! Ibu terlihat marah. Seketika pedang tajamnya menancap di leher kiriku.
“Tapi tidak apa-apa kok! Ibu punya mainan baru berkatmu. Terimakasih banyak ya Isha!” JLEB
Kini, ibuku mempunyai mainan yang baru. Yaitu Kepalaku sendiri.
Cerpen Karangan: Puruhitatapin
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 28 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com