Batsy hanya berjalan lalu duduk di salah satu kursi pengunjung dengan santai, sama sekali tidak terpikirkan olehnya tentang penawaran itu. Ia hanya ingin meledakkan brangkas bank dan menemui papanya, tapi cepat atau lambat keputusan harus dibuat karena ia tahu kalau Vira tidak pernah main-main dalam masalah yang ia buat.
“Ada apa ini? Kenapa bank milikku berantakan dengan semua pecahan kaca?” kata seorang perempuan gendut yang tiba-tiba ada di pintu masuk bank. “Hahaha… ada perampok menyusup ya. Sepertinya 2 orang polisi ini terlambat” lanjut perempuan tadi sambil bertepuk tangan. “Nyonya Ara! Maafkan kami. Kami tidak tahu harus melakukan apa” teriak Sawa dengan suara surau karena kelelahan menangis ke perempuan gendut itu yang ternyata bernama Ara, pemilik “BANK SEJAHTERA”. “Tenang Sawa, 2 orang Polisi sudah ada bersamaku” kata Ara dengan santai dan 2 orang polisi yang ia maksudkan sudah berada di sampingnya mengambil posisi siaga, yaitu menodongkan senjata api mereka ke para perampok. Seketika terjadi adegan todong menodong senjata api.
Seorang Polisi dengan tanda pengenal di bajunya bertuliskan “Bella Claudia” menodongkan senjata apinya ke arah Ifa yang menodongkan senjata apinya ke arah Ara, sedangkan polisi lain dengan tanda pengenal di bajunya bertuliskan “Feni Kayla” menodongkan senjata apinya ke arah Dhana yang menodongkan senjata apinya ke arah Bella. Posisi ini terus bertahan sampai Batsy berkata dengan santai seperti biasa “Lo emang benar Vir, tanpa gue harus beri tau. Pokoknya gue mau Ara tersiksa kayak papa. Lo emang jal*ng, Ra”. “Hahaha… jangan-jangan kamu Carl Batsy anak perempuan dari Carl Watson yang memiliki hutang selangit di bank ku? Hahaha… ini sangat menarik. Bapak anak sama saja. Sama-sama bodoh. Hahaha…” kata Ara dengan nada merendahkan tapi sopan.
“Cukup Ra! Papa gue kayak gitu pasti karena pengaruh dari lo! Lo itu biang penyebab dari semua masalah di keluarga gue. Mau lo itu apa, hah!” bentak Batsy yang membuat seisi ruangan kaget karena biasanya Batsy santai saat berbicara, tidak seperti ini. “Hahaha… emang kamu punya bukti? Dasar bodoh! Kalau mau bicara mikir dulu ya.” Jawab Ara ketus. “Polisi! Cepat tangkap mereka! Mau tunggu sampai kapan. Tahun depan? Cepat!” bentak Ara kesal. Vira yang sedari tadi hanya melihat, langsung mengeluarkan senjata api, menodongkan ke arah Ara dan berkata “Saya detektif Vira Zhavr memerintahkan 2 orang polisi untuk menangkap tersangka Johanna Araya atas dasar penggelapan uang pada “BANK SEJAHTERA” dengan bantuan perampok bayaran yang diancam” jelas Vira.
Seketika ruangan hening akan penjelasan Vira yang tidak terduga. Ara yang mendengarnya tidak terima begitu saja. Ia dijadikan tersangka dalam keadaan seperti ini adalah hal yang sangat membuatnya marah besar. Tanpa babibu, Ara langsung merampas senjata api milik Feni lalu berlari ke utara, 5 meter dari Batsy dan segera menodongkan senjata api ke arah Batsy. Dengan cepat Batsy meraih senjata api di sepatu bootnya dan menodongkannya ke arah Ara. Perdebatan dan perlawanan 1 lawan 1 dimulai.
“Kamu tahu dari mana kalau saya mempengaruhi papa kamu? Papa kamu itu yang terlalu bodoh. Saya tidak pernah menipunya. Tolong jangan asal menuduh orang lain. Papamu itu terlalu lemah dalam berbisnis, jadi tentu saja ia hutang ke bank sangat banyak. Mungkin ini karena kamu juga yang manja, bergantung pada kekayaan orangtua” bentak Ara sekaligus merendahkan Batsy.
“Harusnya gue yang bilang jangan asal nuduh orang lain. Lo itu dendam apa sih ke gue? Dari awal perusahaan papa berdiri, lo berusaha menawarkan banyak hal ke papa gue. Mulai dari pinjaman biasa, kredit tanpa agunan, sampai penawaran istimewa yang menjerumuskan papaku ke semua hutang-hutang yang kau buat buat. Gue aja nggak kenal lo itu siapa, kenapa lo harus dendam ke keluarga gue? Mama meninggal karena saat itu hutang dan kredit menjerat papa sedangkan uang sangat dibutuhkan untuk hidup mati mama. Ini semua gara-gara lo! Gara-gara bank penipu! Lo mau apa sih, atau jangan-jangan gue harus tanya ini. Lo mau semua anggota keluarga gue mati, hah? Gue sekarang Cuma punya papa. Lo mau bunuh dia di penjara? Dasar jal*ng nggak guna!” jelas Batsy panjang lebar dengan penuh amarah dan air mata yang berjatuhan membasahi kedua pipi chubinya.
Batsy ingin melanjutkan kata-katanya, tapi terhalang oleh Vira yang segera menengahi perdebatan itu. “Cukup Ara! Lo mau gue ungkap semua kejahatan lo yang tidak diketahui siapapun walau itu intel negara, hah? Turunkan senjata itu dan aku akan memberi keringanan atas kejahatan kelas kakapmu itu! Menyerahlah” Vira menawarkan pilihan ke Ara untuk mengakhiri hal ini. Tapi Ara tidak menyerah begitu saja. Ia langsung berlari dan menjadikan Ifa sebagai tawanan untuk memberi penawaran baru untuk Vira. “Lihat! Saya tahu kalau ada hubungan antara kalian berdua. Ifa dan Dhana, pasangan romantis yang saling menjaga. Mungkin karena laki-laki pengedar narkoba perusak jalan liku bank saya akhirnya hampir tertangkap agent intel negara tapi tidak jadi karena seorang perempuan yang dicintainya menyelamatkannya karena tahu kalau saya yang menjebaknya. Ternyata ada cinta sejati di dunia ini” jelas Ara sambil menodongkan senjata apinya ke kepala Ifa dan melemparkan senjata api yang dimiliki Ifa. Suasana menjadi lebih tegang. Vira segera mencari penawaran yang tepat untuk hal mendesak seperti ini. Tetapi Dhana langsung meledak-ledak amarahnya. “jal*ng bangs*t! Lo suka banget sih ngambil nyawa orang. Lo itu gendut nggak guna! Lepasin Ifa! Sekarang!” amarah Dhana semakin menjadi-jadi. Vira langsung menahan Dhana dan memberi penawaran ke Ara.
“Tenang Ara. Gue punya penawaran yang pasti kamu ingin dengar. Lo bebasin Ifa, gue akan mendengarkan keluhanmu atas tuduhan itu dan hukumanmu akan menjadi lebih ringan. Bagaimana Ara?” tawar Vira ke Ara. “Saya tidak butuh itu Nyonya detektif. Saya hanya ingin keadilan akan keluarga Carl terhadap kehidupan saya!” bentak Ara dengan penuh dendam.
“Dulu keluarga saya mendirikan usaha simpan pinjam. Usaha itu sangat membantu keluarga saya yang dulunya tidak mampu menjadi mampu. Tapi semua itu hilang saat perusahaan papamu meminjam dana yang besar untuk modal suatu proyek dengan memberi penawaran 2 kali lipat pengembalian pada ayahku, padahal saat itu kas usaha sedang menipis dan tidak memungkinkan kita bisa hidup sebulan dengan memberi pinjam sebesar itu. Ayah tergiur akan penawaran itu dan mengiyakannya”
“Tidak lama kemudian, ibu sakit keras dan kami sekeluarga sama sekali tidak punya uang, makan terakhir saja 2 minggu yang lalu. Mau gimana lagi, akhirnya ayah berusaha menarik uang itu sebelum waktu penarikan. Papamu langsung membuat ayah masuk penjara dengan kasus menarik uang pinjaman sebelum waktu penarikan. Aku belum tahu tentang berita itu. Saya kira ayah ada tugas lembur, jadi tidak pulang malam itu. Pada hari berikutnya, ibu tiba-tiba kejang-kejang. Saya saat itu masih berumur 10 tahun. Saya sangat bingung waktu itu. Saya hanya bisa memanggil-manggil namanya. Saya anak tunggal, jadi tidak ada siapapun diasana selain saya dan ibu. Ibu meninggal dengan keadaan mengenaskan. Seketika saya seperti orang gila berteriak-teriak di perkampungan itu. Para warga segera berdatangan dan langsung mengerti apa yang terjadi”
“Malamnya, beberapa wartawan masuk ke dalam rumah tanpa diundang. Ternyata mereka menanyai tentang ayah yang pembohong, penuh janji busuk, dan semua bahasa aneh yang tidak mungkin ayah miliki dalam dirinya. Saya benar-benar depresi berat saat itu. Lalu saya bertekad akan membuat keluarga Carl bernasib seperti saya. Dari biaya asuransi ibu, saya belajar untuk membuat sistem keuangan yang dapat menjerumuskan sebuah perusahaan menjadi hancur tidak bersisa. Maka jadilah “BANK SEJAHTERA” ini. Bank yang akan menghancurkan keluarga Carl. Hahaha…” cerita Ara panjang lebar serta rinci ini membuat ruangan menjasi hening. Batsy yang mendengarnya langsung membisu. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Ia butuh pilihan tepat dan itu pastinya dari Vira. “Vira, ini semua benar?” Tanya Batsy ke Vira dan Vira segera mengangguk pelan. “Apa yang harus gue lakukan sekarang, Vir?” tanya Batsy pasrah.
“Sebenarnya semua yang lo ceritakan itu benar Ra. Tapi ada satu hal yang nggak lo ketahui. Ayah lo itu sebenarnya nggak meninggal dipenjara atau dihukum. Ayah lo bunuh diri karena depresi akan pilihannya dalam penawaran papanya Batsy. Pilihan itu dipilih karena desakan saudara-saudaranya yang rakus tapi berpura-pura baik di depan ayah lo Ra. Papanya Batsy sudah membayar setengah dari pinjaman itu, tapi ayah lo Ra malah memberikan uang itu ke saudara-saudaranya yang menghasutnya. Gue tau semua rahasia ayah lo, karena sebelum gue menangani masalah Batsy ini, gue mencari semua yang tersembunyi termasuk rahasia ayah lo yang tidak diketahui semua polisi, keluarga lo, apalagi orang lain”
“Ada surat wasiat yang tersimpan disuatu tempat yang gue tau dari pesan kematian ayah lo. Gue bakal ngasih tau tentang surat wasiat itu kalau lo lepasin Ifa dan serahkan diri lo ke polisi” jelas Vira dengan ekspresi berharap agar Ara menyetujui penawaran ini.
“Beri tahu saya dulu tentang pesan kematian ayah, baru saya akan menerima penawaranmu itu” jawab Ara tegas. “I Sea Tell You. Itu pesan kematiannya yang berarti aku cinta kamu dari pengucapan Bahasa Jepang “Aishiteru”. Itu adalah tulisan yang berada di sudut kamar beliau dan terdapat ruang rahasia dibaliknya. Apa itu cukup Ra?” jawab Vira dengan nada prihatin. Ara segera memeluk Batsy dan menangis kencang-kencang penuh penyesalan. Batsy juga mulai menangis dalam pelukan Ara. Seisi ruangan penuh dengan suara tangisan Batsy dan Ara.
Hari berikutnya, suasana “BANK SEJAHTERA” kembali seperti biasa. Batsy kembali hidup bersama papanya. Ifa dan Dhana menjadi sepasang kekasih yang mungkin sebentar lagi akan menikah. Ara? Ia berada di penjara rumah dengan berbagai keringanan yang dijanjikak Vira. Sedangkan Vira menikmati liburannya dari masalah yang Batsy buat.
“Gue nggak bakal nurut Batsy lagi kalau dia nggak nurut sama rencana lo Fa” Dhana memulai percakapan. “Tenang Dhana. Vira sekarang sahabat kita dan aku yakin semua masalah yang dibuat Batsy hanya menjadi tantangan bagi detektif itu. Kita hanya membantu Batsy untuk menjadi penyemangat hidupnya. Lagian ini bukan saatnya untuk membahas ini Dhana. Kita juga sudah janji tidak akan membahas semua masalah yang dibuat Batsy, kan sayang?” jawab Ifa penuh mesra pada pasangannya. “Ya, kamu benar. Kasus itu sudah selesai. Bukan. Kasus ditutup. Kata detektif itu, kan?”.
Cerpen Karangan: Adzra Zhafira