Aku bertemu dengannya, dalam guguran dedaunan oranye di sebuah taman. Ia sangat menawan, memancarkan cahaya kehangatan di musim gugur yang dingin. Aku menatapnya heran. Ia bagaikan malaikat yang jatuh dari langit. Aku lalu membenarkan syalku dan menghampirinya.
“Hai.” sapaku dengan gugup. Berharap ia membalas sapaanku. “Hm…” Ia hanya membalas dengan dehaman. Apakah dia tidak suka aku menyapanya? “A…” Aku ingin mengatakan sesuatu, tapi ia memotong perkataanku. “Pergilah. Kau tak pantas disini.” Ucapnya datar. Tapi aku tahu, ia sedang marah. “Tapi… kenapa?” tanyaku heran dan kembali membenarkan syalku. “Sudah kukatakan bukan! Kau tak pantas disini!” Gertaknya. Tanpa sadar air mata berlinang di pipiku.
“Kau… kenapa?” Tanyanya merasa bersalah dan agak bingung. “Aku tidak apa apa hanya…” Kata kataku kembali terpotong dengan rangkulannya yang menghangatkanku.
“Maaf, aku tidak sengaja membentakmu.” Ucapnya sedikit menunduk. “Tidak apa apa. Bukan masalah.” Aku mengakhiri perkataanku dengan senyuman yang membuatnya sedikit lega. “Tapi kenapa kau disini?” Tanyanya heran. Aku berpikir dan membuat memori demi memori menjadi satu. Kepalaku serasa hampir pecah, kakiku lemas dan aku hampir berteriak.
“Aku… tidak tau” ucapku sedikit takut dan hampir terjatuh. Untunglah ia memengangiku. “Kau tidak apa apa?” tanyanya gusar. “Iya” Sahutku sambil membenarkan posisku yang sedang berdiri. “Kurasa, itu pertanda kau harus kembali.” Ucapnya membuatku semakin bingung “Maksudmu?” tanyaku “Tutuplah matamu. Ingatlah semua memori yang hilang dari kepalamu. Tahan rasa sakit itu. Jangan kalah dengannya”
Aku menutup mataku dengan pasrah, mengingat memori demi memori yang hilang dari kepalaku. Aku mulai mengingatnya. Mengingat semua memori mengerikan itu. Dan saat rasa sakit itu mencapai puncaknya, aku berteriak dan membuka mataku dengan paksa.
Aku terbangun dengan berbagai alat medis di sekelilingku. Orang orang yang tak kukenal mengelilingiku. Mereka tersenyum bahagia bagai melihat cahaya kehangatan di musim gugur yang dingin. Aku masih bingung dengan apa yang terjadi. Tapi syukurlah memori demi memori yang sempat hilang kembali, aku masih bisa mengingat, bagaimana aku bisa berada di sini. Tapi, aku masih bingung dengan laki laki di taman yang indah dengan balutan guguran daun oranye. Rasanya seperti sebuah mimpi tapi nampak nyata. Dan mungkin aku menyukainya.
5 Tahun sejak kejadian itu terjadi. Sampai saat ini, aku masih belum tahu siapa dia.
Cerpen Karangan: Alexa Arabella Alexa Fenice Arabella dengan nama pena Alexa Arabella. Seorang gadis berumur belasan tahun yang amat menyukai dunia menulis. Karya pertama: E-Physco (Wattpad) Karya kedua: Cahaya kehangatan di musim gugur Wattpad: Alexa_Arb Terima kasih 🙂