Ditengah tidur malam pertama di rumah baru yang tidak nyenyak ini aku mendengar sayup-sayup suara ayam. bukan suara kokokannya melainkan suara pok-poknya. Karena saya sedang ngantuk sehingga saya tidak peduli.
Esok pagi saya bangun dengan tidak begitu semangat karena tidur yang tidak nyenyak. Maklum. Kemarin saya begitu capek membantu orangtua mengangkut barang-barang dari kontrakan sebagai tempat tinggal kami sebelumnya. Rumah tua yang baru bagi kami ini dibeli dengan harga murah semurah harga sepeda motor dari seorang janda yang sangat membutuhkan uang. Rasa iba dan harga murah mendorong ayahku untuk membelinya.
Hari kedua di Rumah baru ini dimulai dengan sarapan pagi sekeluarga. Sambil ngunyah roti berselai coklat di mulut, adikku bilang “bang, tadi malam aku dengar suara ayam di belakang rumah. Emangnya ada ayam di sekitar sini?”. Mendengar perkataan itu aku terkejut. daripada mengubah suasana cerah di pagi hari ini menjadi suasana horror, aku bilang saja “nggak ah dek, kamu ngaco nih”.
Seharian aku isi hariku ini dengan termenung di teras rumah. Aku tak habis pikir, kok bisa-bisanya ada suara ayam di belakang rumahku. Padahal saat kulihat, belakang rumah hanyalah tanah semeter dipagari tembok. Apa aku salah dengar? Gak mungkin! Toh, adikku juga mendengarnya. Aku menjadi cemas tinggal di rumah tua yang baru bagiku ini. tembok yang bercat suram nan retak. atap bocor, lampu redup. UHH!! Untung masih punya iman. Kalau nggak mampus hidupku.
Natapin jarum jam di kasur. Mau tidur tapi sulit. Jam menunjukkan pukul dua malam. “Duh kok gak bisa tidur” gumamku. Tiba-tiba terdengar suara pok-pok ayam. aku tersontak kaget setelah memastikan bahwa itu benar-benar mendengar suara ayam dan aku masih dalam keadaan sadar. Dengan perasaan yang sangat mencekam. Aku nekat memberanikan diri untuk mengintip di ventilasi dan benar saja seekor ayam tersebut berjalan-jalan di belakang rumahku.
Esok pagi. Daripada kupendam semua tekanan batin ini maka aku ceritakan kejadian tadi malam kepada Ayah. Ayah menjawab bahwa dia juga mendengarnya sudah dua malam. Ayah juga heran persis sepertiku. Tapi ayah tidak takut. Dan akan segera mengungkap misteri ini. dia menyatakan bahwa segala sesuatu pasti ada sebab, dan kita harus mencari tahu hal apa yang menjadi penyebabnya.
Hari keempat di rumah penuh horror ini, ayah memanggil orang untuk melakukan penggalian di tanah belakang rumah. ayah bilang kepadaku bahwa tadi malam ayah mencoba untuk menangkap ayam tersebut tetapi ayam tersebut langsung menghilang. Saat itu pula ayah mencium bau busuk di tanah belakang rumah tersebut makanya dia suruh orang bayaran untuk menggali tanah tersebut guna mengetahui sumber bau busuk yang menyengat.
Setelah beberapa detik menggali. Sebuah mayat laki-laki ditemukan. Dikubur tidak dalam. Hanya ditimbun tanah saja. Kondisinya yang sudah busuk membuat kami tidak dapat mengangkutnya. Ayah langsung melaporkan hal ini ke polisi.
Seorang janda yang menjual rumah suram kepada kami ini pun dimintai keterangan setelah ditangkap melarikan diri di luar kota. Dan ternyata Janda ini telah menghilangkan nyawa alias membunuh suaminya secara paksa karena diduga selingkuh. Konon. Suami janda ini adalah seorang pecinta ayam. dari kecil hingga akhir hayat rasa sayangnya terhadap ayam sangat besar.
Cerpen Karangan: Adam Sufi Ibrahim Rangkuti Blog: kompasiana.com/adamsir Duduk di bangku kelas 2 SMP Islam Al-Hikmah Jakarta. Lahir di Medan. writer. pengamat, pemikir. Punya cita-cita yang tinggi untuk Negara Indonesia. Instagram: @adamsir55